Akibat Keegoisan

13 6 0
                                    


Musim dingin hampir mencapai puncaknya. Dari dalam sana, tampak laki-laki bertubuh jakung berjalan pelan keluar dari pesawat. Tubuhnya terbalut sweater tebal berwarna hitam dan memakai earphone bluetooth warna putih—mendengarkan alunan lagu Barat genre romance.

Ia mendudukkan pantatnya di waiting chair dilanjutkan menekan nomor untuk menghubunginya. Di sebrang, dering ponsel Mi-Cha terdengar. Ia buru-buru mengangkat setelah membaca nama si penelepon.

"Ne, Joon-Hee~ya. Yeoboseyo," sapa Mi-Cha mendahului.

"Nuna. Aku sudah ada di bandara Seoul Incheon International. Cepatlah kemari!" titah Joon-Hee dari bandara.

Mi-Cha melebarkan matanya sempurna. Hari ini Joon-Hee pulang? Semendadak ini ia mengabarinya? Apalagi dengan penampilannya yang seperti ini? Ia harus menjemputnya?

"Kau pulang, Joon-Hee~ya?" tanya Mi-Cha memastikan.

"Ne, Chagiya. Palli, sebelum tunanganmu ini pergi lagi," tambahnya mengancam.

"Yak! Kau mengancam. Aku akan segera datang, jankamnam!"

Mi-Cha bersorak senang, akhirnya Joon-Hee-nya kembali. Sejak melakukan operasi bedah plastik ia sama sekali tidak menerima panggilan video dari Joon-Hee. Mi-Cha ingin memberikan kejutan kepada tunanagannya itu. Meski yakin ada sedikit kekecewaan, Joon-Hee pasti akan menerima keputusan Mi-Cha dan berbaikan lagi dengannya seperti kala itu.

"Arin aku harus pergi. Joon-Hee memintaku untuk menjemputnya. Jika sudah selesai aku akan kembali."

Usai pemulihan operasi yang memakan waktu dua minggu lamanya, Mi-Cha kembali bekerja. Namun ia masih belum turun lapangan karena masih dilarang terkena debu dan suhu dingin—apalagi Februari akan menyapa yang tandanya puncak musim dingin akan segera tiba. Untungnya juga ia tidak perlu bertemu Soma dulu. Biarlah hal ini menjadi kejutan untuknya di ulang tahunnya nanti. Semua urusan perancangan ulang tahun Soma, sudah diserahkan pada Arin dan Manager Lee.

Arin mengangguk. Mi-Cha pun berlenggak pergi meninggalkan cage-nya menuju bandara yang memakan waktu setengah jam jika keadaan tidak macet. Saat ini jam makan siang akan menyapa yang artinya jalanan akan penuh oleh kendaraan dan pejalan kaki.

Beruntungnya Mi-Cha bahwasanya jalanan tidak terlalu macet sehingga Joon-Hee tidak perlu menunggu lama. Ia pun dengan terburu-buru turun dari mobil dan langsung menuju pintu penjemputan. Saat kakinya sudah mencapai pintu penjemputan, ia pun dengan segera mencari keberaan Joon-Hee.

Mi-Cha berpikir Joon-Hee tidak akan mengenalinya, karena memang perubahanya sangat drastis. Setelah berjelajah sekitar tiga menit, mata violetnya menemukan sosok yang ia cari. Joon-Hee yang sepertinya juga tengah memandangnya, tapi Mi-Cha pasti salah mengira. Mana mungkin Joon-Hee mengenalnya dengan tampilan yang baru?

Mi-Cha menghampiri Joon-Hee yang berlagak tak mengenalnya. Mi-Cha pun bertingkah sok akrab dengan mengajaknya berbicara.

"Apakah kau sudah punya kekasih?" Pertanyaan itulah yang diberikan Mi-Cha kepada Joon-Hee.

"Sudah. Tapi aku curiga ia tengah selingkuh," jawab Joon-Hee dingin tanpa melihat Mi-Cha di sampingnya.

Mendengar jawaban dari Joon-Hee, Mi-Cha mendengus kesal. Berani-beraninya ia menuduh dirinya selingkuh di belakangnya. Tidak tahukah dia, bahwa lawan bicaranya adalah Mi-Cha—tunanganya.

"Ah, pasti itu hanya kekhawatiranmu. Mana mungkin pria setampan kau dipermainkan oleh perempuan," balas Mi-Cha mencoba menepis pikiran buruk Joon-Hee tentangnya. Sedang Joon-Hee hanya mengedikkan bahu sebagai jawabnya. Ia memejamkan mata dengan menyenderkan punggung di bagian belakang kursi.

(Not) Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang