30. Retak

81 51 146
                                    

Kebelet pipis saat jam pelajaran adalah hal yang luar biasa membahagiakan, kenapa? Karena hal itu bisa dijadikan sebagai ajang refreshing dari kelas yang sangat membosankan. Apalagi jika kebetulan guru yang mengajarnya membuat mengantuk dan materinya ya begitu.

Hal ini juga dimanfaatkan Aira. Aira itu termasuk orang yang jarang pipis di jam pelajaran. Namun, kali ini berbeda, Aira kebelet dan terpaksa pergi sendiri. Mana mau Maura diajak mengantarnya, cewek itu sedang tepar mendengarkan geografi.

Aira keluar dari kamar mandi, cewek itu menepuk-nepuk roknya dan melangkah menuju kelas, alisnya terangkat melihat orang yang ia kenal. Matanya memicing, memperjelas apa yang dilihatnya. Kan malu jika salah memanggil orang.

Ternyata benar, Aira tersenyum sambil melambai. "Chandra!"

Chandra, orang yang dipanggil mendekat sambil membawa setumpuk buku di lengannya. "Lho! Ra! Bolos ya looo?" katanya setelah sampai di depan Aira sambil menaikturunkan alis.

Aira tertawa. "Enak aja, abis dari kamar mandi. Lo dari mana?"

"Ruang guru, ambil buk—"

"Kampret! Lo emang kampret! Nggak tau diuntung! Lo bawa buku tulis, sedangkan gue bawa buku paket! Beratan buku paket!"

Aira mengerjap, ia melongok ke balakang tubuh Chandra. Di sana ada cowok berjalan marah-marah sambil melotot tajam.

Chandra berdecak. "Aelah, Ren. Buat gedein otot. Lumayan."

"Lo!" Rendy dengan galaknya mengendikan dagu pada Chandra. "Udah nyuruh gue dari kelas, abis itu manfaatin gue bawa buku paket."

"Hehe."

Mendengar Chandra cengegesan, Rendy makin melotot tajam. "Berisik, gue bakar juga lo."

"Itu, buku apa, Chan?"

Alis Rendy terangkat, ia maju selangkah guna melihat cewek yang buka suara.

"Sosiologi."

"Hah?"

"Sosiologi, Zahira. Makanya, dengerin."

Aira menoleh pada Rendy. "Nama gue Aira, bukan Zahir—" Aira melotot, ia mengerjap, mengingat sesuatu yang sangat memalukan, kebudegannya ... saat di motor bersama Rendy .

"Nama gue Aira! Bukan Zahira!" teriak Rendy dan berhasil mengingatkan Aira.

'Mama! Pengen ngilang!'

Rendy menyeringai saat Aira mengerjap, bibir cewek itu maju. "Dih, apaan."

"Tau nggak Chan?"

Chandra menoleh pada Rendy. "Apa?"

"Ada yang nusuk bungkus deterjen saking—"

"Rendy! Apaan?!" Aira melotot lalu menoleh pada Chandra. "Chan, jangan didengerin, orang kebanyakan belajar emang suka ngelantur."

"Heh! Nggak sopan ya lo! Kita baru kenal!"

Aira memeletkan lidahnya pada Rendy, sedangkan Chandra ngakak. Cewek itu menoleh pada Chandra. "Emang buku sosiologi kapan dikumpulin?"

"Kemarin."

"Hah?"

"Kemarin! Aelah, budeg banget sih, nggak di motor, nggak di mana-mana, budeg terus." Rendy melotot.

Aira mengernyitkan alisnya, cewek itu memandang Chandra. "Kemarin? Kapan? Pulang sekolah?"

"Iya."

Mata Aira makin membulat. 'Buat apa Haris pinjem buku gue? Mungkin belum ngumpulin, iya belum.'

"Chan—"

Antitesis (X) | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang