"Sinting dia."
"Siapa?"
"Dia." Dagu Jean menunjuk Haris, sedangkan Nathan mengernyitkan alisnya. Mulut cowok itu membulat saat melihat Haris memantulkan bola basket sambil tertawa. "Katanya tadi pusing malah sambil cursing, nggak mau sekolah tapi mau pulang pas pagi-pagi."
Nathan mengangkat bahunya. "Temen lo emang gila."
Obrolan mereka terhenti, sebab objek pembicaraan mendekat bersama Febrian dan Zidan. Cowok itu terlihat kepanasan sambil membuka dua kancing seragamnya, tidak lupa ia mengibas-ngibas kemeja sekolahnya yang sudah basah akibat keringat.
Tawa renyah Haris makin terdengar kalo cowok itu memilih duduk di samping Nathan.
"Yis?"
Haris menoleh pada Nathan. "Kenapa?"
"Lo kelebihan obat kayanya."
Haris ngakak, ia mendorong-dorong bahu Zidan yang duduk di sebelahnya sampai cowok itu melotot kaget.
"Katanya tadi nggak mau sekolah," kata Jean.
Febrian mengangkat alisnya. "Siapa?"
"Noh." Dagu Nathan mengendik pada Haris.
"Nggak, gue malah pengen cepet-cepet besok." Haris tersenyum, kedua tangannya menopang tubuhnya ke belakang saat duduk berselonjor agar tampak nyaman. "Hehe."
"Beneran sinting," bisik Zidan.
"Gerah banget anjir, lo nggak gerah?" Jean mengibaskan kaus hitam tanpa lengan yang kini digunakannya, ia melirik Haris.
"Nggak, adem-adem aja."
Febrian menggeleng. "Emang sinting." Ia saja yang mengenakan kaus sangat kepanasan, apalagi Haris yang hanya mengenakan kemeja putih sekolah yang kainnya tidak menyerap keringat dengan baik.
"Kenapa nggak bawa baju olahraga atau kaus?" Nathan mengangkat alisnya sambil menatap Haris.
"Hm." Alis Haris berkerut, cowok itu menoleh pada Nathan sambil tersenyum. "Bawa kok, tapi ada yang pinjem."
"Sama temennya Rendy?"
"Hooh, Dan."
"Oh!" mata Nathan membulat. "Dia juga tanya gue tadi, tapi gue cuma bawa kaus. Nggak bawa baju olahraga."
"Ke gue juga sih ... tapi gue cuma bawa baju ketekan, ya kali, temen Rendy mau pake punya gue. Auto didepak Pak Asep."
Haris ngakak.
"Kok nggak nanya ke kita?" Zidan menoleh pada Febrian.
"Bahlul!" Zidan meringis, sebab pelipisnya ditonyor Nathan. "Elo berduakan lagi ke kamar mandi."
Haris kembali ngakak sambil mendorong-dorong bahu Zidan.
"Woy! Masuk lagi!"
"Bentar Sur!" Nathan berdiri, ia menarik lengan Jean, sehingga cowok itu berdiri di sebelahnya. "Bangun, woy. Ngaso mulu, Surya udah manggil."
"Hooh, bentar." Zidan berdiri, ia menarik Haris dan Febrian agar berdiri. "Yok, biar cepet pulang."
"Hehe, pengen cepet-cepet besok."
"Haris, gilanya dipending dulu ya? Mau tanding basket soalnya."
"Iya Feb." Haris mengangguk patuh.
⚜
⚜
⚜
KAMU SEDANG MEMBACA
Antitesis (X) | Hwang Hyunjin
Teen Fiction"Gue kegantengan ya? Soalnya kalo ketemu lo selalu ilang fokus."-Haris Pranata Arkana. Haris Pranata Arkana, namanya. Cowok bermata sipit, berhidung mancung, berkulit putih, berselera humor rendah, punya banyak teman, dan memiliki mantan seorang se...