35

4K 364 47
                                    

Rasanya sangat melelahkan, sesak dan sulit untuk bergerak. Duduk dan berbaring sekiranya yang dapat Haechan lakukan sekarang.

Usia kandungnya sudah memasuki bulan ke sembilan. Jadi sedikit sulit untuk nya melakukan kegiatan apapun, bahkan untuk berjalan saja Haechan merasa kesulitan. Apalagi kalau suaminya sedang berada di kantor, Haechan akan lebih sulit  bergerak karena biasanya Mark akan membantu Haechan.

Jika kalian bertanya kenapa Haechan dan Mark tidak memakai maid saja, jawabannya mereka hanya tidak ingin. Lagipula Taeyong kadang datang kerumah Mark untuk menemani Haechan atau sekedar membantu nya.

Namun sekarang sepertinya Haechan harus melakukan nya sendiri, karena ada kabar baik jika Taeyong sedang hamil dua bulan. Dan artinya anak Haechan nantinya akan memiliki teman.

Haechan jadi membayangkan betapa repot nya Jaehyun, karena yang Haechan dengar Taeyong mengidam hal-hal yang lebih tidak masuk akal, melebihi Haechan.

Mark saja kewalahan, dan sekarang Jaehyun merasakan apa yang Mark rasakan. Haechan tersenyum saat membayangkan semuanya.

Saat dirinya harus mengidam hal-hal yang membuat Mark prustasi sekaligus depresi. Haechan pun terkekeh. Ah, Haechan berjanji pada dirinya sendiri jika dia akan melakukan apapun untuk kelahiran anaknya. Sekalipun nyawa taruhannya, karena masa-masa yang dilalui nya saat hamil adalah yang paling berharga dan anak nya harus mengenal dunia.

Tiba-tiba saja dia mengingat suami tampannya itu.

"Kapan Mark pulang." Gumamnya. Rasanya membosankan, mau pergi ketaman belakang saja Haechan sangat kesulitan.

Haechan kan merindukan tanamannya. Bunga-bunga nya pasti sudah pada layu karena tidak terawat, semuanya berantakan.

"Kenapa tiba-tiba mengantuk." Haechan pun berusaha bangun dengan perpegangan pada kursi. Perlahan Haechan melangkahkan kakinya menuju kamaranya. Dan tiba-tiba saja tangganya terlihat menjadi sangat panjang, Haechan pun mendengus lelah.

"Markeu cepatlah pulang, dan lihatlah tangga rumahmu yang berubah menjadi panjang. Huh, suami macam apa dia itu meninggalkan istrinya yang sedang hamil tua seperti ini."  Haechan terus saja mendumal tidak jelas di sela langkahnya yang semakin naik semakin berat, mana punggung nya sakit, kaki nya juga terasa sangat kebas, dan sekarang dia harus melewati tangga sepanjang itu dengan sendiri.

"Sepertinya aku akan melahirkan, kenapa perutku semakin sakit." Gumamnya.

Napas Haechan pun terlihat mulai tidak beraturan, bahkan keringat mulai membanjiri tubuhnya. Di akhir tangga Haechan berusaha menetralkan pernapasannya.

"Aku harus segera menelpon Mark, sebelum bayi nya keluar disini."

Haechan pun kembali melangkahkan kakinya memasuki kamarnya.

Saat sudah sampai di kamar Haechan segera saja mencari ponselnya dan mulai mulai menghubungi Mark.

"Hallo."

"ISTRIMU AKAN MELAHIRKAN DAN KAU MASIH SAJA SIBUK DI KANTOR, DASAR SIALAN." Teriak Haechan dengan memutuskan telepon secara sepihak dan langsung melemparkan ponselnya ke sofa dengan tidak pedulinya. Entah kenapa tiba-tiba saja Haechan merasa emosi, padahal niatnya dia akan menelpon Mark dengan baik-baik saja.

Sementara Mark di sembrang sana membolakan matanya. Yang benar saja istri nya akan melahirkan, maka tanpa babibu Mark pun berlari keluar dari kantor nya menghiraukan berkas yang seharusnya di tanda tangani, karena yang dipikirkan nya sekarang adalah istri nya.

"Dengar baby tunggu sampai daddy mu pulang dan setelah itu kau boleh menyiksaku lagi." Argumen Haechan dengan mengelus perutnya.

Haechan tersiksa, sangat! Bagaimana tidak, semakin Haechan rasakan sakitnya semakin menjadi dan Haechan sudah tidak sanggup lagi.

An Accident [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang