05

5K 450 10
                                    

Sinar matahari berhasil memasuki jendela yang memang tidak tertutup oleh gorden, sinarnya mengusik kenyamanan dua insan yang sedang tertidur pulas dalam satu kasur.

Keduanya terlihat sedang berpelukan satu sama lain, dengan mata yang masih terpejam namun salah satu diantaranya seperti telah terusik, Mark membuka matanya perlahan karena sebuah cahaya telah mengganggu tidurnya, matanya mulai terbuka sempurna dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah pucat Haechan yang sedang tertidur pulas di dekapannya.

Memandang wajah Haechan dengan begitu lamat, Mark tersenyum tipis Haechan terlihat begitu cantik jika setenang ini.

Dengan perlahan Mark mengusap kening Haechan yang terlihat basah oleh keringat, perlahan jarinya turun mengusap hidung, lalu berakhir dibibir Haechan yang terlihat sangat pucat dengan hembusan nafasnya yang terasa hangat dijari Mark. Sedangkan Haechan dia masih saja setia tertidur seperti tidak terusik sama sekali oleh sentuhan Mark.

"Kau demam"gumam Mark dengan mengusap lembut pipi Haechan. Perlahan Mark mendekatkan wajahnya pada Haechan, dan mengecup kening Haechan lama dengan lembut.

Entahlah semuanya terjadi begitu saja, Mark seperti memiliki dorongan tersendiri untuk melakukannya. Dan juga Mark tidak mengambil pusing tentang mengapa dia bisa tidur dengan Haechan, yang Mark ingat dia sedang menjaga Haechan semalaman dan berakhir seperti sekarang.

Bahkan Mark masih menggunakan pakaian kantor, hanya saja dia lupa menyimpan jasnya yang entah dimana, dan menyisakan kemejanya saja.

Mark beranjak dari kasurnya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Haechan lalu memasuki kamar mandinya untuk membersihkan diri.

Setelah mandi Mark hanya mengganti pakaiannya menjadi kaos hitam dan celana hitam, dengan rambutnya yang berwarna hitam legam yang terlihat masih basah, Mark menatap sekilas Haechan yang masih tertidur pulas lalu beranjak pergi keluar dari kamarnya.

Hal pertama yang dilakukannya adalah masuk kesebuah pintu diujung lorong yang berpapasan dengan kamarnya, entah apa yang dilakukannya didalam sana karena setelahnya Mark terlihat keluar lagi lalu pergi ke lantai bawah.

Sebelumnya Mark memang telah memesan makanan untuk nya dan Haechan, dan berakhir dengan sekarang, Mark yang sedang menyiapkan makanan dimeja makan dan merapikan nya. Seperti terlihat bukan sosok Mark Lee.

Saat sedang menuangkan air Mark mendengar seseorang menuruni tangga, dan saat dia menoleh Mark melihat Haechan yang terlihat kesusahan menuruni tangga. Dengan sedikit berlari Mark menghampiri Haechan lalu merangkul nya, membantu Haechan menuruni tangga.

"Hati-hatilah, kau masih demam"

Haechan yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Mark pun merasa terkejut dan bertanya-tanya, apakah Mark mengalami kecelakaan, hingga membuatnya menjadi lembut seperti ini. Kepalanya yang terasa pusing, seperti bertambah lebih pusing karena Mark.

"Tuan Lee"panggil Haechan dengan suara serak khas orang baru bangun tidur, dan lagi ditambah dengan Haechan yang sedang sakit.

"Panggil aku, Mark"ucap Mark tanpa menoleh kearah Haechan sedikitpun, dia masih berusia membantu Haechan untuk segera duduk dikursi. Sedangkan Haechan seketika menghentikan langkahnya dan menatap Mark dengan tatapan sayu karena Haechan sedang demam.

