Chapter 40

301 34 0
                                    

Happy reading 🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🖤

Many years later....

Seorang remaja laki-laki berperawakan jangkung tengah berjalan menjelajahi rerumputan yang sudah meninggi

Sepatunya kusut dan kotor akibat bermain basket dilapangkan becek siang tadi

Dua buket yang masing-masing terikat bunga Lily putih dan matahari ada dalam genggaman tangannya, sesekali ia mencium kedua buket itu, walau aroma keduanya tak lebih harum daripada bau semerbak mawar

Senyum teduh ia patrikan di belah bibirnya, dengan kedua lesung dipipi bagian atas yang membuat senyumannya menjadi lebih manis.

Dirinya selalu ingat apa yang Wayne dyner pernah ungkapkan, bahwa apa yang kita pikirkan menentukan apa yang terjadi pada kita. Jadi jika kita ingin mengubah hidup kita, kita perlu sedikit mengubah pikiran kita

Begitulah yang menjadi patokannya sekarang, bagaimanapun juga, pikiran dah hatinya harus tetap terbuka dan ia perlu sedikit mengubah sudut pandang

Bahwa di setiap Kemalangan pasti ada satu pelajaran yang dapat terpetik dan terbuai

Setidaknya, dihadapan orang-orang ia harus baik-baik saja. Walaupun ia tak bisa menyampaikan keluh kesah, setidaknya ia tak membuat orang-orang resah dengan keadaannya yang sebenarnya

Tungkainya yang semula melangkah kini berhenti tepat didepan sebuah makam yang masih cantik dan terurus

Ia berjongkok, meletakkan kedua buket itu disamping nisannya lalu mengelus ukiran hitam itu

"Bund, lama banget aku nggak kesini ya?"ucap si remaja diselingi senyum hangatnya. Entah sejak kapan ia terakhir kali menyambangi makam sang bunda sejak kejadian kala itu

Sudah benar-benar lama sekali dan tak terhitung kapan dan tepatnya

"Aku tadi abis selesai latihan ekskul bund, kalo keringetan ya nggak apa-apa lah, kan laki-laki"

Hening, si remaja tak bersuara dan hanya asyik memandangi nama sang bunda yang terukir dengan tinta emas diatas nisannya

Tenggorokannya terasa tercekat ketika lekat memandang ukiran tersebut, namun sekuat tenaga ia akan berusaha menahan air matanya untuk turun

Bundanya sudah bahagia dalam surga Allah disana, lantas dengan menangisi sang bunda adalah tindakan yang tak perlu

Kembali menarik nafas panjang, tangan kanannya mencabuti tanaman liar yang tumbuh disekitar rumput yang mengubur sang ibunda.

Guardian Angel [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang