"Aku akan datang terlambat. Mulai hari ini, tolong perbaiki jadwalku. Kosongkan jam pagi sampai pukul 9. Sampai ketemu di kantor dan tolong sampaikan maaf untuk klien kita pagi ini."
Usai mengirim pesan pada Arin—sepupu sekaligus asisten pribadinya—Mi-Cha memilih berlenggak ke dapur untuk menyiapkan botol minum beserta isinya. Saat ini dapur tidaklah kosong. Jika pagi menyapa, Rara pasti sudah sibuk mengisi dapur untuk menyiapkan sarapan. Dan ia kini heran melihat Mi-Cha pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan olahraganya.
"Kau mau ke mana, Mi-Cha~ya?" tanya Rara saat menangkap tubuh gempal anaknya di dekat dispenser air.
"Annyeong haseyo, Eomma?1" sapanya begitu melihat Rara tengah sibuk di dekat dapur. "Aku mau olahraga," sambung Mi-Cha menjawab pertanyaan sang eomma.
"Mwo?2" tanya Rara yang takut telinganya salah tangkap.
"Wae, Eomma?3" tanya Micha balik dengan tampang herannya.
"Mi-Cha~ya! Kau yakin mau olahraga?" tanya Rara tak percaya bahwa putrinya kembali memutuskan untuk olahrga. Apa lagi sejak insiden beberapa tahun lalu saat ia masih siswa Godeunghakgyo4, Mi-Cha tak sudi lagi berhubungan dengan yang namanya olahraga. Sejak saat itu, makanan adalah yang terpenting untuknya. Gemuk adalah hasil dari bentuk sehat menurutnya.
Mi-Cha mengangguk pelan dengan sedikit menyengir. "Dan jangan sediakan gyeran jjim5 atau bibimbap6 untuk pagi ini. Nanti aku akan membuat sarapanku sendiri," pintanya dengan wajah memohonnya. Rara yang melihat tingkah anaknya hanya bisa diam keheranan. "Dan juga, dosirak7 untukku ke kantor," sambungnya yang kini benar-benar siap dengan botol minuman dan handuk di lehernya. "Aku pamit dulu. Tto mannayo, Eomma!8" ujarnya yang kini benar-benar berlalu meninggalkan Rara yang hanya mengangguk pelan dan kebingungan.
Sedetik kemudian, ia pun sadar akan satu hal. "Kya! Yang benar saja anak itu ingin olahraga? Badannya yang gendut itu mana sanggup lari jauh? Ah, palingan belum sampai ke lapangan komplek, dia sudah lelah dan menyerah," ujar Rara lantas terkekeh pelan sambil melanjutkan kegiatannya.
***
Benar apa yang dikatakan Rara, belum juga sampai ke lapangan olahraga komplek, Mi-Cha kini sedang duduk di kursi yang tersedia atas trotoar dengan napas terengah-engah. Bukan hanya itu, saat ini matanya sudah mulai berkunang-kunang. Padahal, matahari belum juga menyapa tapi ia sudah berkeringat dan kepanasaran.
"Ah, seharusnya aku tidak mulai lari dari rumah atau berangkat menggunakan othobai9 saja. Kalau seperti ini, belum sampai ke seupocheu bun-ya10 aku sudah hampir mati," rutuk Mi-Cha atas kebodohannya.
Mi-Cha mencoba mengatur napasnya agar lebih teratur. Berkali-kali ia meneguk air dan keringat pun semakin berlucuran. Ia melirik jam tangan yang masih menunjukkan pukul 06.30. Yang artinya, ia baru saja keluar dari rumah 10 menit yang lalu. Namun kini bajunya sudah dilumuri oleh banjir keringat.
"Sepertinya aku balik saja. Sudah cukup untuk hari ini," putusnya yang kembali menegakkan botol minum lantas usainya berdiri dari duduk.
Olahraga hari pertama, gagal!
Kini untuk segera sampai ke rumah, Mi-Cha memilih jalan santai saja. Ia sudah kapok berlari apalagi tanpa pemanasan. Niatnya tadi, sampai ke lapangan olahraga, ia baru pemanasan dan lari dengan serius. Namun tadi ia memilih untuk lari kecil menuju lapangan yang ternyata belum cocok untuk tubuhnya yang gendut dan baru memulai olahraga kembali.
Saat Mi-Cha sedang berjalan santai menuju pulang, ia melihat Joon-Hee yang sudah rapi dan baru saja menutup pagar rumahnya. Joon-Hee pun terkejut melihat Mi-Cha dengan pakaian olahraga dan tubuh yang dilumuri keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect [COMPLETED]
Fanfiction"Tidak-tidak. Jangan coba-coba melakukan itu, Nuna. Aku lebih senang jika kau seperti ini." "Tapi mereka bilang aku gendut dan jelek." Sering dikatakan gendut dan jelek membuat Hwang Mi-Cha insecure. Dan saat ia berada di posisi itu, hanya kasih say...