Playlist: I Don't Wanna Live Forever By Zayn, Taylor Swift (Fifty Shades Darker)
-
-
-Alaizya menatap pantulan dirinya di depan cermin, rambut yang ditata rapih dan make up tipis yang menghiasi wajah cantiknya membuat Alaizya menggelengkan kepalanya, ia menatap ponsel yang tergeletak di samping kiri kemudian mulai menghubungi suruhannya. "Bagaimana? Bukankah sudah kau siapkan segalanya setelah aku berikan uang itu?" tanya Alaizya dengan nada dinginnya.
"Ya Nona, pembangunan akan berjalan mulai besok sesuai dengan yang kau inginkan. Struktur pembangunannya pun sesuai seperti yang kau inginkan. Mungkin akan sedikit memakan waktu karena luas bangunan yang besar, Nona"
"Baik, lakukan yang terbaik agar mereka bisa segera menggunakannya"
"Baik Nona" Alaizya memutuskan sambungan teleponnya sepihak kemudian mendirikan tubuhnya ia meraih jas merah yang tadinya ia sampirkan di sandaran sofa lalu memakainya tak lupa ia juga membawa ipad pribadinya. Gadis itu berjalan keluar dari kamarnya dan menuju meja makan. "Morning" sapanya langsung duduk setelah mendapat jawaban dari Florence dan Evander.
"Aku akan membawa mobil baruku ke kampus hari ini" ucap Evander membuat Alaizya memutar bola matanya malas.
"Ck, sei così stupido arrogante!" gumam Alaizya seraya meraih rotinya.
Leonardo yang mengerti ucapan putrinya pun terkekeh, ia menggelengkan kepalanya sementara Evander sudah menghentikan acara makannya dan menatap sang kakak dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kebiasaan lamamu itu tak akan berubah kak, kau merutuki orang dengan bahasa yang orang itu tak mengerti? Sopankah begitu?" tanya Evander dengan memicingkan matanya.
Alaizya menghentikan tangannya yang tadi mengoles selai ia menatap Evander dengan memiringkan kepalanya. "Ya mengapa? Masalah?"
"Sure, aku bisa tanyakan Daddy" ucap Evander tak mau kalah.
"Dad apa artinya?" tanya lelaki itu membuat Leonardo mengangkat satu alisnya. Ia berdehem kemudian meminum air putih sebelum menatap sang putra.
"Kau tampan dan baik hati" jawab Evander.
"It's so disgusting Dad, you Cambiare il significato solo per compiacere tuo figlio? Sul serio!"
"Alaizya, non insultare più tuo fratello, non capisce nemmeno quello che diciamo"
"La cui colpa non è imparare!"
Evander menatap Florence dan menggelengkan kepalanya ia menyentuh tangan sang Mommy kemudian meminum air putihnya. "Percayalah Mom, jika mereka menggunakam bahasa aliennya mereka tengah membicarakan kita" ucap Evander diangguki oleh Florence.
"Aku bersyukur kau tak mempelajari hal yang sama dengan kakakmu, jika tidak aku akan mati berdiri" lirih Florence menulikan pendengarannya sedangkan Leonardo dan Alaizya masuh berdebat dengan bahasa "alien-nya".
"Mom aku harus berangkat, lama disini aku bisa gila terlebih mereka mengatakan apa aku sungguh tak paham. Mungkin suatu hari aku harus membawa kamus di sakuku untuk menghadapi mereka" ucap Evander membuat Florence tersenyum anak lelakinya itu mencium pipi kirinya dan segera berangkat.
Sementara keributan antara ayah dan putri itu belum juga usai, Florence yang merasa tertekan pun akhirnya memilih meninggalkan meja makan dan berjalan menuju kamarnya ia menatap kebelakang sebentar kemudian bergumam. "Terimakasih Tuhan, terimakasih karena telah memberiku dua orang gila di hidupku yang sayangnya sangat aku cintai" gumamnya dan kembali berjalan menuju kamar.
"Sì, allora cosa faccio adesso? Devo scusarmi con il ragazzo? Andiamo, papà!"
"Alaizya sei un fratello maggiore, almeno imita l'atteggiamento di tua madre! Ho ragione Florence" Leonardo menatap ke samping kanannya tapi ia mengernyitkan dahinya bingung saat tak mendapati istrinya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCIPESSA MAFIA [END]
RomanceSeorang wanita hanya dipandang sebelah mata dalam dunia mafia, namun tidak bagi cucu seorang Arthur De Lavega, putri dari Leonardo De Lavega. Alaizya Leorance De Lavega. Baginya mafia adalah kehidupannya, hidup yang sesungguhnya. Berawal dari sebua...