Inilah enaknya memiliki perusahaan sendiri. Ia dengan bebas bisa berlibur berapa lama pun dan enaknya juga memiliki rekan kerja keluarga sendiri. Ia bisa memberi kepercayaan penuh sehingga liburnya terasa aman dan nyaman.
Usai selesai konsul lanjutan di rumah sakit bersama Hanbin, Mi-Cha langsung ke vendor untuk menyelesaikan urusannya hari ini. Ia tidak langsung mampir ke ruangannya melainkan ke ruang rapat. Di perjalanan tadi ia sudah menelepon Arin untuk mengadakan rapat dadakan yang dihadiri oleh kepala devisi. Dan untungnya, mereka sedang berada di cage.
"Aenyeong-haseyo," sapa Mi-Cha begitu ia tiba di ujung meja rapat dengan sedikit membungkuk. "Maaf sudah menganggu waktu kerja kalian. Tapi aku memang harus mengumpulkan kalian di sini karena ada hal penting yang ingin saya sampaikan," sambung Mi-Cha dengan senyum yang mengembang.
Semua pandangan berpusat pada Mi-Cha. Tampang mereka menunjukkan kecemasan. Mereka takut ada kesalahan yang diperbuat—karena biasanya Mi-Cha akan buat rapat dadakan jika ada kesalahan. Dalam hati masing-masing berdoa semoga tidak ada amukan kemarahan yang keluar dari bibir kecil milik Mi-Cha.
"Untuk beberapa hari ke depan, kemungkinan dalam dua minggu ini, aku akan libur. Maka segala urusan seperti penerimaan, tanda tangan berkas, dan apapun yang biasa saya lakukan akan dialihkan pada Arin dan Manager Lee. Yang sudah kita siapkan dalam beberapa acara ke depan, semoga bisa berjalan dengan lancar. Dan untuk devisi keuangan, tolong antarkan berkas pengeluaran maupun pemasukan dalam bulan Desember kemarin. Saya minta lebih awal untuk mengetahui perkembangan dan kekurangan pada perusahaan kita bulan lalu. Saya tunggu paling lambat besok," jelas dan perintah Mi-Cha yang diangguki oleh semua rekan kerjanya. "Segala kepentingan yang melibatkan saya, mohon diselesaikan besok, karena lusa saya sudah libur," sambung Mi-Cha yang kembali diangguki. Merasa puas dengan rapat dadakan yang selalu serba cepat, Mi-Cha pun berkata, "Terima kasih atas kehadirannya. Silakan bekerja kembali."
Satu per satu dari mereka akhirnya meninggalkan ruang rapat. Tersisalah Arin dan Aren yang memiliki urusan dengan Mi-Cha. Arin yang melihat ruangan menjadi kosong, ia langsung mendekat pada Mi-Cha dan mulai kepo dengan kehidupan eonni-nya. Ia pun bertanya, "Kau mau ke mana selama dua minggu ke depan, Eonni?"
Mi-Cha yang masih sibuk dengan email dan berkas pun dengan santainya menjawab, "Operasi bedah plastik."
"Mwo?"
Baik Arin maupun Aren tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Walaupun Arin sudah tahu tentang niat Mi-Cha, tapi ia tidak percaya akan ada keputusan secepat ini.
Mi-Cha yang melihat keterkagetan di antara keduanya pun mengalihkan pusat padangan kepada si kembar. "Wae?" tanya Mi-Cha yang keheranan akan reaksi mereka.
"Kau sedang bercanda, Nuna?" tanya Aren untuk memastikan. Mi-Cha pun menggeleng sebagai jawaban. Ia benar-benar akan melakukannya. "Oh, God!" seru Aren masih tidak percaya.
"Wae? Apa ada yang salah dengan keputusanku?" tanya Mi-Cha yang semakin keheranan.
Melihat Aren yang akan menyahut dengan wajah tak percayanya, dengan cepat Arin menyenggol kembarannya menggunakan kakinya. "Anio, Eonni. Tidak ada yang salah. Jadi tidak lama lagi, kami akan melihat Eonni yang langsing nan seksi," ujar Arin dengan mata yang berbinar.
Melihat itu, senyum Mi-Cha mengembang. Tak lupa ia membayangkan Soma yang akan terkejut melihat tubuhnya yang langsing dan wajahnya yang cantik. Bisa jadi Soma jantungan melihat dirinya. Membayangkan itu, Mi-Cha tersenyum sendiri membuat si kembar keheranan. Bedanya, Arin tahu alasan Mi-Cha melakukan operasi bedah plastik di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect [COMPLETED]
Fanfiction"Tidak-tidak. Jangan coba-coba melakukan itu, Nuna. Aku lebih senang jika kau seperti ini." "Tapi mereka bilang aku gendut dan jelek." Sering dikatakan gendut dan jelek membuat Hwang Mi-Cha insecure. Dan saat ia berada di posisi itu, hanya kasih say...