03

5.4K 508 32
                                    

Saat sedang makan tiba-tiba saja Mark memberikan beberapa sebuah bag pada Haechan yang entah apa isinya.

Dengan sendok yang masih ada di mulutnya Haechan mulai membuka bag itu perlahan, dahinya mengkerut saat melihat isi dari bag tersebut.

"Tuan Lee, untuk apa semua pakaian ini?"

"Tentu saja untuk mu, memangnya untuk siapa lagi"Haechan menunjuk-nunjuk dirinya seolah tidak percaya. Asal kalian tau saja pakaian dilemari yang ada dikamar nya Haechan itu sangat banyak dan masih bagus, lalu kenapa tiba-tiba Mark membelikan pakaian lagi.

"Berhenti memakai pakaian yang ada dilemari kamarmu, karena sekarang kau memiliki pakaian sendiri"

"Tapi tuan"

"Jangan banyak bertanya lakukan saja perintahku"

Tanpa menjawab Mark, Haechan pun pergi ke kamarnya dengan membawa semua bag dari Mark, mengacuhkan Mark memang sebuah hobi baru untuk Haechan, karena menurutnya menjawab juga percuma.

Membuka semua pakaian yang diberikan oleh Mark, Haechan merasa kagum saat melihat satu persatu pakain itu.

"Woah, bagusnya. Pasti harganya sangat mahal"

"Padahal pakaian didalam lemari itu masih bagus, dan masih layak pakai. Tapi kenapa Mark malah membelikan ku pakaian lagi"

"Oh, atau jangan-jangan pakaian dalam lemari itu milik kekasih Mark, Daebak sebanyak itu"Haechan terus saja mengoceh sambil membereskan pakaian nya dan menyimpan nya dilemari sebelah kiri karena disana tempatnya masih terlihat kosong jadi sayang jika tidak digunakan.

"Tolong aku"Dengan gerakan refleks Haechan menolehkan kepalanya kesegala arah, dan berusaha mencari sumber suara yang dapat Haechan yakini jika dia memang mendengar seseorang berbisik ditelinga nya. Suara itu terdengar sayup-sayup ditelinga Haechan terdengar seperti suara bisikan.

Tok tok tok

Namun saat sedang mencari suara itu, tiba-tiba saja Haechan merasa mendengar sesuatu dibalik lemari kanannya, seperti suara ketukan pintu.

Tok tok tok

Suara itupun terdengar semakin keras, dengan susah payah Haechan menelan ludahnya sendiri.

Dengan menggeser langkahnya perlahan Haechan berusaha untuk berhati-hati agar tidak menimbulkan suara, tangannya mulai terulur untuk membuka lemari itu. Haechan merasa ragu namun disisi lain dia juga penasaran karena suara nya tak kunjung berhenti.

Tangannya terlihat begitu bergetar beriringan dengan jarak pada pintu lemari semakin mendekat, bahkan keringat mulai membasahi wajahnya.

"Satu, dua, tiga"langsung saja Haechan membuka lemarinya dengan sekali tarikan, namun saat Haechan mencarinya didalam lemari itu barangkali ada tikus atau hewan buas yang masuk, namun nihil didalam lemari tidak ada apapun selain pakaian wanita saja.

"Ini aneh."

"Apakah pendengaran ku sedang bermasalah, aku rasa tadi aku mendengar suara seseorang meminta tolong dan lagi aku juga mendengar seperti ada yang mengetuk pintu lemari dari dalam."tuturnya pada diri sendiri.

"Sepertinya aku kelelahan dan butuh istirahat, aku harus mandi terlebih dahulu"Haechan pun mengambil handuknya dan memasuki kamar mandi.

.

.

.

.

Mark sedang mengerjakan pekerjaan kantor nya dikamar miliknya, gorden nya terlihat masih terbuka. Sepertinya Mark tidak memiliki niat untuk menutupnya.

Suara keyboard yang ditekan terdengar diruang tidur Mark, suasananya terasa sunyi dan sepi seperti tidak ada kehidupan didalamnya.

Pandangan nya terlihat hanya tertuju pada laptop yang ada di pangkuannya, kacamata yang membalut matanya membuat Mark terlihat dua kali lebih tampan dari biasanya, rambutnya yang terlihat acak-acakan memberikan kesan manis tersendiri untuk Mark.

Saat dirasa pekerjaan nya telah selesai Mark menyimpan laptop miliknya dimeja samping kasur nya.

Mark bangkit dari duduk nya lalu melangkahkan kakinya menuju balkon rumahnya. Mengeluarkan ponsel miliknya lalu mengetik sebuah pesan untuk seseorang dan setelahnya menyimpan kembali ponselnya.

Tidak lama kemudian pintu kamar Mark seperti ada yang membukanya. "Tuan Lee, ini tehnya"teriak Haechan diambang pintu kamar Mark."Masuklah"perintah Mark, dengan sedikit ragu akhirnya Haechan memasuki kamar Mark untuk yang kedua kalinya dan dapat Haechan lihat, gorden kacanya belum ditutup. Apakah Mark orang nya sangat pemalas, hingga menutup gorden saja seperti tidak berminat.

Haechan menyimpan tehnya dimeja yang berada dibalkon, setelah itu Haechan berjalan kearah jendela untuk menutup gorden nya.

"Jangan menutupnya, biarkan saja seperti itu"

"Baiklah, kalau seperti itu aku akan keluar"

"Tetaplah disini, aku butuh teman untuk mengobrol"Haechan yang akan melangkahkan kakinya pun otomatis berhenti dan menatap punggung Mark dengan tatapan bertanya.

"Kenapa kau masih diam disana, kemarilah"titah Mark. Haechan berjalan kearah Mark dengan gugup, sebelumnya Haechan tidak pernah merasa segugup ini didepan Mark bahkan saat dirinya ditolong oleh Mark pun perasaan semuanya masih terasa biasa-biasa saja, namun kenapa sekarang rasanya sangat berbeda. Ini aneh dan Haechan tidak tau perasaan apa yang tengah menderanya.

"Tidak perlu gugup seperti itu, aku tau kau sering mengumpat padaku"seru Mark dengan menatap Haechan.

"Tuan Lee, kau cenayang"

"Dengan respon mu yang seperti itu membuat ku semakin yakin jika kau memang sering mengumpatiku, Haechan"

Dengan gerakan cepat Haechan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.  "Maaf"

"Haechan aku ingin bertanya"

"Tanyakan saja, apa susahnya".

"Apakah seorang wanita memang sering mengatakan janji tanpa menepatinya?"tanya Mark dengan menolehkan kepalanya menatap Haechan.

Sedangkan Haechan dia menatap Mark dengan memincangkan matanya, sepertinya ada yang salah dengan kata-kata Mark, karena seharusnya laki-laki lah yang selalu mengatakan janji tanpa menepatinya.

"Tuan Lee, anda salah yang memiliki sifat seperti itu cenderung laki-laki, bukan perempuan."

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu Tuan, atau jangan-jangan kau telah menjadi korban janji tanpa bukti?"tuduh Haechan dengan menatap Mark bengis.

"Sudahlah, memang percuma bertanya pada orang seperti mu, kau bisa kembali kekamar mu"perintah Mark dan dituruti oleh Haechan.

"Mengobrol macam apa seperti itu, jika tidak ingin mendengar pendapat orang lain seharusnya dia bicara saja dengan tembok"gerutu Haechan.

Haechan menutup pintu kamar Mark dengan membanting nya hingga menimbulkan bunyi dentuman. "Dasar wanita aneh"gumam Mark.

Setelahnya terjadi keheningan, hanya gelap malam yang menemani Mark dan sebuah teh hangat buatan Haechan, lalu ditambah dengan semilir angin yang terasa begitu menusuk kulit.

"Aku merindukan mu, sayang. Kau ada, namun seperti tidak ada"

An Accident [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang