Halo semuanya ....
Terima kasih sudah menemukan kami dan mampir ke sini. Dukung terus Nadyr dan Cattervvv dalam ajang event "Blowing Your Bubble With Us" bersama Wpe_surd , yuk.
Selamat membaca.
Enjooooyyy!!!
***
Angin malam berembus tenang. Dedaunan kering ikut gugur bersama tiupan angin segar. Bulan ini tibanya musim gugur. Bulan yang paling di tunggu-tunggu masyarakat Korea atau bahkan para masyarakat mancanegara yang memiliki ketertarikan tentang budaya Korea.
Kota Seoul selalu tampak lebih indah kala cahaya bulan mulai menampakkan wujudnya. Malam Minggu miliknya para sepasang kekasih. Mulai dari remaja, dewasa, atau bahkan sepasang suami-istri yang tak segan merencanakan kencan romantis mereka.
“Nuna. Kau suka dengan cardiganya?”
Joon-Hee yang tengah fokus dengan setir mobilnya menyempatkan bertanya pada Mi-Cha perihal cardigan rajut cokelat yang sengaja ia beli couple dengan dirinya.
“Memangnya kau menerima jawaban ‘tidak’?” balas Mi-Cha yang sangat paham akan sifat Joon-Hee yang pemaksa. Bagi Joon-Hee apapun yang sudah ia berikan harus diterima, kata penolakan tidak ada pada kamusnya.
Mendengar jawaban Mi-Cha, senyum tipis yang miris tak terlihat menghiasi bibir miliknya. Kebahagian terbesar melihat nuna-nya merajuk sebab ulahnya. Bibir mungil Mi-Cha yang selalu lebih maju untuk mendumel adalah hal yang menggemaskan menurut Joon-Hee.
“Joon-Hee~ya. Kau pencinta warna gelap, ya?”
“Mmm, katakanlah iya.”
“Pantas hidupmu suram,” tutur Mi-Cha sambil tertawa garing.
“Yakk! Nuna selalu mengatakan sesuatu tanpa berkaca terlebih dahulu. Apa kau tak sadar setelan baju kantormu semuanya berwarna hitam sekalipun ada warna lain kau memilih warna netral putih? Hidupmu perlu butuh orang yang memberi warna, Nuna,” omel Joon-Hee tak terima kala outfit miliknya ditertawakan oleh Mi-Cha.
“Aku tak pernah menganggap hitam itu buruk, jadi bukan masalah,” balasnya santai lalu mengambil botol minum berisi teh hijau dengan perasan lemon yang diberikan mama Joon-Hee dari tas srempang miliknya.
“Tapi, kau tadi menertawakan kepeminatanku terhadap war—”
Joon-Hee itu selain pemaksa juga tidak suka jika ucapanya dipotong. Setiap kali seseorang memotong pembicaraanya ia selalu berdecak kesal.
“Ya, ya, ya. Aku salah. Warna bukan penentu baik buruknya kehidupan seseorang. Lagipula aku hanya bercanda. Kau serius sekali. Punya masalah?” tanyanya menyadari sedari keluar dari rumah, Joon-Hee menunjukan tampang kesalnya.
“Apa aku terlihat seperti orang yang punya banyak masalah?” balas Joon-Hee yang justru mengungkapkan pertanyaan.
Mi-Cha tampak berfikir sejenak, melihat wajah Joon-Hee yang fokus dengan kemudinya. Tampak raut wajah kesal yang terlihat dari arah bibir Joon-Hee, garis bibirnya ditekuk ke bawah.
“Ah, mungkin. Kau kesal denganku karena tadi? Mianhe, aku hanya bercanda. Cih, kenapa Joon-Hee kecilku sekarang sangat sensitif?!”
Mi-Cha menghela napas beratnya, Joon-Hee kecil yang dulu penurut sekarang telah menjadi laki-laki dewasa yang sangat sensitif. Semua harus sesuai kemauanya. Sebenarnya Mi-Cha tak terlalu keberatan tentang sikapnya yang tidak suka penolakan, ia lebih keberatan dan terbebani dengan sifat Joon-Hee yang suka merajuk, tidak terkesan menggemaskan seperti Joon-Hee menganggap Mi-Cha, justru terkesan menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect [COMPLETED]
Fanfiction"Tidak-tidak. Jangan coba-coba melakukan itu, Nuna. Aku lebih senang jika kau seperti ini." "Tapi mereka bilang aku gendut dan jelek." Sering dikatakan gendut dan jelek membuat Hwang Mi-Cha insecure. Dan saat ia berada di posisi itu, hanya kasih say...