"Tuhan menyingkirkan orang disekitar kita, karena dia tahu dan mendengar apa yang kita tidak bisa jangkau sebagai manusia"
----
Para namja itu terlihat menawan dengan Outfit nya masing masing. Apalagi melihat mereka sedang bercanda satu sama lain, melihat senyum yang merekah dibibir masing masing menambah decakan kagum bagi setiap orang yang melihatnya.
Pagi ini, ke enam namja rupawan itu sudah berada di salah satu rumah megah di kota Seoul. Mereka mendadak kalem ketika memasuki pekarangan rumah "Jen, ini kita gak kepagian?" Bisik seseorang bertubuh lebih pendek daripada Jeno, sang pemilik rumah.
"Ngga Chan, gausah bisik bisik juga kali biasanya lo yang paling heboh"
Namja tampan yang di panggil Chan itu memutar bola matanya malas "ya kali gue petakilan dirumah orang! Kan harus sopan nan kalem" ucapnya sambil menekuk kedua kakinya dan meletakkan tangannya diperut, bak seorang putri.
"Jijik gue jijik" sahut seseorang yang memperhatikan mereka sedari tadi, si mulut pedas Huang Renjun.
"Udah ah malah ribut disini, ini kita kemana Jen?" Lerai namja dengan paras yang tak kalah tampan, si bulu mata lentik Na Jaemin.
"Yok ikut gue ke taman belakang, semuanya udah disana" Jeno selaku pemilik rumah pun mendahului, sementara kelima sahabatnya mengekor di belakangnya.
Ketika mereka memasuki pekarangan belakang keluarga Lee, bau daging panggang menggugah selera mereka.
Jeno mendekat ke sekumpulan orang di meja makan "Appa! Eomma!" Sapanya kepada dua orang yang terlihat mencolok dibandingkan yang lain
"Jeno ya! Kemari, bawa teman temanmu duduk" meja makan itu sangat besar, terlebih di sampingnya ada meja makan yang terdiri dari enam kursi.
"Disini kan?" Tanya Jeno pada pria paruh baya di depannya, Lee Donghae.
"Iya, meja makan itu untuk kau dan teman temanmu" Lee Donghae, Appa Jeno memang menyiapkan meja makan lain untuk Jeno dan teman temannya. Bukan apa, dia hanya ingin teman teman anaknya merasa nyaman.
"annyeonghaseyo paman, bibi" sapa mereka sopan. Pasangan Lee itu menjawab sapaan mereka dengan senyuman.
Ke enam namja itu mendudukkan diri, lalu menoleh ketika mendengar suara dari appa Jeno "ini Jisung kan? Lalu ini Renjun, Chenle, Haechan dan-- Na Jaemin?" Appa Jeno tersenyum ramah sambil menyapa teman anaknya satu persatu.
"Ne" Jawab mereka bersamaan
"Bagaimana kabar kalian? Bukan kah kalian akan comeback?"
"Ne,hanya saja kita menyempatkan kesini sebelum latihan bersama anggota lain" jawab sang anak, sedangkan kelima temannya hanya mengangguk setuju.
"Oh iya Jaemin, kudengar kau terkena rumor tak mengenakkan ya?" Donghae menarik kursi dan duduk disebelah anaknya
Jaemin yang tiba tiba ditanya mendadak gelagapan "ah itu, ne tapi saya sudah menyelesaikannya paman" jawabnya tak lupa dengan senyum manis di bibirnya.
"Syukurlah, kau harus berhati hati Jaemin kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, karena terkadang kesalahan secuil bisa dianggap besar diluar sana"
Jaemin tersenyum kikuk, meskipun ia tak terlalu paham namun tetap menganggukkan kepalanya "terimakasih paman" Donghae mengangguk seraya berdiri "yasudah, kalian silahkan ambil makanan paman akan ke keluarga dan teman teman paman" lalu pria itu menepuk bahu Jeno "buat teman temanmu nyaman" setelah mengucapkan itu, Donghae benar benar pergi.
"Sana, pada ambil makanan" interupsi Jeno kepada member dream
"Bentar Jen, toilet Lo dimana?" Jaemin bertanya sebelum member dream membubarkan diri untuk mengambil makanan.
"Itu Na Lo tinggal lurus belok kanan, toiletnya ada di ujung"
Jaemin melangkahkan kakinya sesuai dengan arahan Jeno tadi, tapi ditengah perjalanan kakinya mendadak terhenti ketika melihat sosok perempuan yang sedang berbincang dengan nyonya Lee, "eh nak Jaemin, ingin ke toilet?" sapa salah satu wanita disana.
Wanita didepannya menoleh kearah Jaemin, entah terkejut atau pura pura terkejut. Nyonya Lee yang melihat pandangan Jaemin menyahut "kau kenal dengannya Jaemin? Dia temanku" Jaemin tersentak, tersadar dari keterkejutannya "ti-ti dak bibi" sial, dirinya sangat gugup
"Eonni, bolehkah kau meninggalkanku dengannya?" Nyonya Lee mengerutkan dahinya "Tidak, hanya saja keponakanku sangat mengidolakannya aku ingin telfon dia sekarang, kalau ada kau dia akan malu" ucap wanita itu sambil terkekeh.
Nyonya Lee tertawa "baiklah baiklah arraseo, Jaemin tak apa kan?"tanya nya kepada Jaemin.
Jaemin yang sudah pucat itu menganggukkan kepalanya kaku "i iya Bi, tak apa" jawabnya ragu
Setelah nyonya Lee beranjak pergi, suasana mendadak dingin hanya keheningan diantara dua orang yang saling tatap itu "kau takut?" tanya wanita itu remeh
Jaemin tetap diam menatap wanita didepannya lurus, mendadak ia kehilangan minatnya untuk ke toilet. Namun tak dapat ia pungkiri, seluruh badannya gemetar sekarang.
"Jawab Kim" pancing wanita itu penuh penekanan
Jaemin mengepalkan tangannya, membuat wanita didepannya tertawa remeh "tenang saja, eomma mu ini tidak sejahat itu nak" kau tahu wanita licik ini kan? Kim Yoona.
"Tutup mulutmu nyonya, anda sepertinya salah orang aku Na Jaemin kalau kau lupa" Jaemin akhirnya memilih untuk beranjak pergi
"Cepat atau lambat, karirmu akan hancur kan?"
Jaemin tahu.
"Karena kau! karena foto foto sialan di kamarmu! Siwon membenciku!"
Jaemin kembali memutar badannya "oh, jadi Appa sudah membukanya? Membuka bukti perselingkuhanmu nyonya?" Tanya Jaemin dingin.
"Cih, Kalau saja Taeyon tak mengancamku, sudah kubongkar kedokmu dari dulu"
Kini giliran Jaemin yang tertawa remeh "wah memang Bundaku tak bodoh sepertimu nyonya"
Yoona membenarkan letak tas mahalnya "tak apa anak muda, bersenang senang lah untuk saat ini" Yoona menatap Jaemin tajam "eomma mu ini, tak perlu mengotori tangannya untuk menghancurkanmu"
Jaemin mengangkat alis "benarkah?" Tanyanya pura pura kaget
Yoona mendekati Jaemin, membisikkan sesuatu sebelum ia pergi "bukankah kemarin kau terkena masalah? Selain-- dating? Jangan kaget, atau temanmu dibelakang akan semakin mencurigaimu"
"Nana!"
Deg
Itu suara Jeno.
Tbc.
Gais ada rekomendasi lagu buat ngerjain tugas ga?
Oh ya, voment juseyo🥺🥺
Haechan:gaseyo😃
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH -(Na) Jaemin
Fanfiction[SLOW UPDATE] ❞𝙠𝙚𝙩𝙞𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙗𝙪𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙣𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙞𝙨𝙖𝙠 𝙩𝙖𝙣𝙜𝙞𝙨, 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙩𝙪𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙧𝙞𝙣𝙙𝙪 𝙩𝙚𝙧𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙧 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙨𝙖𝙠𝙠𝙖𝙣❞ Duri demi duri ia lewati, jawaban demi jawaba...