"Kenapa malah berhenti, kau harus segera duduk"

Ingin rasanya Haechan memaki-maki orang didepannya ini karena Mark seperti terlihat bukan Mark, dan Haechan harus menyadarkan nya dengan cara memaki Mark, tapi kondisinya sedang tidak mendukungnya tubuhnya terasa lemas dan seperti tidak memiliki kekuatan, berusaha berbicara saja rasanya sangat sulit jadi bagaimana bisa Haechan memaki Mark, bahkan untuk berjalan saja Haechan harus mengeluarkan semua tenaganya, untungnya sekarang dibantu oleh Mark.

Jika saja Haechan tau bahwa dia telah tidur seranjang dengan Mark, bahkan Mark telah mencium keningnya, maka rasa ketidakpercayaan nya akan menambah, atau berakhir dengan Mark yang ditendang oleh Haechan.

"Duduklah"Mark mendudukkan Haechan lalu menyodorkan roti dan juga susu untuk Haechan.

"Makanlah itu terlebih dahulu, dari kemarin perutmu kosong jadi harus diisi dengan yang ringan-ringan."tutur Mark.

Mulut Haechan terbuka untuk protes, mana bisa Haechan cuma makan roti saja, jika Mark tau Haechan belum makan kenapa hanya disediakan roti saja dia kan ingin makan nasi. Namun sulit sekali untuk Haechan mengeluarkan suaranya, rasanya sangat sakit.

"Kau bisa makan nasi setelahnya, jangan berusaha untuk protes kau ini sedang sakit, Haechan"Mark yang seolah tau dengan raut wajah Haechan pun memperingati Haechan.

Dengan terpaksa Haechan memakan rotinya setelah meminum susunya terlebih dahulu, ah tenggorokannya terasa lebih baikan sekarang, seperti nya susu baik untuk tenggorokan Haechan.

"Tuan Lee, bolehkah aku makan nasi sekarang"tanyanya dengan susah payah.

"Ulangi"perintahnya dengan santai.

Haechan mengehela nafas kasar. Lalu merutuki Mark dalam hatinya. "Tuan Lee, ak-"

"Mark, sudah kubilang panggil aku, Mark. Haechan"katanya dengan menyodorkan nasi pada Haechan.

Ini aneh, dan Haechan tidak bisa jika harus tetap diam, banyak sekali pertanyaan dalam benaknya, pertama apa yang sebenarnya telah terjadi padanya, kedua saat terbangun dari tidurnya Haechan berada dikamar Mark, dan ketiga ada apa dengan Mark? dia berubah dalam waktu semalam saja. Atau jangan-jangan..

"APA YANG TELAH KAU LAKUKAN PADAKU"tiba-tiba saja Haechan berdiri dari duduk nya dengan sedikit sempoyongan dan berteriak pada Mark dengan memeluk dirinya sendiri.

"Uhukk.. Uhukk.. Uhukk"dan berakhir dengan nya yang ter batuk-batuk.

Mark menghela nafas pelan lalu menghampiri Haechan dan menepuk punggung Haechan dengan pelan, dan mengelus nya. "Jangan berteriak seperti itu, tenggorokan mu akan sakit. Berhentilah oke"

"Kau"seru Haechan sambil mendelik pada Mark"Tidak ada yang kulakukan selain memelukmu saja saat tertidur"jawabnya dengan tanpa memiliki rasa bersalah sedikitpun.

Haechan tidak percaya ini, jadi semalaman dia tidur dengan Mark, bahkan mereka saling berpelukan. Tidak mungkin!.

"MARK LEE SIALAN, MENJAUH KA-"

Cup

"Sudah kubilang, berhenti berteriak, Haechan"entah memiliki keberanian dari mana hingga dengan tidak sopannya Mark mencium Haechan, meskipun hanya sekilas tapi tetap saja perlakuan Mark membuat Haechan terdiam dan berfikir dengan keras, ada apa dengan Mark? entah yang keberapa kalinya Haechan bertanya seperti itu yang jelas pikiran dan perasaannya seperti tidak sinkron.

Percayalah ini bukan yang pertama untuk Haechan, dia pernah melakukan lebih dari ini dengan mantan kekasihnya, namun saat Mark yang melakukannya Haechan merasa dunia telah berhenti berputar.

"Kau,"gumamnya dengan menyentuh bibirnya sendiri.

An Accident [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang