01

18K 687 14
                                    

Seorang gadis dengan penampilan begitu kacau terlihat berdiri didepan pembatas jembatan, entah apa yang akan dia lakukan disana, bahkan di gelapnya malam. Hanya cahaya dari lampu jalanan lah yang menerangi nya dengan sedikit remang-remang.

"Eomma, Appa mianhae"ucapnya dengan air matanya yang terus mengalir.

"Aku tidak bisa lagi untuk terus hidup, dunia begitu sangat kejam"

"Menjalani kehidupan tanpa kalian membuat ku ingin menyerah, aku hidup sendirian didunia ini, semakin hari aku menjalaninya semakin sulit untuk ku menelan apapun, bahkan saat aku bermimpi pun, itu sangat menakutkan, Eomma aku harus bagaimana"

Entah masalah apa yang tengah dialaminya hingga membuat Haechan ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

Sulit memang menjalani hidup sendirian, kita akan merasakan kesepian, tidak memiliki seorang teman dan yang paling penting adalah kita tidak mendapatkan sebuah dorongan agar tetap bersemangat menjalani hidup, alasan untuk hidup pun Haechan tidak memilikinya.

Menjadi pribadi yang sangat menyenangkan tidak membuat Haechan terus bertahan dalam hidupnya, ada kalanya dia ingin menyerah dengan segalanya mengakhiri rasa sakit dan lelahnya, dan memilih jalan yang salah.

Banyak tertawa bukan berarti tak menyimpan luka, jika kalian merasakan apa yang Haechan rasakan mungkin kalian juga akan mengambil jalan yang sama.

Tidak mudah untuk Haechan terus percaya pada takdir, karena pada akhirnya dia telah menyerah. Sesulit apapun keadaan Haechan, dia bukanlah orang yang mudah menyerah namun sepertinya sekarang Haechan tengah berada dititik dimana dia memang harus menyerah.

Berusaha menaiki pembatas jembatan Haechan berdiri diatasnya dan siap untuk melompat dengan terus meneteskan air mata.

"Eomma, Appa mianhae"

Haechan mulai memejamkan matanya."Yakk, apa kau sudah gila"teriak seseorang dan langsung menarik Haechan.

Brukk

lalu keduanya terjatuh dengan posisi Haechan yang berada diatas orang dengan matanya yang masih terpejam, dan setelahnya Haechan malah menangis histeris.

"Ahjussi, kenapa kau menolong ku, biarkan aku mengakhiri semuanya ini terlalu menyakitkan, aku tidak bisa lagi hidup dengan semua rasa sakit ini hiks".rancaunya.

"Aku lelah dan ingin beristirahat dari kejamnya dunia, aku ingin menidurkan tubuhku yang terasa remuk ini, bahkan aku ingin menenangkan jiwa lelah ini, hikss..hikss"lanjutnya.

Orang yang Haechan panggil ahjussi pun tidak menjawab perkataan Haechan, dia malah berusaha untuk bangun dan menyingkirkan Haechan dari tubuhnya lalu berdiri menatap Haechan yang terlihat masih menangis dengan terduduk lesu.

"Lakukanlah, aku tidak akan menghalangi mu lagi"

Haechan berhenti menangis lalu mendongakkan kepalanya menatap seseorang didepannya yang tidak terlihat begitu jelas karena gelapnya malam.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu, bukankah kau ingin mengakhiri hidupmu,"

"Maka lakukanlah"

Dengan sedikit bergeser Haechan memeluk kaki laki-laki didepannya dengan erat. "Ahjussi, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, aku hanya tidak ingin hidup seperti ini, semuanya terasa melelahkan dan menyakitkan aku tidak tahan"

"Tolong tanyakan pada Tuhan, jika dia menciptakan manusia untuk suatu tujuan maka apa tujuan ku diciptakan selain merasakan kesakitan seperti ini"

"Aku hidup sendirian, tidak ada keluarga ataupun teman, aku merasa kesepian"

"Ahjussi hikss"lanjutnya dengan terus menangis, tidak peduli pada siapa Haechan sekarang mengadu dia hanya butuh seseorang yang mendengarkan nya, sekalipun dia adalah orang asing dan entah dari mana asalnya pun karena sekarang Haechan sedang benar-benar kacau, jadi dia tidak bisa berfikir dengan jernih.

