32

4K 367 36
                                    

Haechan tengah berdiri didepan sebuah kaca besar yang terletak dikamar nya. Entah ini perasaan Haechan atau memang berat badannya benar-benar bertambah. Lihatlah tubuhnya semakin melebar, kakinya juga terlihat tidak jenjang lagi dan jangan lupakan lemak yang menumpuk di bagian atas lengannya. Ini tidak bisa dibiarkan, haruskah Haechan diet untuk mengembalikan berat badannya.

"Bagaimana bisa tubuhku menjadi sebesar ini."

"Mark, ini menyebalkan. Lihatlah ini." Haechan merenggut tidak suka dan merentang kan tangannya memperlihatkan proporsi tubuhnya.

"Apalagi yang harus kulihat, setiap hari aku melihatmu." Jawabnya tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun.

Haechan berdecak lalu kembali pada kegiatannya.

Mark yang sedang menyelesaikan pekerjaannya pun menghentikan kegiatannya dan menyimpan laptop miliknya di meja saat melihat Haechan yang tak kunjung berhenti mengaca. Jujur saja melihat tingkah sang istri membuat Mark sedikit risih. Bukan apa-apa, tetapi sungguh Haechan hampir melakukan hal yang sama ketika dia melewati cermin, entah itu dikamar mandi atau ditempat umum, dan dapat Mark hitung itu semua hampir Haechan lakukan dari satu bulan yang lalu.

Naik atau tidak nya berat badan Haechan, tetap saja dimata Mark, Haechan itu masih terlihat cantik dan semok.

Memang apa yang Haechan rasakan tengah Mark rasakan juga, pasalnya tubuh istrinya memang semakin hari terlihat semakin melebar, terlebih di bagian dadanya.

"Mark lihatlah ini, bahkan pakaian ku saja mulai mengecil."

"Tubuhmu yang membesar bukan pakaian nya."

"Jadi kau bilang aku gendut! Begitu!."

"Bukan begitu, Haechan. Tapi itu memang kenyataannya."

Haechan memutar bola matanya lalu kembali menelisik tubuhnya, dari atas sampai bawah. Bahkan matanya terlihat memincang. "Haruskah aku diet lagi." Gumamnya.

Jengah dengan segala pemikirannya, Haechan pun melangkahkan kakinya menghampiri sang suami lalu duduk disebelahnya, menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. "Mark." Panggilnya dan Mark hanya menjawabnya dengan deheman saja. "Menurutmu, haruskah aku diet lagi."

"Diet ataupun tidak kau tetap cantik."

"Jangan merayu Mark. Aku akan tetap menjalani proses diet."

"Aku pikir kau akan gagal, saat melihat makanan." Haechan hanya bisa tersenyum lebar, karena apa yang Mark katakan adalah kenyataan. Haechan juga tidak tau bagaimana bisa dia tidak tahan melihat makanan, bahkan Haechan kerap memakan dua porsi makanan.

"Haechan, kapan terakhir kali kau datang bulan?." Tanya Mark kembali. Haechan pun menoleh dan sedikit berpikir seolah tengah mengingat.

"Dua bulan yang lalu mungkin." Jawabnya. "Memang nya kenapa?."

Binar kebahagiaan tiba-tiba saja memancar dari pupil Mark, dengan cepat Mark membalikkan Haechan dan menggenggam bahunya dengan tersenyum lebar, hingga membuat Haechan celingukan karena bingung. "Ada apa dengan mu?."

"Haechan, apa mungkin kau sedang hamil."

"Mark, jangan mulai."

"Dengarkan aku dulu. Kau sudah telat dua bulan bukan, tidak kah itu berarti kau memang sedang hamil."

"Akhir-akhir ini porsi makan mu juga bertambah, lihatlah bahkan tubuhmu saja seperti sedang berisi."

Haechan terdiam. Benarkah, dia hamil. Tapi ini belum dapat dipastikan, maksudnya jika pun Haechan hamil bukankan seharusnya dia merasa kan Morning Sickness semacam mual dan mengidam sesuatu. Tetapi jika diingat kembali seperti nya Haechan tidak mengalami hal itu, bahkan dua bulan terakhir ini dia menjalani kesehariannya seperti biasa.

An Accident [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang