Rafael Delvin atau kerap disapa Rafa, Pemuda tampan yang memiliki wajah yang menggemaskan. Hidup dan besar dia Panti Asuhan membuatnya mengerti dan merasakan arti kesedihan dan kebahagian. Dilindungi dan dijaga oleh orang - orang baik yang mengangga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam pun tiba. Ruang rawat rafa yang hening tiba - tiba pintu ruangan didorong secara paksa. Siapa lagi yang berani mendobrak pintu secara kasar selain Mommy dan Bunda nya itu.
"Sayangg bundaaa,,, kenapa bisa beginiiii" teriak bunda Karissa heboh
"Baby ada yang sakit sayang?Momny panggil dokter yaa? Tanya Mommy Alena
"Siapa yang berani melukai putra tampan mommy ini?" ucap mommy Nadia
"Ck,kalian ini baru datang sudah memberi banyak pertanyaan kepada putra ku." celetuk Daddy Galang sambil berjalan keranjang Rafa. Kemudian mengecup kening rafa lembut.
Tapi, ucapan Galang dihiraukan oleh para wanita ituu. Malah sekarang Galang di usir dari ranjang Rafa. Galang diperlakukan seperti itu mendengus kesal.
"Baby sudah makan? Tanya mommy Alena lembut
Laskar yang mendenger pertanyaan Alena langsung menjawab "Belum mom, dia ga mau buka mulutnya dari tadi"
Alena yang mendengar itu tersenyum "Baby mau makan apa?Mommy bawa makanan kesuakan rafa loh"
"ga mau mom" kata rafa sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.
"sedikit saja sayang, baby harus minum obat supaya cepat sembuh" Ucap mommy Nadia
Rafa tetap menggeleng tanda tak mau. "Daddy...hikss..hiks" panggil rafa sesegukan
Galang, dan Kenzo merasa dipanggil putranya buru-buru berebut mendekati Rafa. Rafa langsung mengulurkan tangannya pertanda ia mau di gendong oleh daddy nyaa.
Kenzo dengan sigap mengangkat tubuh mungil rafa kedalam gendongannya. "cup cup, putra daddy mau apa hm?" Tanyanya lembut sambil mengelus pelan punggung rafa. Rafa yang masih menangis hanya menggeleng pelan.
"Kau ini, Rafa memanggil ku Tau. Bukan memanggil pak tua sepertimu!" kata Galang Kesal.
"Hei kau juga sudah tua. Lagi pula Rafa lebih nyaman di dekapan ku" ledek kenzo
"Dia putra ku!"
"Putra ku juga!"
Rafa yang merasa diperebutkan langsung memanggil sang ayah "Ayah" panggil rafa.
Levon langsung mengambil alih putra tersayangnya "iya sayang ayah disini" sambil mengecup pelan rafa.
Galang dan Kenzo yang tadi bertengkar langsung menatap tajam Levon. Yang ditatap hanya memutar mata malas. Levon lelah menghadapi sahabatnya yang kurang waras itu.
"Baby makan ya sedikit saja, ayah suapin".
Rafa mengangguk. Rafa makan dengan pelan, dengan telaten menyuapi rafa. Saat suapan ke 5 rafa menutup rapat mulutnya pertanda sudah kenyang.
Levon pun mengangguk, kemudian memberikan minum dan obat. Setelah selesai dia mengayun-ayun putra nya sesekali mengusap pelan punggung rafa. Hingga suara dengkuran halus terdengar. Dirasa putranya sudah terlelap, dengan perlahan dia meletakan rafa diatas ranjangnya. Mengecup singkat "Lekas membaik baby" ucap levon.
Rafa yang sedang tidur ditemani mommy dan bundanya. Sedangkan Para bapack - bapack itu bertanya bagaimana awal mula kejadiannya.
Galen pun menjelaskan secara singkat. Mendengar penjelasan Galen membuat 3 pria itu mengeram marah. Berani sekali dia melukai putranya.
"Kau bisa urus semuanya son?"tanya daddy galang
Galen mengangguk. Kemudian bangkit disusul Keenan dan laskar. Mereka akan pergi keruang bawah tanah untuk mengurus tikus kecil.
***
Diruang Bawah tanah.
Gio pun sadar, dia mengingat apa yang telah terjadi "ANJING,LEPASIN GUE. GUE GA PUNYA MASALAH SAMA LO. LEPASIN GUEEE" teriak Gio
Namun percuma saja mau seberapa kuat dia berteriak tidak akan ada yang mendengar.
Pintu ruangan itu terbuka muncul 3 pria muda dengan aura yang menyeramkan.
Mereka yang sudah mendapatkan informasi Gio hanya menyeringai.
Galen dan laskar berjalan ke arah sofa yang tersedia. Mereka hanya akan melihat apa yang dilakukan Keenan terhadap tikus kecil itu.
"S-SIAPA LO! GUE GA PERNAH PUNYA MASALAH SAMA L-LO" teriak gio takut.
"Gimana Reaksi tuan Ghani jika tau putra nya sudah tak bernyawa?"
"A-apaa mau lo...hikss. l-lepas in ggue" Jawab gio ketakutan. Bahkan sudah menangis. Hei lihat lah dimana Dia yang berteriak tadi?
"Tangan mu itu yang di gunakan untuk menusuk belati diperut adik ku bukan? Agar lebih indah aku akan mempercantik"
Diambilnya tangan gio kemudian Keenan mengeluarkan pisau lipatnya. Mengukir namanya dengan indah. Darah segar sudah mengalir di dari ukiran yang diberikan Keenan.
"ARGHHHHHH.. AMPUNNN LEPASIN GUE...HIKS"
Keenan seolah tuli, dia bergerak maju. Hal itu membuat gio mundur perlahan sambil menahan rasa sakit di area tangannya.
Dengan gerakan cepat satu buah belati sudah tertancap mulus di perut gio "ARGGHHHHH" teriak gio kesakitan. Ruangan itu sudah dipenuhii bau anyirr.
Keenan kembali mencabut belati tersebut kemudian menusukan lagi ditempat yang berbeda sebanyak tiga kali. Erangan kesakitan memenuhi ruangan itu.
Keenan pun sudah puas dengan karyanya itu. Dia tersenyum dengan lebar. Seolah itu karya yang sangat amat bagus.
Galen dan laskar pun cukup puas dengan apa yang dilakukan Keenan. Mereka berdiri untuk meninggalkan ruangan kematian itu.
"untung nyawanya ga lepas, kurang baik apa coba gue" Celetuk laskar sebelum meninggalkan ruangan.
Gio yaang sudah tak kuat menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya ambruk, dengan darah segar yang terus - menerus mengalir.