33. Teman

49 23 91
                                    

"Lho, lo deket sama Haris?"

Aira menoleh, menatap— "Hana?"

"Yoi, lo deket sama Haris?"

Alis Aira mengernyit. Untuk apa Hana bertanya pada Aira? Cewek itu tidak pernah menyapa Aira jika tidak ada urusan dengan pekerjaan rumah. Alias contek mencontek. "Deket apa sih lo? Nggak jelas."

Aira melangkahkan kakinya menuju kelas, ia baru saja pergi setelah Haris didatangi oleh teman-temannya. Sebenarnya, Aira juga merasa takut, karena banyak yang menatapnya. Seperti ... Aira habis boncengan dengan Ari Irham, heboh.

Alis Hana mengernyit. "Lo bareng sama dia."

"Bukan berarti gue dek—"

"Lo pacaran?"

Aira menghentikan langkahnya. "Pacaran?"

"Lo—nggak tau? Haris kan udah sama Nanda."

Aira diam, ada yang berhenti berdetak. Jantungnya.

Apakah Haris harus ke THT?

Karena telinga Haris pengang dari tadi, masalahnya, yang memergoki Haris boncengan dengan Aira, yaitu Nathan dan Chandra. Nathan itu ibarat akar gosip di pasukannya, jangan lupakan Chandra. Chandra itu, suka meledek sampai ia lupa dan merasa puas.

"Anjiiir! Ren! Lo mau baku hantam sama Haris?!"

"Sukalah! Suka gue mah! Palingan Haris yang menang! Emang Rendy bisa apa?!"

"Lambemuuu!" Rendy menyumpal mulut Zidan menggunakan plastik bekas bakwan.

Febrian berdehem, ia memang ikut bersorak tadi. Namun, berakhir tenggorokannya malah jadi serak. Cowok itu minum memperhatikan Haris yang diam saja sambil menunduk main ponsel. "Diem mulu lo," katanya sambil menyikut perut Haris. "Klarifikasi kek, kenapa lo bisa sama Aira. Masalahnya, Ceh. Lo udah kesebar gosipnya sama Nanda."

Haris mengangkat kepalanya, memandang Febrian dengan kening berkerut. "Apa? Gue? Sama Nanda? Gimana bisa?"

Chaandra menguap, menatap malas Haris. "Ya bisalah, gimana sih."

"Yang bikin gosipnya siapa?"

"YA LO SENDIRI!"

Haris mengerjap, ia berjengit dari duduknya, ponselnya sampai terlempar mengenai paha Jean. Cowok itu kaget diteriaki enam mulut sekaligus. Teman-teman sekelasnya bahkan sampai menoleh. "Kok gue?!"

Rendy menunjuk hidung Haris. "Lo pikir, dengan lo foto endorse barengan sama Nanda, nggak bakalan bikin gosip lo sama dia balikan nyebar?"

Haris mengerjap.

"Lo buka instagram apa nggak sih? Lo tuh ditag Nanda, bego. Makanya pada rame."

"Hah?"

Jean berdecak, ia jadi gemas sendiri pada Haris. Cowok itu merogoh ponselnya, mengetikan nama akun Haris di kolom pencarian. Setelahnya, ia memperlihatkan apa yang didapatnya di depan wajah Haris. "Liat, followers lu jadi lima puluh ribu belum seminggu, gimana nanti? Lo juga masuk snapgramnya Nanda, terus lo ditag, ya orang-orang notice lo lah, lo nggak foto endorse aja udah banyak yang notice, gimana sekarang yang foto endorse?"

"Kayanya, lo kegantengan deh, tapi kebegoan juga."

Haris melotot menatap Rendy.

"Masih suka mah, gas aja kali, tanggung baget anjir, satu tarikan gas aja, Nanda udah balik lagi sama lo." Nathan mengangkat alisnya, mencolek kaki Haris yang duduk bersila di depannya. "Cewek tuh harus cepet-cepet didapetin, banyak yang ngincer, Ceh. Apalagi Nanda, beuh, anjir."

Antitesis (X) | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang