41. Alfamart lll

47 10 4
                                    

"Gue duluan ya?"

Chandra menoleh, ia mengangkat alisnya. "Ke mana? Nggak ke kantin?"

Haris tertawa, ia menggeleng sambil menutup tas hitamnya dan menaruhnya di meja. "Nggak, lo semua duluan aja. Eh, kan mau ke lapangan ya? Gue absen dulu. Gue duluan!" Haris berlalu begitu saja sampai rambut hitamnya memantul karena berlari.

Chandra berkedip, ia mengangkat bahunya.

Haris sendiri masih melebarkan senyumnya, cowok itu mengacak rambutnya dan tersenyum kepada beberapa teman seangkatan, adik kelas, atau bahkan seniornya. Alis cowok itu mengernyit karena tidak menemukan orang yang dicarinya, Haris memutuskan untuk melangkah lebih jauh. NNamu, orang yang dicarinya ada di depan kelas tetangga, tepatnya terhalang tiga kelas dari kelas Haris

Mata Haris mengerjap, senyumnya melebar, matanya menyipitkan, dan sangat menggambarkan bahwa cowok itu benar-benar tampan dari sisi mana pun. Kakinya melangkah pada objek yang membuatnya tersenyum. Ia berhenti di hadapan orang yang berjongkok dengan pandangan mata lurus ke bawah, mengikuti apa yang kemungkinan dicari orang itu.

"Ngapain? Mulung?"

Kepala dengan rambut panjang itu terangkat, matanya membulat, Aira hampir saja terhuyung ke belakang, jika saja Haris tidak menarik lengan kirinya.

"Hati-hati," kata Haris setelah ikut berjongkok. "Nyari apa?"

"Flashdisk." Aira kembali menunduk, ia mencari-cari flashdisk di rumput.

Mulut Haris membulat. "Gue bantuin.  Warna apa flashdisk lo?"

"Ijo."

"Buset, sewarna dong."

"Iyaaa, makanya sulit nyari. Aaa, mana abis ini gue presentasi. Gimana dong?" Aira menoleh pada Haris, matanya memerah. "Mana gue ngerjainnya sampe nggak tidur. Pake jatuh segala lagi abis dari kamar mandi, kan gue nggak tau jatuhnya di mana."

Aira bergeser, ia kembali mencari di sebelah kanan, sedangkan Haris mencari di sebelah kiri. Aira tidak peduli dengan orang-orang yang melewatinya, fokusnya hanya pada flashdisk yang sewarna dengan rumput.

"Anjir, udah ngerjainnya kebanyakan gue, sekarang ilang. Pengen gue gorok satu-satu anggota kelompoknya. Kalo nggak ketemu—"

"Ini bukan?"

Aira menoleh, matanya membulat. Ia berdiri menghampiri Haris. "A! Iya! Makasih Hariiis!" Aira tertawa, ia mengambil flashdisknya dari tangan Haris. Tawanya makin terdengar kala Aira memikirkan, bahwa dirinya akan jadi presentasi.

Aira menoleh pada Haris, ia berjalan mendekat pada cowok itu. Kakinya berjinjit dan Haris hanya membulatkan matanya. Mata sipit Haris makin terbelalak ketika Aira mencubit kedua pipi tirus nan putih miliknya. "Makasih Haris! Udah ganteng! Baik lagi! Gue pergi dulu ya! Mau latihan buat presentasi!"

Aira langsung berlari sambil tertawa, cewek itu meninggalkan Haris yang mengerjap, ia memegang pipinya lalu menepuk dadanya. "Sialan, baru pertama kali pipi gue panas karna cewek."

"Menurut lo semua, gue ganteng?"

Keenam temannya menoleh, menatap oknum yang mengajukan pertanyaan. Ekpresi mereka menunjukkan kesamaan, yaitu keheranan.

"Perlu ya, pertanyaan yang udah pasti jawabannya ditanyain?"

"Tau Ren. Dia emang suka merendah untuk melonte."

"Zidan, mulutnya."

"Iya Chandra."

Antitesis (X) | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang