20. Jiwa Julid

129 107 254
                                    

You left the chat.

Alis Haris berkerut, cowok itu berniat mengabari pasukan gajah mengenai futsal lawan sekolah sebelah. Namun, nyatanya Haris malah dikeluarkan. Sungguh aneh, ada apa ini?

Apa jangan-jangan—

Haris melotot. "Anjir! Mereka lagi gosipin gue?! Julid amat sih jiwanya!"

Haris
Nath|
Masukin gue|
Ke grup|

Nathan
|Gue sibuk

Haris berdecak. Mana ada Nathan sibuk, sudah isya begini, palingan tuh anak siap-siap mabar. Tidak ada kata sibuk belajar di kamus Nathan Dirgantara.

Febrian
|Gue bukan admin

Haris diam, belum ada niatan mengechat Febrian, cowok itu sudah chat duluan. Padahal mereka semua admin!

Chandra
|Nggak
|Nggak mau

Jean
|Malas pencet
|Invite

Zidan
|Siapa sih lo?

Rendy
|G

Rambutnya yang pada dasarnya sudah Haris acak-acak, tambah acak-acakan sebab cowok itu menyugarnya dengan sembarangan. "Mereka kompakan banget ya?  Kalo masalah ginian, coba kalo ditagih utang, nggak diread tuh chat."

Haris berjalan gontai membuka pintu, dalam pikirannya, sudah menari-nari mengenai hari besok bahwa ia akan dijadikan bahan gosip. Kaki Haris melangkah ke kamar ujung, ia mengetuk pintunya. "Bang?"

"Masuk."

Kepala Haris menyembul dari luar, cowok itu mengintip apa yang dilakukan Mahesa. Haris berkedip, ini kamar atau kandang— "Babi," gumamnya.

"Masuk," kata Mahesa, tanpa menoleh ke belakang. Sebab ia sibuk menyorat-nyoret kertas.

"Bang? Lo hidup di kandang babi?"

"Iya, babinya lo."

"Anjir!" Haris mendekat, ia mengamati apa yang dihitung Mahesa sampai cowok itu menjadikan kamarnya kandang babi. "Itu apa—"

Mahesa menoleh. Ia menunjuk kertasnya. "Ini tuh tentang—"

"SETOP!" Haris mengangkat telapak tangan kanannya. "Jangan dijelasin! Ntar gue kejebak di sini satu jam, mana bau babi di sini."

"Emang ya! Lo nggak ada akhlak. Mau ngapain?!"

Haris cengengesan dan menunjuk ponsel Mahesa yang tergelak telungkup di meja belajar. "Pinjem, bentar."

Alis Mahesa terangkat. "Buat? Jangan usilin—"

"Iya nggaaak. Pinjem!" Telapak tangan kanan Haris bergerak-gerak menanti ponsel Mahesa. "Baaang."

"Nih!"

Haris tersenyum, cowok itu berjalan ke arah ranjang Mahesa yang sudah mirip tempat bobo babi. Untuk itulah, ia memilih duduk di ujung ranjang. "Buset, cewek semua yang chat. Udah kaya yayasan putri," bisiknya saat melihat chat whatsapp.

Antitesis (X) | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang