💚💚Pagi yang indah, membuat seorang namja enggan untuk beranjak dari tempatnya. Dibalik jendela klasik bewarna coklat muda dengan seorang namja berhoodie senada, menatap kosong kearah hamparan luas di depannya.
Namja itu mengeratkan tudung kepalanya, dibawah rintikan hujan yang mulai meresap ke tanah menimbulkan aroma petrikor yang menenangkan. Dia memejamkan mata, mengulurkan tangannya keluar jendela menikmati rintikan hujan.
"Hujan, apa yang ingin kau sampaikan kali ini?"
Namja yang kerap disapa Kim Jaemin itu membuka matanya. Merasakan hempasan angin yang seakan menjawab pertanyaannya barusan. Jaemin tersenyum, "jadi, sebentar lagi akan dimulai?" Tanyanya lagi yang entah pada siapa.
Brak
Dia menghela napas, menarik tangannya dan menutup jendela. Melangkahkan kakinya keluar kamar "ada apa, appa?" Lelaki yang di panggil appa itu mendekatkan diri kearah Jaemin, dan hal biasa kembali terjadi
PLAK
"KAU TANYA KENAPA!?"
Bruk
Tubuh Jaemin terhempas ke dinginnya lantai, tangannya memegangi perutnya yang baru ditendang. Lalu ia mendongak, tersenyum tulus "kenapa lagi appa?" Suaranya tegas, tidak terdengar bergetar sama sekali.
Sret
Rambut coklatnya tertarik keatas, membuatnya sedikit meringis"KAU MAU MENJADIKAN EOMMAMU PEMBANTU HAH!? KENAPA KAU BELUM MEMASAK SARAPAN DAN MALAH MEMBIARKAN EOMMA MU YANG MEMASAK!" Teriak Kim Siwon geram, semakin mengeratkan jambakannya pada sang anak
"Sudahlah Siwon, biar aku yang memasak"
Jaemin tersenyum miris kearah dua orang yang menatapnya, Kim Yoona dan anaknya, Kim Jungkook. Jaemin ingat tadi ketika ia ingin memasak, Yoona merebut peralatannya dan menyuruhnya untuk berhenti. Jaemin tahu apa maksudnya.
"TIDAK! Jangan manjakan anak ini, dengar Jaemin! Tirulah hyungmu, dia berguna bagi keluarga, tidak sepertimu" Siwon menghempaskan tangannya dari rambut Jaemin
Jaemin berdiri, tersenyum kearah tiga orang di depannya "maafkan aku yang tidak berguna appa. Aku akan memasak, silahkan tunggu di meja makan" ucapnya sedikit membungkuk, lalu pergi kearah dapur dengan tertatih.
"Pagi ini perutku yang ditendang, nanti siang jantung kali ya?" Ucapnya terkekeh, sambil tetap melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Obati perutmu" ujar seseorang dingin, melemparkan sejumlah obat ke samping Jaemin.
"Ga perlu, Hyung" jawabnya tak kalah dingin tanpa menolehkan kepalanya.
"Serah" Jungkook melangkahkan kakinya menjauh dari daerah dapur. Jaemin meletakkan pisaunya, menghela napas kasar sambil melirik kearah obat obatan disampingnya. Dia mengambil piring, mulai menyajikan makanannya kearah meja makan
"Ini appa" ujarnya sambil tersenyum ketika meletakkan piring terakhirnya. Appanya diam, tidak peduli.
"Kau harus ikut makan disini, Jaemin" Jaemin mendongakkan kepalanya, menatap wanita di meja makan itu dengan datar.
"Jangan, biarkan dia makan sendiri" sahut appanya langsung sambil melirik Jaemin tajam.
Jaemin kembali tersenyum, mengambil piring lalu melangkahkan kakinya keruang tv "tak apa, lagi pula aku akan sekolah"
-----
"Bunda!" Jaemin meletakkan piringnya dan memeluk seorang wanita cantik yang baru saja memasuki rumahnya.
Wanita itu terkekeh, mengacak rambut Jaemin gemas "sudah berapa kali ku bilang Jaemin, aku ini gurumu" tegur wanita itu
Jaemin melepaskan pelukannya, mengangkat bahunya acuh dan kembali ke kursi "kalau bukan bunda, siapa lagi yang akan jadi ibu bagi Jaemin?" Tanyanya kemudian.
Wanita itu menghentikan aktifitasnya sejenak, kemudian mencoba mengalihkan topik "semuanya sudah berangkat kerja?" Jaemin melirik, mengangkat kedua alisnya "mungkin iya mungkin belum" jawabnya tak peduli
Na Taeyon, wanita itu menghela napasnya lelah "lagi?" Dari nadanya, Jaemin tau wanita di depannya ini sedang menahan marah. Jaemin menyandarkan diri ke sofa dengan tenang "ya begitulah, tapi yakinlah Bun aku tak apa"
"Apanya yang tak apa Jaemin? Kau ingin aku berdiam sampai kapan? Melihat anakku yang setiap harinya di siksa appanya sendiri" Taeyon begitu jengah terhadap perlakuan Siwon, andai mendiang sahabatnya masih hidup. Taeyon yakin Jaemin tak akan menjadi seperti ini
Jaemin tertawa pelan "kau menganggap ku sebagai seorang anak selama ini Bun, itu lebih dari cukup untukku" Jaemin menjeda perkataannya sebentar, membenarkan posisi duduknya "setidaknya, masih ada yang menganggap ku sebagai manusia"
Taeyon menatap kearah langit langit rumah, mencoba mencegah air matanya jatuh "Tapi Jaemin--"
"Bagaimanapun, dia ayah kandungku" Jaemin berujar lirih "ayolahh kenapa jadi sedih gini Bun, bentar aku mau nyuci piring terus ngambil buku okeee"
-----
Dia, Kim Jaemin. Seseorang yang selalu menutup mata dan telinganya. Enggan untuk setidaknya memecahkan teka teki dalam hidupnya.
Dia, sang pemilik senyum indah yang tak pernah takut akan hari esok. Namun, setidaknya dia tahu bahwa dirinya telah melakukan yang terbaik hari ini.
Hari itu, hari dimana dia telah kehilangan satu satunya lampu dihidupnya. Namun, bahkan pada saat itu ia tidak punya rumah untuk setidaknya berteduh, karena dirinya lah rumah bagi dirinya sendiri.
"Akankah kematianku yang mengakhirinya?"
Atau
"Apakah kalian punya sedikit tempat untukku berteduh?"
Vote dan komentarnya ya yorobounn, ntar kalo lumayan banyak aku lanjutin ceritanya💚💚
Byeee
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH -(Na) Jaemin
Fanfiction[SLOW UPDATE] ❞𝙠𝙚𝙩𝙞𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙞𝙨𝙖𝙠 𝙩𝙖𝙣𝙜𝙞𝙨, 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙩𝙪𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙧𝙞𝙣𝙙𝙪 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙧 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙨𝙖𝙠𝙠𝙖𝙣❞ Duri demi duri ia lewati, jawaban demi jawaba...