2

789 77 10
                                    


"karena aku bukan mereka, hidup yang mereka punya, aku tak akan pernah tahu. Aku tak akan pernah mengerti seberapa perih duka yang mereka rasakan"

 Aku tak akan pernah mengerti seberapa perih duka yang mereka rasakan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Suara tangisan dimana mana, bau khas tempat itu membuat Jaemin muak. Jaemin berjalan tertatih memegangi perutnya yang mengeluarkan cairan bewarna merah segar.

Tubuh tingginya mencoba untuk tetap berdiri tegak, semakin gelisah tatkala melihat sekelompok orang yang meraung raung di sepanjang lorong yang ia lewati.

Jaemin segera masuk ke ruangan bercat putih dengan pintu senada. Dia memutar knop pintu dengan segera, menghindari suara suara yang ia benci. "Dok" lirihnya ketika melihat pria paruh baya berjas putih yang sudah ia hapal perawakannya.

"Omo! Jaemin-ah! Ada apa dengan perutmu, ish bocah nakal kenapa kau malah kesini bukan kerumah sakit!" Pria itu segera meletakkan map yang sebelumnya ia baca, mengambil kotak p3k di dekat pintu.

Jaemin mendudukkan diri di sofa "ini juga rumah sakit Dok" jawabnya kemudian

Seseorang yang di panggil Dok itu mendekatkan diri, mengangkat kaos Jaemin kemudian meringis melihat lukanya "pabbo! Yang ku maksud rumah sakit umum, bukan rumah sakit jiwa" dengan telaten, pria itu mengobati luka Jaemin sambil sesekali meringis

"Pelan pelan paman Na! Ini sakit"

Pria paruh baya itu memutar bola matanya jengah "ini luka lama kan? Kenapa tidak langsung diobati?" Paman Na, suami Na Taeyon itu melirik Jaemin tajam.

"Ne, aku dapet luka ini lusa kemaren, dan tadi kepentok meja lagian waktu itu udah aku obatin pake air" jawab Jaemin enteng

Paman Na menggeleng pasrah "sejak kapan air jadi obat?" Tanyanya sambil merapikan kotak p3knya setelah selesai "ingin cerita?" Jaemin tersenyum, ini alasannya kenapa ia lebih memilih ke rumah sakit jiwa ketimbang mengobati lukanya di rumah sakit umum. Karena pada dasarnya, bukan fisiknya yang sedang kacau.

"Tapi Jaemin gatau gimana ceritanya" Jaemin menyengir polos dan menggaruk kepalanya pelan

"Ayo pindah ke meja ku"

Jaemin beranjak, masih sedikit tertatih. Kemudian mendudukkan diri di depan sang dokter.

"Pejamin mata kamu Jaemin, dengarkan kata kata Paman"

Jaemin menurut merilekskan tubuhnya dan memejamkan mata, kemudian mendengar suara paman Na yang mengalun indah di telinganya.

"Minnie, paman bukan kamu. Paman tidak akan pernah tau seberapa perih duka yang Jaemin rasakan. Nak, kamu boleh menangis. Kamu boleh untuk istirahat sejenak. Minnie-ya, kamu tahu apa yang paling berharga? Hidupmu, bahagiamu. Jaemin wajar ketika kecewa mengetahui bahwa semesta tidak selalu bersahabat.

Jangan pernah berpikir kamu tidak berguna ya nak. Karena Jaemin tahu? Ada seseorang yang diam diam menunggumu untuk menghampirinya" Paman Na menghentikan perkataannya sejenak ketika melihat Jaemin mulai meneteskan air matanya

"Jaemin, semesta tak pernah sengaja membuatmu tertatih tanpa alasan. Karena saat semesta memelukmu dengan luka, kemudian dia akan melepaskannya dengan sebuah hadiah bernama kebahagiaan" Paman Na mengakhiri kata katanya dengan senyuman. Dia tahu Jaemin bukanlah anak yang dengan mudah mengungkapkan perasaannya. Namun, dengan menangis untuk mengeluarkan bebannya, itu akan lebih membantu daripada tidak sama sekali.

Paman Na beranjak dari kursinya, memeluk Jaemin yang sedang tersedu sedu sambil menepuk punggungnya pelan "menangis lah nak, ini akan menjadikanmu seseorang yang lebih kuat dari sebelumnya" bisiknya pelan.

Terkadang sebuah pelukan lah yang kita inginkan, bukan perbandingan antara hidup kita dengan hidup mereka. Bukan siapa yang lebih terluka maupun siapa yang lebih kuat. Karena pada dasarnya, duka setiap orang selalu berbeda. Beban setiap orang pasti berbeda, begitu pula dengan posisi kita masing masing

Tuhan telah menuliskan suratan hidup kita masing masing. Dengan hasil manis yang ada setiap akhir suratannya. Memang, untuk setidaknya menghargai cerita orang lain bukanlah perkara mudah. Tapi, setidaknya kita telah menyelamatkan satu jiwa ketika kita menghargai ceritanya.

Ingat, tidak semua orang bisa se terbuka dirimu.

Jaemin melepaskan pelukannya setelah puas menangis. Dengan mata dan hidung yang memerah, Jaemin mengedipkan matanya lucu "hiks terimakasih paman" jawabnya masih dengan sesenggukan.

Setelah puas berbincang, Jaemin pamit dan mulai melangkahkan kakinya keluar "ne Bun?" Sahutnya sambil mendekatkan ponsel ke telinga.

Seseorang di sebrang terdengar menjawab, "bisa bertemu di cafe dekat rumah Jaem?" Jaemin mengerutkan dahinya ketika mendengar suara serius dari sebrang "bisa, Jaemin dalam perjalanan"

"Kau naik apa?"

"Taksi Bun"

"Hati hati nak"

Tut

💚💚💚

Jaemin melambaikan tangannya ketika melihat wanita cantik yang Jaemin kenali. Wanita itu mendekat lalu mendudukkan diri di depan Jaemin "Jaemin sudah pesan makan?" tanya wanita bernama Na Taeyon itu.

Jaemin mengangkat alisnya dan menunjuk se gelas air hitam pekat "kopi lagi?" Tanya Taeyon sedikit kesal. Taeyon menarik kopi Jaemin "aniya, kau pesan nasi sekarang ne? Baru boleh minum kopi" ceramah Taeyon sambil mendorong bahu Jaemin untuk berdiri.

Akhirnya dengan ogah ogah an Jaemin beranjak menuju kasir untuk memesan "kak nasi goreng spicy nya satu ya" ucap Jaemin sambil tersenyum ramah.

Setelah kurang lebih menunggu 10 menit di antrian, Jaemin maju untuk mengambil pesanannya "ini kak" sahut seorang pelayan sambil menodorkan nampan milik Jaemin.

"Ini udah pesen Bun, ada apa?" Tanya nya tak sabaran setelah mendudukkan diri.

Taeyon memutar bola matanya jengah "ish anak ini, makan dulu kan bisa" omelnya kesal. Jaemin pun lagi lagi hanya bisa menurut, ia tak bisa membantah ucapan Taeyon.

"udah Bun,apanihh Minnie udah kepo banget" ucapnya mencoba memelas setelah menghabiskan sepiring nasi gorengnya. Jaemin paling tidak bisa menahan rasa penasaran. Taeyon terkekeh, kemudian membenarkan posisi duduknya dan menatap Jaemin dalam "kau suka dunia musik kan?" Tanyanya kemudian.

Jaemin mengangguk semangat dengan mata yang berbinar "ne!!" Taeyon tersenyum gemas mendengar jawaban Jaemin, kemudian kembali mengajukan pertanyaan "kau juga suka dance kan?"

Kali ini Jaemin terbingung "iya, tapi-- kenapa bunda menanyakan ini semua?" Jaemin mengerutkan kedua alisnya lucu.

Taeyon menyodorkan ponselnya yang tengah menyala "ini Jaemin, kenalanku berkata ada audisi untuk menjadi idol dan ini dari big three kau mau?" Tanya Taeyon sedikit ragu.
























(maap ya gaes Jaeminnya ga ditemuin pas sukarelawan 😂)



















TBC.















Hai hello anyoenggg~

Ottoke yoroboun? Nge feel ga?

Maap ya kalo ga nge feel:(

Vomentnya jangan lupaa!

Haechan: gaseyo~

HIRAETH -(Na) JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang