33. Saatnya Penyelesaian.

352 45 5
                                    

!! INGAT SEMUA KEJADIAN DI CERITA INI HANYA REKAYASA BERUPA IMAJINASI AUTHOR !!

Ada yang masih nunggu cerita ini ga ya?

Vote dulu juseyooo

Happy Readingg 🙌

----

"Mulai darimana?"

Sebenarnya, Jaemin tak tahu pasti perihal menjalani hidup dengan benar. Yang ia tahu adalah bagaimana ia terbang ketika sayapnya sendiri sudah patah. Bundanya, telah pergi meninggalkannya terbang sendiri tanpa sayap. Jaemin jatuh. Jaemin jatuh ketika sayapnya telah patah.

Saat itu, saat hujan malam itu Jaemin menyerah. Menyerah untuk terbang dan memilih untuk menapakkan kakinya pada tanah, berjalan sendiri dengan perlahan tanpa alas kaki.

Jaemin tak peduli kakinya akan tertusuk tajamnya duri yang sengaja tersebar di jalannya.

Jaemin tak peduli pada dinginnya hujan malam yang menusuk kulitnya.

Jaemin tak peduli, tak peduli jika pada akhirnya ia akan menggigil seraya merintih kesakitan.

Namun ketika ia mendongak, ada secercah cahaya menghampirinya. Ia mendekat, menghampiri cahaya itu dengan harapan yang hanya seupik abu. Tapi harapan kecil itulah yang membuatnya memilih untuk berteduh dan beristirahat.

NCT.

Sederhana, namun hangat.

Saat berteduh, Jaemin tetap menjalankan perjalanannya. Bedanya, ketika ia menggigil kedinginan akan ada tubuh yang memeluknya untuk memberi kehangatan. Saat kakinya tertusuk duri, ada tangan yang siap mengobati. Saat ia merasa sendiri ada telinga dan mulut yang siap menemani.

Jaemin tak menyesal, tak menyesal saat itu ia memilih menghampiri cahaya samar yang tertangkap di netranya.

Ia memandang langit langit kamar dengan sendu, lebam lebam ditubuhnya sama sekali tak terasa sakit. Ia merasa kosong. Ia tak punya tujuan.

"Setelah ini gue harus apa?" Gumamnya lirih. Ia mendudukkan dirinya dengan perlahan, terdiam mendengar suara obrolan dari luar kamar.

"Dia sudah baik?" Sepertinya jika Jaemin tak salah tebak, itu suara Johnny Hyung.

"Iya, tapi tak sepenuhnya baik. Badannya lebam semua, entah apa yang telah dialaminya beberapa hari kebelakang"

"Kau sudah menghubungi kakaknya?"

Tolong, jangan.

"Belum, aku tak ingin berkata kepada siapapun sebelum izin darinya. Jaemin pasti punya alasan mengapa melarangku"

Terimakasih.

Jaemin bimbang, apa kabar kembalinya dirinya merupakan kabar yang membuat yang lain bahagia atau sebaliknya? Masalahnya ia masih tak siap untuk memulai segalanya lagi. Ia belum siap untuk berjuang kembali.

Cklek.

"Eh? Jaem? Jangan duduk dulu. Badanmu belum sepenuhnya pulih, istirahat saja" itu Jaehyun Hyung, Namja tampan yang tak memiliki hubungan darah sedikitpun dengan Jaemin. Tapi rasa rasanya, Hyungnya satu ini selalu mau melakukan apapun demi kebaikan Jaemin. Apa Jaemin pantas mendapatkan itu?

"Gue mau cerita" ujar Jaemin setelah Jaehyun mendudukkan diri di sofa sebrang kasur.

"Kalau Lo belum siap, It's okay jangan paksa diri lo Jaem, Lo baru pulang"

Pulang? Asing sekali terdengar di telinga Jaemin.

Jaemin tersenyum, "gwenchana, gue perlu cerita"

Jaehyun terdiam sejenak, menatap Jaemin dengan sedikit heran sekaligus takut. Matanya penuh sorot luka namun senyum itu juga penuh ke ikhlas an. Ada apa sebenarnya?

"Gue udah tau jawaban dari semua pertanyaan gue. Gue udah ikhlas tentang hal lalu yang pernah gue jalanin. Gue hanya perlu waktu untuk mencerna ini semua. Untuk menjadikan jawaban dari pertanyaan gue menjadi sebuah solusi untuk masalah yang ada. Tapi hyung-"

Jaehyun masih diam mendengarkan.

"Untuk menjadikan itu sebuah solusi, gue perlu melakukan sesuatu. Dan gue harap kalian akan menerima keputusan gue. Maaf gue egois, maaf karena kecerobohan gue kalian semua juga terseret masalah"

Jaehyun tau itu bukan sebuah pertanyaan melainkan pemberitahuan pasti untuknya. "Na, gue akan menerima semua keputusan Lo. Lo pasti tahu yang terbaik untuk diri Lo sendiri. Tapi yang perlu Lo tahu, Lo ga egois, ga ceroboh. Semuanya terjadi karena takdir. Dengan bertahan sejauh ini, itu ga mudah" Jaehyun menatap wajah yang penuh lebam itu dengan sendu, terlalu sulit untuk menghadapi ini semua sendiri. Dan Jaemin mampu, mampu bangkit walau sedikit tertatih.

"Gomawo Hyung"

------

Jaemin kembali terdiam di dalam kamar. Diluar sana, para member NCT sedang berkumpul. Namun tetap saja, mereka tak mengetahui tentang kepulangan Jaemin. Karena sebelumnya, Jaemin telah meminta pada Jaehyun untuk merahasiakannya. Jaemin dapat mendengar sayup sayup suara mereka.

"Kira kira Jaemin Hyung sudah makan atau belum ya? Dia akan baik baik saja kan?" Jaemin menggigit bibirnya, ia hapal suara ini. Ini suara si maknae.

"Aku harap ia baik baik saja"

Maaf dan terimakasih.

"Dia akan baik baik saja, dia kuat. Dia juga tau kalian pasti mendoakannya. Dia tau kalian menunggunya untuk pulang" itu suara Jaehyun. Seakan sengaja menyadarkannya bahwa ia tak pernah sendiri.

"Kata Appaku bahkan pak presiden juga mengerahkan anak buahnya untuk mencari Jaemin. Jadi aku yakin Jaemin akan segera ditemukan"

Haha. Gila. Kemarin saja Jaemin masih melihat wajah tua Bangka itu memukulinya.

Jaemin memilih menutupi telinganya dengan bantal. Tak ingin mendengar lebih jauh.

Ia kembali merenungkan beberapa rencana yang telah ia pikirkan. Memikirkan darimana ia bisa memulai dan bagaimana. Mungkin pemikirannya kali ini sedikit gila. Tapi Jaemin tak peduli, ia harus.

Ia harus memulainya dari akar permasalahan rumit ini. Kematian si sulung keluarga Lee. Namun itu jelas tak mudah, Karena kasus ini sudah bertahun tahun silam.

Bagaimana?

Satu satunya orang yang terlintas dibenak Jaemin adalah Jungkook, tapi apa mungkin? Ini tentang kakaknya sendiri, dan apakah Jaemin masih bisa mempercayainya?

Namun jika ia melakukannya sendiri, itu jelas tak akan bisa. Ia tak memiliki kuasa.

Pikiran Jaemin kembali melayang. Tidak tidak. Ini tidak bisa dimulai dari kematian si sulung. Ini dimulai dari Jaemin sendiri.









Akankah ia akan mengundurkan dari NCT terlebih dahulu agar tak menyeret yang lain?

Haruskah?












TBC.

Aduh lama banget ga kesini miannn huhu,

Vote yaaa!💚

HIRAETH -(Na) JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang