Playlist: Hurt So Good By Astrid S
•
•
•Kepala Alaizya tertoleh ke samping dan dengan gerakan pelan ia menatap Hans lalu menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya yang terasa perih. "Ala, aku-maafkan aku Ala." ucap Hans seraya meraih tangan Alaizya tapi di tepis kencang oleh gadis itu.
Alaizya menatap nyalang pada Hans dan semakin menjauhi tubuh Hans. "Jangan dekati aku lagi, aku butuh waktu." ucapnya kembali tak menatap Hans.
Hans berdecak kesal ia bahkan memukul kaca mobil hingga terdengar bunyi retakan. Alaizya sama sekali tak perduli, toh jika rusak juga ini bukan mobilnya. "Kenapa kau tak pernah menerimaku Ala?!"
"Perlu dijawab?" tanya Alaizya balik yang kembali berhasil menyulut kemarahan dari Hans.
Tak lama mereka akhirnya sampai di sebuah mansion milik Hans, Alaizya memasuki mansion itu terlebih dahulu dan meninggalkan Hans di belakang tubuhnya. Alaizya tak memperdulikan tatapan Hans yang seakan membunuhnya, gadis itu tetap pada tujuan awalnya yaitu masuk ke dalam kamarnya secepatnya lalu mengunci pintunya agar si bajingan Hans tak dapat mengganggunya.
Hans terus menatap tubuh Alaizya yang berada jauh di depannya, pria itu mengusap dagunya lalu tersenyum tipis.
Sementara di ruangan gelap nan pengap, Alaizya membuka saklar listrik lalu menuju ke walk in closet, ia membuka salah satu laci disana dan meraih foto dirinya dan Theodore tepat di malam mereka mengucapkan janji sehidup semati. Air mata perlahan menggenang membasahi pipinya dan tubuh Alaizya perlahan melemas, ia bahkan meluruh ke lantai dengan tangis yang sesenggukan. "Tuhan, sesak sekali ..." lirihnya seraya menempatkan foto itu tepat di dadanya.
Alaizya tak bisa melakukan ini semua, rasanya ia sudah tak sanggup lagi. Ia rindu dan ia sangat ingin terus bersama dengan Theodore, pria yang begitu ia cintai, pria yang untuk pertama kalinya berani mendekati dirinya yang begitu monoton sekaligus yang mewarnai hidupnya. Tapi sepertinya takdir begitu membenci Alaizya, sebab ia justru terjebak bersama dengan pria seperti Hans. "Kenapa kau menatapku seperti itu Theo, kenapa kau menatapku seakan aku sangat menyakitimu? Padahal kita berdua tersakiti empat bulan ini, karena tanpa kau ketahui aku juga menderita. Semuanya tak bisa aku kendalikan sejak malam itu, maafkan aku." Alaizya benar-benar menangis saat ini, tak disangka air matanya keluar dengan deras untuk seorang pria yang begitu mencintainya seperti Theodore.
"Ala!" panggilan dari Hans diiringi dengan ketukan pintu berhasil mengganggu Alaizya. Gadis itu segera menyembunyikan kembali fotonya kemudian mengusap air matanya. Dengan wajah yang kembali datar ia berjalan keluar dari walk in closet dan membuka pintunya dengan perlahan. Ia menatap Hans yang berdiri dengan nampan berisi makanan. "What?" tanya Alaizya tanpa ekspresi.
"Makanlah, kau pasti lapar."
"Tidak, bawa kembali."
"Ala! Bisa tidak kau hargai aku?! Tak sadarkah kau?! Aku yang mengurus mu selama ini! Tiga bulan kau lumpuh karena virus itu dan aku yang mengurusmu! Dan ini yang kau balas untukku?!"
"Hans enough, kau mengungkit masa lalu dengan menghancurkan masa depanku? Kau gila? Kau sadar dengan ucapanmu barusan? Kau tersakiti, begitu pun aku lalu mengapa kau tak melepaskan aku saja? Kita bisa sama-sama bahagia?" tanya Alaizya dengan menangkat satu alisnya.
Hans dengan kasar melempar nampan yang ia pegang ke lantai hingga makanan yang semula untuk Alaizya kini sudah berceceran diatas lantai, tapi Alaizya tak merasa terancam sama sekali, ia justru menyilangkan lengannya di depan dada lalu menatap pria itu. "Cukup Ala! Cukup berbicara kau yang ingin pergi dariku lagi! Ingatlah lusa kita akan menikah jadi jangan macam-macam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCIPESSA MAFIA [END]
RomanceSeorang wanita hanya dipandang sebelah mata dalam dunia mafia, namun tidak bagi cucu seorang Arthur De Lavega, putri dari Leonardo De Lavega. Alaizya Leorance De Lavega. Baginya mafia adalah kehidupannya, hidup yang sesungguhnya. Berawal dari sebua...