30. Media atau Penjebak?

357 38 6
                                    

"ck. Ada apa dengan media!?"-Haechan

----

(Posisi mereka dikelilingi para media)

Suasana hati mereka jauh dari kata baik. Bahkan, Namja tampan yang terkenal ceria dikalangan para fans sudah memasang tatapan tajamnya pada kamera yang ada.

Ingin sekali dirinya menjawab pertanyaan pertanyaan tak masuk akal yang para media berikan, namun ia tak bisa. Haechan sesekali memutar bola matanya malas dengan terang terangan ketika mendengar celetukan salah satu wartawan.

"Apa kekacauan ini dikarenakan oleh Jaemin? Apa berita yang beredar benar adanya? Jika benar, apa ia juga menipu kalian tentang keluarganya?" Teriak salah satu wartawan disebelah Haechan.

Ia melirik kearah Taeyong yang berada tak jauh di depannya, masih sibuk menjawab pertanyaan lain. Haechan masih terdiam, sebelum wartawan yang sama kembali menyahut,

"Apa Jaemin lepas tanggung jawab? Kudengar ia mengirimkan surat pengunduran diri" wartawan itu menyodorkan mic nya mendekat kearah member.

Haechan yang pada dasarnya kehilangan kesabaran itu hendak menyahut, sebelum Jaehyun yang berada tepat disamping kirinya menjawab mewakili, "mohon maaf tuan, atas dasar apa anda menanyakan hal yang bahkan tidak terjadi diantara kami? pertanyaan anda bisa membuat publik salah mengira terhadap salah satu member kami"

Wartawan itu terlihat berfikir sejenak, membuat Haechan mencibir dalam hati. "Tapi, bukankah benar ia mengirimkan surat pengunduran diri? Berarti, Jaemin bukan member dari NCT lagi?" Wartawan itu kembali mengajukan argumen, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Meskipun suasana ramai, tapi pertanyaan itu mampu menarik perhatian semua orang yang ada di konferensi pers. Para wartawan lain terlihat bertanya tanya. Masalahnya mereka memang tak mengetahui perihal surat pengunduran diri dari Jaemin, dan memang hanya member dan pihak agensi yang mengetahui itu. Mereka hanya mengetahui bahwa Jaemin telah hilang kabar.

Kali ini Taeyong membalikan badannya, tidak tersenyum seperti biasa. Ia mengerutkan dahinya "Jika memang anda mendengar hal tidak benar itu, darimana anda mendengarnya?" Tanya Taeyong dingin.

Namun sepertinya memang wartawan itu tak mengetahui aura para member yang terlihat berbeda dari biasanya. Ia justru kembali mengajukan argumen, "hal itu sudah beredar luas, dan kudengar juga keluarga asli dari Na Jaemin adalah keluarga tuan Kim Siwon?"

Cekrek

Cekrek

Cekrek

Cekrek

Suara kamera kembali gaduh mendengar pernyataan itu, tak ingin kehilangan informasi. Semua member terlihat terkejut walau tak terlalu kentara. Sedangkan Taeyong malah memperdalam kerutan didahinya.

"Beredar luas? Bahkan para wartawan lain terlihat terkejut dengan argumen yang anda berikan. Dan tunggu, siapa nama anda Tuan?" Taeyong menjawab dengan tenang, tak terusik sedikitpun.

Wartawan itu tersenyum tipis, "saya yakin salah satu dari kalian pernah bertemu saya sebelumnya" ia menjeda ucapannya sebentar, "lalu bagaimana dengan berita tentang keluarga Jaemin yang saya berikan tadi?"

Jaehyun mengamati wajah wartawan itu, memang terlihat tidak asing. Tapi, ia masih berusaha mengingat ingat.

Taeyong tersenyum pada akhirnya, "saya tidak mengenal anda Tuan, dan tentang keluarga member kami. Bukankah sudah jelas?" Taeyong memberikan argumennya, tak mengelak ataupun tak membeberkan kebenarannya.

Ia kembali berucap, "pastikan kebenaran sebuah informasi dulu tuan, sebelum menyebutnya sebagai sebuah berita. Terimakasih atas pertanyaan anda, saya akan beralih pada wartawan lain, karena saya rasa anda sudah mendapatkan banyak informasi" Taeyong tersenyum tipis sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Masih saja disembunyikan, ck" Haechan yang memang berada paling dekat dengan wartawan itu mengerutkan dahinya dan menatap wartawan itu tajam. Apa apaan wartawan ini? Kenapa kurang ajar sekali.

"Jaga kata kata anda tuan" gumamnya pelan dan mendekatkan diri kearah wartawan yang sama.

Wartawan itu meletakkan alat alatnya pelan, terlihat mematikan alat yang ia bawa. "Padahal kalian mengenalku, kenapa tak jujur?" Wartawan itu tertawa sinis.

Haechan dibuat ternganga oleh wartawan itu, ia mengganti kata kata formalnya "terlepas dari kita mengenalmu atau tidak, tetap jadilah bagaimana selayaknya wartawan bertindak, terimakasih telah menghadiri konferensi pers ini-" Haechan mengalihkan pandangannya ke bodyguard didekatnya "Bawa dia keluar!" Ucapnya tegas.

"Ada apa?" Tanya Jaehyun memdengar kegaduhan disampingnya.

"Wartawan itu salah satu pasien RSJ yang lepas" jawabnya acuh. Sementara Jaehyun hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.



-----


Gelap, sepi, dingin, dan perih.

Namja itu mengedipkan matanya berkali kali, memastikan Indra penglihatannya masih berfungsi. Menoleh ke sembarang arah, sampai matanya tertuju pada bulan yang tampak indah menembus beningnya kaca jendela.

Ah, dia masih bisa melihat.

Namja itu termenung menatap jendela, menikmati cahaya bulan yang hanya setengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namja itu termenung menatap jendela, menikmati cahaya bulan yang hanya setengah. Ia tersenyum, ingin mengucapkan terimakasih kepada bulan yang masih ingin menemaninya didalam kegelapan.

Lidahnya terlalu kelu untuk sekedar berucap terimakasih, tenggorokannya terasa kering dan perih. Sekujur tubuhnya remuk yang bahkan sudah tak bisa digerakkan.

Ia pikir ketika ia membuka matanya, semuanya sudah berakhir. Ia pikir, dirinya akan kembali pada semesta dengan senyum yang terpasang diwajah tampannya.

Atau ia pikir dirinya akan terjatuh dari kasur dan berkata, ah hanya mimpi.

Ia menatap bulan dengan intens seraya membatin, "Bulan, tolong sampaikan pada saudara saudaraku bahwa aku telah tersenyum bersama semesta, walau mungkin bukan malam ini. Bulan, sampaikan rinduku pada mereka ya? Bilang bahwa aku telah menyesal tak sempat berpamitan pada mereka"

Di kursi dingin dengan tubuh terikat itu ia tersenyum lirih. Memori memori yang ia lewati bersama saudaranya terputar begitu saja di otaknya. Bagai sebuah video sendu dengan canda tawa.

Bagaimana mereka meraih penghargaan pertama hingga dititik sekarang, bagaimana mereka bergandengan tangan dan membungkuk pada setiap tubuh yang senantiasa mendoakan mereka, mendukung mereka, dan menikmati karya mereka.

Namja itu tersenyum semakin lebar pada bulan, Bulan izinkan aku ikut denganmu diatas sana ya?



















TBC.


Ini gue yang baperan apa gimana ya? Kok pas nulis bagian terakhir ada mewek meweknya dikit ㅋㅋㅋㅋ

Masih nunggu cerita ini?

Kalo gitu vote! Komen juga boleh hehe



Byeee, terimakasih

HIRAETH -(Na) JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang