17. Jantung Aira

138 115 132
                                    

Aira
Haris, makasih|
Tadi bantuin gue|

Hrs
|Yo, Ra
|Santuy

"Anjir! Dibales!" Aira geregetan sendiri, cewek itu menonjok-nonjok ranjang dengan gemas. "Apa ini balesan dari gue yang udah traktir Alin?" Aira senyum-senyum karena Haris fast respons.

Hrs
|Wkwk

Aira
Wkwk|
Kenapa nih?|

Hrs
|Jantung lo
|Udah diambil belum?
|Di kelas Sandi

Aira melotot. "Anjir! Malu bangeeet, kenapa gue bilang gitu coba?! ABAAAANG!"

"KENAPA?! Jangan berisik, Abang pusing ngedit makalah!"

Aira tambah cemberut, bukannya mendapat solusi, malah dapat marah dari Terry.  "Bego! Aira bego! Gue harus jawab apa?" Aira memutar bola matanya, dengan ragu ia membalas chat Haris.

Aira
Wkwk|
Habisnya sih|

Hrs
|Kenapa?
|Kenapa?

Aira
Gue—|

Hrs
|Hm?

"Hm dong! Hm! Jangan ambyar, jangan." Aira mengelus dadanya, menarik napas, dan mencoba membalas.

Aira
Panik|
Hehe|

Hrs
|Wkwk
|Lucu lo

"Abaaang! Aku bengek!"

"Hah?! Ayo ke rumah sakit! Bentar! Abang save file dulu!"

"Guru matematika SMP gue bilang, dia kalau nemuin angka satu mau dinamain cinta."

Jean menoleh, ia menatap Zidan dengan alis berkerut. "Emang kenapa?"

Zidan mengangkat bahunya sambil menyedot teh kotak. "Katanya biar mudah diingat, nggak tau deh. Random orangnya. Feb?" Ia memandang Febrian.

"Lo guru matematika siapa waktu SMP?"

"Bu Rian."

"Cowok?" Nathan tampak tertarik, cowok itu memandang penuh minat pada Febrian.

"Cew—"

"Ya kali ada kata bu di depan Rian, dia ceweklah!"

Nathan kiceup mendapat bentakkan dari Rendy. "Anjir! Biasa aja kali! Rian itu nama cowok!"

"Tatangga gue juga, Tari namanya, tapi cowok. Tapi kelakuannya—" Chandra bergidik, ia membayangkan Tari yang kemayu dan selalu memakai pakaian berwarna merah muda. "Anjir!" Chandra melotot menatap Haris. "Jangan pukul bahu gue!"

Antitesis (X) | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang