Langit Kota Chicago amatlah indah dengan ditemani oleh awan-awan tipis yang memberi kesan hangat. Ketukan dari sepatu pantofel terdengar amat tergesa-gesa. Ia berharap, pintu tujuannya ada di depan mata.
"Perhatian, para penumpang pesawat American Airlines dengan nomor AA220 penerbangan tujuan Seoul, Korea Selatan dipersilakan naik ke pesawat udara melalui pintu E04."
Sudah dua kali pengumuman itu diulang dan semakin membuat Han-Kang melangkah semakin terburu-buru. Ia berdoa agar tidak ketinggalan pesawat. Dirinya sangat ingin cepat-cepat sampai ke Seoul karena amat merindukan dua buah hatinya.
Saat menemukannya, ia langsung menyerahkan tiket untuk diperiksa beserta dengan paspor. Lantas setelahnya ia masuk dan duduk di bangku penerbangannya dengan napas yang tersengal-sengal.
Hang-Kang tampak bernapas lega saat ia sudah di pesawat. Tak lama, terdengar pengumuman dari pramugari bahwa pesawat akan terbang. Ia memilih untuk memejamkan mata untuk menerima waktu yang singkat. Ia ingin, saat matanya terbuka, Seoul sudah di depan matanya.
Sayangnya, belum nyenyak Han-Kang tidur, ia merasakan goncangan aneh dari pesawat dibarengi oleh pengumuman pramugari bahwa ada kesalahan teknis dalam penerbangan. Suara sirine darurat pun terdengar nyaring. Hal tersebut membuat para penumpang pesawat uring-uringan. Dalam sekejap, panjatan doa terdengar. Kantong oksigen pun diturunkan. Han-Kang dengan cepat meraihnya dan memasang pada bagian hidung dan mulut.
Ternyata, goncangan tak juga hilang. Kini malah semakin parah. Han-Kang yang duduk di dekat jendela pun melihat sayap pesawat yang tiba-tiba patah lalu tebang entah ke mana. Ia berdoa dalam hati semoga Tuhan melindunginya. Baru sejam yang lalu ia mendengar harapan istrinya, ia tak ingin mematahkan harapan itu hanya karena kesalahan teknis pesawat.
Suara ricuh dari para penumpang semakin terdengar. Ia yang awalnya tak panik malah ikutan panik. Doa terus terpanjat apalagi saat merasakan kakinya kehilangan gravitasi. Ia bak melayang dan dihempaskan ke bawah. Tubuhnya bak dihisap oleh bumi yang siap menenggelamkannya.
Goncangan semakin terasa ditambah dengan ledakan yang tak tahu berasal dari mana. Para pramugari dan pramugara silih berganti memberi aba-aba untuk tenang. Sampai Han-Kang merasa benturan yang hebat terjadi dan sekejap suara ledakan yang amat memekakkan telinga terdengar. Ia tak sempat menyelamatkan diri. Semuanya gelap dan hilang ....
***
Musim dingin telah tiba. Di mana orang-orang memilih untuk tetap di rumah sambil menonton siaran keluarga dan menghangatkan diri dengan baju dan selimut yang tebal. Namun tidak bagi pria bertubuh tinggi dengan mata sipit yang indah. Ia memilih keluar rumah untuk membelikan sesuatu yang amat berharga.
"Ah, pada tutup!" rutuknya yang kesal saat melihat toko perhiasan memasang lebel tutup. "Aku harus ke mana lagi?"
Tak ada pilihan lain, ia kembali ke rumah dengan perasaan kecewa. Ia berniat akan kembali besok dan akan coba minta izin untuk pulang cepat pada atasannya. Ini menyangkut hidup dan matinya.
Untungnya, sore itu toko perhiasan belum tutup. Tak sia-sia ia merayu atasan super galaknya. Ia pun membeli cincin yang memiliki permata berwarna merah muda bak bunga sakura yang sedang mekar. Ia yakin, kekasihnya akan sangat menyukainya.
Di bawah guyuran salju, ia langsung mengendarai mobil ke rumah kekasihnya. Raut bahagia tampak jelas di sana. Ia tak sabar melihat ekspresi Hyu-Ra.
Di bawah sinar lampu halaman yang dibalut salju tebal, pria itu berjongkok dengan mengeluarkan kotak beludru warna merah muda. Ia membuka kotak itu sambil berkata, "Hyu-Ra. Will you marry me?"
Saat tubuh itu merasa dingin, ia pun terjaga dengan napas yang terengah-engah. Ia tak nyangka mimpi itu datang lagi. Ini bukan hanya sekali. Berkali-kali ia mimpi tentang Hyu-Ra yang tidak dikenalinya. Bukan hanya itu, di lain hari ia pernah mimpi bahwa dirinya sedang berada di rumah sakit menunggu kelahiran seorang bayi.
"Aku benci mimpi seperti ini. Cita-citaku masih panjang. Bisa-bisanya mimpi melamar gadis dan memiliki anak. Ini sungguh mengesalkan."
***
Halo. Ini dia cerita baru kami. Genrenya Fanfiction. Semoga kalian suka. Jangan lupa like dan komen ya. Dukung kami terus 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect [COMPLETED]
Fanfiction"Tidak-tidak. Jangan coba-coba melakukan itu, Nuna. Aku lebih senang jika kau seperti ini." "Tapi mereka bilang aku gendut dan jelek." Sering dikatakan gendut dan jelek membuat Hwang Mi-Cha insecure. Dan saat ia berada di posisi itu, hanya kasih say...