Waktu memang terlalu cepat berlalu. Tetapi kesedihan Haechan tidak pernah berhenti. Setelah kepulangan dari Jeju mood Haechan berubah menjadi turun. Dia sering diam, bahkan tidak bersemangat seperti biasanya. Kadang-kadang Haechan juga terlihat gampang melamun. Mark khawatir dengan keadaan istrinya, dia takut terjadi sesuatu pada Haechan. Bagaimana jika Haechan menyembunyikan sesuatu dari Mark.
Bahkan waktu itu mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, sementara Taeyong dan Jaehyun memilih untuk tetap disana. Mark sudah merasakan keanehan pada Haechan setelah mereka tinggal di Jeju untuk waktu kurang lebih tiga hari, karena Haechan yang terus merengek ingin segera pulang, bukankah sebelumnya Haechan begitu antusias untuk pergi ke Jeju lantas ada apa sekarang kenapa dia tiba-tiba saja berubah.
Dia tidak berniat untuk bercerita pada kakaknya Taeyong, karena menurutnya setelah menikah semuanya ditanggung sendiri.
Setelah sampai di Seoul Haechan menepati janjinya untuk mengajak Mark berkunjung ke pemakaman orang tuanya, dan setelah itu tidak ada lagi pembicaraan lebih. Haechan hanya mengeluh lelah dan ingin segera pulang untuk istirahat.
Ini sudah hampir sebulan dua minggu, dan Haechan tetap bersikap seperti itu. Mark sering bertanya kepada Haechan. Apakah ada yang mengganggu pikirannya? Tetapi Haechan selalu menjawab tidak, dan memberikan alasan yang sama yaitu lelah.
Mereka memang sering melakukan kegiatan suami istri hanya saja rasanya berbeda, Mark bisa merasakan nya yang bersemangat hanya dirinya, sementara Haechan dia hanya melakukan apa yang seharusnya seorang istri lakukan. Memuaskan suaminya, tetapi bagaimana bisa Mark puas jika istrinya saja terlihat tidak bersemangat. Dirinya seperti sedang bercinta dengan sebuah boneka saja.
Maka dengan itu, Mark memutuskan untuk bertanya kembali kepada Haechan. Dirinya sedang berada dikantor dan berniat untuk pulang. Ini masih pukul sembilan tetapi Mark memutuskan untuk segera kembali kerumah.
Dia rela meninggalkan pekerjaan nya demi sang istri tercinta. Sudah cukup dirinya diam dan membiarkan Haechan terus bersikap seperti itu. Mark tidak marah, sungguh. Hanya saja dia takut sesuatu terjadi pada istrinya, semacam penyakit bersarang ditubuhnya. Mark segera menepis pikirannya, itu terlalu menyeramkan. Lebih baik dia bergegas untuk pulang.
Mark mengemudi seperti orang kesetanan, dia dengan ketidaksabarannya telah merenggut akal sehatnya. Beruntung lah jalanan sedikit sepi jadi Mark bebas menyalip dan dengan begitu dia dapat sampai kerumah dengan cepat. Mark benar-benar terlihat kacau, dia bahkan memarkirkan mobilnya dengan sembarangan meskipun didepan rumah sendiri tetapi tetap saja kedisiplinan nomor satu kan. Tapi lupakan karena Mark sedang memiliki banyak pikiran.
Sesampainya dirumah Mark mengernyit kan matanya tumben sekali lampu rumah belum menyala, apakah Haechan lupa atau dia ketiduran. Mark pun berjalan dan menyalakan lampu. Dia melemparkan jas dan tas kerjanya pikirannya sudah dipenuhi oleh Haechan.
Saat sampai dilantai atas, Mark mendengus ternyata bukan hanya lampu diruang bawah saja, karena dilantai atas juga terlihat gelap. Mark pun menyalakan seluruh lampu ruangan dan beralih memasuki kamar nya.
Hal pertama yang dilihatnya adalah punggung istrinya, Haechan tidur dengan posisi membelakangi Mark. Mark berjalan dengan menggulung kemejanya, saat dirinya semakin dekat dengan Haechan maka Mark semakin jelas melihat punggung Haechan, bukan hanya itu Mark juga melihat jika Haechan tidak tidur, istrinya menangis.
Mark pun naik keranjang dan membalikkan istrinya hingga berhadapan dengan nya, oh Tuhan cobaan apa lagi ini, kenapa Haechan menangis dengan tersedu-sedu bahkan Mark bisa melihat jika Haechan sedang berusaha memelankan tangisannya dengan menggigit bibir bawahnya, rasanya pasti sangat sakit.
"Sayang, kenapa kau menangis. Katakan, apa aku membuat kesalahan?." Katanya dengan menahan tangisnya, Mark tidak bisa melihat Haechan seperti ini.
Mark mencium sesuatu. "Kau minum." Mark mendudukkan Haechan dan menangkup pipinya dengan lembut. Lihatlah bahkan istrinya menjadi begitu kurus, Mark tidak suka.
Haechan tidak menjawab dia masih saja menangis dengan tersedu-sedu. Bibirnya terlihat terluka, memang nya berapa lama Haechan menangis.
"Kau mendengarkan ku kan, katakan ada apa. Akhir-akhir ini kau terlihat diam, apa ada yang sakit?. Sayang, kumohon jawablah kau membuat ku khawatir."
"Haechan-ah, bahkan kau minum. Ini tidak baik, lihat aku."
"Seberapa banyak kau minum." Lanjutnya dengan lirih.
"Hiks Mark."
"Iya sayang."
"Kau tidak akan meninggalkan ku kan." Rancaunya.
"Tentu tidak. Ada apa dengan mu?. Apa ada orang yang mengganggu mu." Haechan menggeleng. Kesadarannya masih belum terkontrol, Haechan masih dalam keadaan mabuk. Dia benar-benar mabuk hanya dengan meneguk dua gelas saja. Karena toleransi Haechan pada alkohol sangat buruk.
"Kau tau, di Jeju aku bertemu dengan seseorang dan dia mengatakan.." Haechan berhenti sejenak karena kepalanya terasa pusing. Mark hanya menatap Haechan dia sedang menunggu apa yang akan Haechan katakan. "Jika aku tidak akan memiliki keturunan, aku tidak bisa hamil Mark."
Mark tidak habis pikir dengan orang yang mengatakan itu pada Haechan. Haechan itu pemikir keras jadi apapun yang orang katakan Haechan akan memikirkan nya. "Jadi karena itu."
"Dengar, dia hanya bersikap sok tau. Mungkin dia iri, bahkan kita baru menikah beberapa bulan Haechan. Wajar bukan jika kita belum dikaruniai anak. Katakan siapa orang itu."
"Tapi Mark, dia mengatakan nya dengan benar. Dia...dia Mina."
Sial!
Batin Mark bergemuruh hebat saat mendengar nama itu. Dia wanita yang sempat membuat salah paham dirinya dan Haechan waktu di Jeju. Entah dari mana datang nya wanita itu, hingga tiba-tiba saja masuk dalam hidupnya dan sekarang berusaha menghancurkan mental Haechan.
Pantas saja beberapa hari ini Mark selalu di teror oleh nomor tidak dikenal. Dan Mark yakin jika orang itu adalah Mina.
"Kenapa kau mempercayai nya."
"Aku datang ke sebuah rumah sakit dengan nya, dan hasilnya....hasilnya aku... "
"Tidak bisa hamil."
Mark marah, sungguh! "Akan kubuktikan jika dia berbohong." Mark mencium Haechan rakus dan mendorong nya hingga Haechan terlentang dikasur. Tidak ada kelembutan tetapi Haechan menerima nya dengan mengalungkan tangannya dileher Mark. Dia masih mabuk bukan.
Tanpa melepaskan pangutan nya dengan Haechan, Mark membuka pakaian nya dengan tergesa-gesa, bahkan Mark juga merobek pakaian Haechan.
"Lihat Haechan. Akan aku buktikan, jika wanita itu telah membohongi mu." Haechan tersenyum dia menarik sabuk dari celana Mark dan melemparkan nya kesegala arah. Bahkan dengan beraninya Haechan membalikkan posisinya hingga membuatnya berada di atas Mark.
"Kau benar seperti nya dia membohongi ku, Mark mari melakukan nya setiap hari dan buktikan pada dunia jika aku akan memiliki seorang putra." Katanya dengan membuat pola absurd didada bidang milik Mark.
Inilah kelemahan Mark jika Haechan sedang mabuk. Dia akan terlihat lebih ganas dari pada dirinya. Lihat saja tadi dia menangis dan sekarang dia berubah menjadi sensual seperti ini. Argghhh Mark sudah tidak tahan. Dia kembali meraup bibir Haechan dan membalikkan posisinya lagi, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Haechan melalui leher halusnya.
"Jangan meminta ku untuk berhenti, Haechan."
Pergumulan itu terjadi dengan begitu panasnya, bahkan Haechan mengerang dengan kenikmatan yang Mark ciptakan, sentuhannya seakan membawa Haechan untuk terbang mengelilingi semesta.
Benar-benar surga-Nya dunia. Mark memberikan Haechan kebahagiaan yang sesungguhnya, ini berbeda, dengan apa yang pernah mereka lakukan sebelum nya. Meskipun Haechan sedang mabuk tetapi dia berjanji akan merekam suasana malam ini dengan baik.
Garing bgt😭
Sorry gk bisa bikin ginian, sumpah.
Alurnya juga aku percepat 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
An Accident [Markhyuck Gs]✔
FanfictionPertemuan yang tidak disengaja membuat keduanya memiliki perasaan satu sama lain, namun sayang sebuah kisah memang tidak pernah berjalan dengan mudah. Markhyuck gs