Dengan sedikit merasa iba orang itu menatap Haechan dengan datar, berfikir sejenak dan setelahnya orang itu pun memegang bahu bergetar Haechan lalu membawanya untuk berdiri dan menatapnya.

Sedangkan Haechan dia hanya diam dan terus menangis membiarkan orang didepannya itu melakukan apapun. Haechan sudah tidak peduli lagi setelah ini apa yang akan dialaminya.

"Kau kesepian?"tanyanya. Dan Haechan menganggukkan kepalanya meskipun dari jarak sedekat ini tapi Haechan tidak bisa melihat dengan jelas wajah seseorang didepannya karena air matanya yang menghalangi indra penglihatannya.

"Ahjussi"

"Ikutlah dengan ku,"

"kau tau kita adalah dua orang yang memiliki masalah yang sama, yaitu kita sama-sama kesepian" tuturnya tanpa ekspresi.

Menimbang apa yang ditawarkan oleh seseorang didepannya, Haechan sedikit berfikir maksud dari ucapan orang itu.

Haruskah Haechan percaya terhadap orang asing didepannya ini, lalu ikut dengan nya karena alasan sama-sama kesepian, apakah itu masuk akal dan melupakan rencananya untuk bunuh diri.

"Aku tidak akan memaksa, jika kau merasa keberatan"

Menghapus air matanya dengan kasar Haechan menahan lengan orang itu dengan cepat. "Tidak, maksudku aku mau"ucapnya dengan antusias, sepertinya rencana untuk mengakhiri hidupnya sendiri telah Haechan buang jauh-jauh.

"Baiklah, jadi siapa namamu?"

"Ha-Haechan, Lee Haechan"

"Berapa usiamu?"

"22 tahun"jawabnya dengan cepat.

Orang itu mengangguk laku mengulurkan tangannya."Dan ya, namaku Mark Lee, 25 tahun jadi kau tidak perlu memanggilku Ahjussi lagi, karena kita hanya berbeda 3 tahun saja"

Haechan menerima uluran tangan Mark dengan canggung, termasuk merasa malu juga karena dia pikir laki-laki didepannya nya itu sudah tua, ternyata masih muda. Prustasi memang bisa membuat seseorang menjadi bodoh termasuk Haechan.

"Maaf"gumamnya.

"Tidak apa-apa, itu wajar karena kau sedang kacau"jawab Mark dengan terus menatap Haechan yang hanya menundukkan kepalanya.

Genggaman keduanya terlepas dan terjadilah keheningan setelahnya, Haechan memang tipe orang yang banyak berbicara namun berbeda lagi untuk sekarang, karena dia merasa malu setengah mati.

"Apa kita hanya akan tetap diam disini"Mark memecahkan keheningan dengan bertanya pada Haechan yang hanya terus diam dan menunduk.

"Aku, aku tidak tau"

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita segera pulang kerumahku"

"Pulang kerumahmu"

"Hmmm, tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam"

"Atau kau berniat melanjutkan acara mengakhiri hidupmu" lanjut Mark.

"Ah, tidak. Sebenarnya aku juga masih ragu, pasti akan sangat menyakitkan saat aku jatuh kebawah dan aku belum siap" cicitnya karena merasa malu dengan tingkah nya sendiri, bahkan wajahnya terlihat memerah.

Mark hanya bisa menggelengkan kepalanya, aneh memang.

"Ayo, naiklah"ajak Mark.

Dan Haechan pun menaiki mobil Mark dengan sedikit ragu-ragu. Keduanya telah memasuki mobil dan mobil pun melaju membelah keramaian dijalanan kota Seoul.

An Accident [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang