"Bang, kaki lo!"
Haris tidak peduli, cowok itu menyamankan posisi rebahannya di sofa, sedangkan di bawah sofa di dekat kaki Haris, Yasa tengah duduk sambil memeluk snack rumput laut.
Haris makin sengaja menaruh kakinya di pundak Yasa, sehingga telapak kaki Haris berada di samping wajah Yasa.
"Geli Yasa!"
Yasa mendelik. "Makanya. Kalo sekolah tuh, sekalian sekolahin juga kakinya."
"Yasa, kalo sekolah ya semua anggota tubuh dibawa, seremkan kalo Haris sekolah tapi kepalanya doang."
"Ya kali, gue kuyang." Haris mengunyah yupi dipelukannya. Memperhatikan Mahesa yang bermain play station sendirian.
"Temenin Abang dong. Kalian cuma mau nonton doang?" Esa—nama panggilan dari Mahesa—mendengus sebal saat adik-adiknya fokus pada cemilan daripada menemaninya.
Haris berdecak. "Biasanya juga sendiri, ke mana-mana sendiri. Kan Abang jomblo."
"Nggak usah diperjelas juga."
Yasa melotot, cowok itu ingat sesuatu. Sejenak remaja itu mengabaikan snacknya. "Bang?"
Keduanya menoleh.
"Maksudnya Bang Esa."
Haris mengangkat bahunya.
"Ajarin bahasa Inggris dong, ehe."
Mahesa tersenyum. Makin menenggelamkan mata sipitnya. "Sama Haris aja."
"Nggak mau, Bang Haris nggak sabaran." Yasa menyeringai, cowok itu memelet-meletkan lidahnya pada Haris.
Haris yang merasa dirugikan duduk di sofa, siap menyembur Yasa dengan makian. "Ya gimana gue nggak sabaran, setiap lo minta diajarin, yang lo bahas ya mantan gue!"
"Emang lo punya mantan?" Dengan entengnya Mahesa berkata.
"Banyak kali Bang, yang mau sama gue."
Ya, ya, ya, Mahesa akui Haris itu tampan. Sebenarnya mereka bertiga tidak ada yang jelek, semuanya bibit unggul. Namun ketiganya jarang akur, yang paling sering bertengkar itu, Haris dan Yasa, sedangkan Mahesa yang sudah berumur 21 tahun tampak dewasa, meski kadang bobroknya suka kambuh.
"Materi apa? Kalo masih inget Abang ajarin."
Yasa terdiam. Cowok itu meraba-raba sofa, tangannya terulur dari bawah ke atas sebab ia duduk di bawah. Yasa menyentuh lengan Haris, otomatis cowok itu menepisnya.
"Yas, geli, ngapain sih?"
Yasa nyengir. "Minta yupi."
Haris berdecak namun tetap memberikan bungkusannya. "Ambilin itu." Ia menunjuk minuman kaleng di sebelah Yasa.
Yasa menerima yupi dan menukarnya dengan minuman kaleng. Cowok itu mengunyah dan menelannya.
"Yas, materi apa?"
"Aku lupa, Bang."
"Ya udah nanti bawa bukunya ke kamar Abang."
Yasa mengangguk-ngangguk, sedangkan Mahesa menyandarkan tubuhnya di sofa, cowok itu juga duduk di karpet bersama Yasa, hanya Haris saja yang duduk di sofa.
"Bang?"
Keduanya menoleh.
"Maksudnya Bang Haris."
Mahesa tertawa. Matanya tidak lepas dari televisi. "Makanya, panggil namanya juga."
Yasa membentuk oke dengan jari telunjuk dan jempolnya. "Kemarin gue liat man-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Antitesis (X) | Hwang Hyunjin
Teen Fiction"Gue kegantengan ya? Soalnya kalo ketemu lo selalu ilang fokus."-Haris Pranata Arkana. Haris Pranata Arkana, namanya. Cowok bermata sipit, berhidung mancung, berkulit putih, berselera humor rendah, punya banyak teman, dan memiliki mantan seorang se...