Waktu terus berputar, tapi Mi-Cha merasa hidupnya seperti jalan di tempat. Bangun pagi ia berangkat ke kantor, bertemu klien, mengerjakan konsep baru, kunjungan visit, jika tidak punya jadwal lagi di hari tersebut ia pulang. Saat di rumah ia makan malam, menonton—jika mood-nya bagus, dan kalau ia beruntung, ia keluar bersama Joon-Hee. Ia jarang punya waktu untuk jalan-jalan ke mal dan mengurus diri seperti wanita lainnya. Waktu weekend-nya dihabiskan dengan bersantai di rumah atau main ke rumah Joon-Hee. Sangat monoton dan membosankan.
Seperti hari ini, yang seharusnya ia masih berada di bawah selimut tebalnya, ia harus berangkat ke cage untuk pertemuan yang sudah dijadwalkannya kemarin. Ia kesal, tapi tak bisa berbuat apapun karena ini adalah tanggung jawabnya. Sebenarnya bisa saja ia melepaskan semua pekerjaan pada sepupu dan tim lainnya. Hanya saja Mi-Cha yang memiliki hati yang lembut tidak tega memerintahkan yang lain. Ini tugasnya, maka ialah yang harus mengerjakannya.
Mi-Cha merenggangkan tubuhnya setelah berdiri cukup lama di toko bunga yang menjadi pemasok utama untuk vendornya. Dengan langkah gontai, ia keluar dari cage menuju parkiran. Ia hendak pulang karena pekerjaannya telah usai. Jadwal usainya pekerjaan sedikit molor membuat ia sedikit kesal. Niatnya, sepulang dari sini ia akan langsung bersih-bersih, makan siang, dan tidur.
Tubuhnya sangat merindukan kasur empuknya ....
"Mi-Cha~ya!"
Sebuah suara yang amat dikenalinya menghentikan gerakannya. Ia mengembus napas lelah saat mengetahui siapa yang memanggilnya. Dengan malas ia membalikkan badan dan terlihatlah orang tersebut dengan gengnya yang ternyata masih sama dengan semasa sekolah dulu.
"Mi-Cha~ya! Kau tidak berubah. Masih gemuk," ejek wanita berambut pirang dengan pipi tirus bernama Kim Ara.
Mi-Cha yang sudah sering mendengar ledekan tersebut hanya memberi tampang datar. Pun karena ia letih. Dalam hati Mi-Cha merutuki pertemuan tersebut. Ia sudah tahu seperti apa endingnya nanti.
"Guys. Aku nanti akan ngadain pesta ulang tahun. Dan acaraku nanti diurus oleh vendor milih Mi-Cha. Kalian tidak boleh mengatainya gemuk. Karena yang sebenarnya terjadi, dia itu gendut," timpal Soma yang berhasil mengundang temannya yang lain.
Wajah Mi-Cha memerah akibat marah. Untungnya dibantu dengan suhu dingin di luar sehingga bisa beralasan bahwa ini karena ia kedinginan.
"Kau menggunakan jasa vendor Hwang Mi-Cha, Soma~ya? Kau yakin?!" tanya wanita lainnya dengan tubuh yang langsing seperti temannya yang lain dan memiliki rambut pendek keemasan. Soma yang mendapat pertanyaan tersebut pun mengangguk dengan senyum yang mengejek. "Kau tidak takut makanan dari vendornya mengandung obat gemuk? Mi-Cha tidak pernah kurus, mungkin karena dia mengonsumsi obat gemuk sehingga ia meletakkan obat gemuk ke dalam makanannya," sambung wanita tersebut yang bernama Lisa.
Mendengar itu, Mi-Cha tidak tahan lagi. Telinganya panas karena cacian tersebut sudah sampai ke vendornya. Belum lagi dengan banyaknya orang-orang yang berlalu lalang. Bagaimana jika mereka mendengar sehingga mengecap kalau vendor Mi-Cha tidak bagus? Ini akan membuat usahanya yang dibangun dengan susah jatuh begitu saja akibat mulut-mulut penuh dosa teman lamanya.
"Lisa~ya! Kalau bicara mikir dong. Kau boleh menghinaku, tapi tidak dengan vendorku. Jika makananku membuat kalian gemuk, itu tandanya kami memberi makanan yang sedap sehingga kalian tidak bisa menghentikan mulut kalian untuk mengunyah. Makanan kami steril tanpa ada hal semacam yang kau katakana. Hati-hati dengan mulutmu karena aku bisa menuntutmu dengan tuntutan merusak nama vendorku. Aku bukan Mi-Cha yang miskin seperti dulu. Uangku sudah banyak dan cukup untuk melawan pengacara kalian," sembur Mi-Cha dengan pipi gembulnya yang semakin merah akibat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect [COMPLETED]
Fanfiction"Tidak-tidak. Jangan coba-coba melakukan itu, Nuna. Aku lebih senang jika kau seperti ini." "Tapi mereka bilang aku gendut dan jelek." Sering dikatakan gendut dan jelek membuat Hwang Mi-Cha insecure. Dan saat ia berada di posisi itu, hanya kasih say...