Berkali-kali kami ucapkan terima kasih banyak karena sudah mampir di cerita kami. Mohon dukung kami sampai akhir, ya.
Selamat menikmati bab baru.
Enjooyyy
.
.
.
Ruangan bercat cokelat dengan furniture sofa berwarna peach menjadi tempat pilihan untuk melangsungkan meeting bersama Jeon Soma.
"Eonni, kau sudah membaik?" tanya Arin yang selalu siaga di samping Mi-Cha untuk menemani setiap jadwal meeting di cage-nya.
"Tentu!"
"Mm, kau sudah tidak melakukan progam dietmu?" tanya Arin yang menyadari bahwa jadwal yang ia rombak atas permintaan Mi-Cha tak lagi berlaku.
"Mm, masih. Tapi, aku tidak melakukan jogging di lapangan komplek. Jangan katakan pada Joon-Hee karena aku kembali diet diam-diam," jelasnya sambil berkutit dengan desain-desain dekorasi pesta ulang tahun di depannya.
"Kau sangat keras kepala. Tapi, pasti sebentar lagi kau akan ramping dan cantik."
Mi-Cha yang mendengar itupun hanya terkekeh. Akan ramping dan indah bagaimana jika diet itu tidak berefek pada tubuh gempalnya ini?
"Semoga saja," sambung Mi-Cha yang diangguki oleh Arin.
Tamu yang ditunggu pun datang. Tanpa diduga kedatanganya membawa sebuah plastik makanan berlebel restoran terkenal di Korea.
"Anyeong," ucap Soma dengan melambaikan tanganya untuk menyapa.
Masih tetap cantik bahkan lebih cantik. Sungguh, jika Mi-Cha menjadi tandingannya untuk berlomba menjadi model, tak perlu menunggu tampil, saat masih mencalonkan saja Mi-Cha sudah ditolak mentah-mentah.
"Ah, anyyeong, Soma!" balas Mi-Cha membungkuk. Dia ingin menghilangkan rasa cemasnya kala melihat Soma atau masa lalunya saat bertemu.
Dia tidak ingin menjadi sosok yang selalu tertindas. Dia sudah menjadi gadis dewasa yang memiliki karier bagus. Jadi, untuk apa merasa diasingkan?!
Sudah cukup!
Rahang yang sempat turun akibat rasa khawatirnya kembali ditegakkan. Mi-Cha ingin tampil berbeda, sebagaimana Jeon Soma yang ada di depanya telah menjadi model pendatang baru yang cukup disegani.
"Silahkan du—"
Meskipun berusaha baik-baik saja, Mi-Cha selalu kalah cepat saat akan berbicara atau mungkin kebiasaan menyela ucapan orang dilestarikan oleh Soma.
"Hmm, Mi-Cha~ya! Um, kau masih terlihat sama, ya. Kukira saat kita bertemu kau akan memiliki sedikit perbedaan. Justru aku menemukan wajah pucat dalam dirimu. Kau sedang sakit? Baru sembuh? Atau?"
Soma mengintari Mi-Cha dengan tanganya yang menyentuh tubuh tersebut sekenanya. Arin yang melihat pemandangan tak sopan yang dilakukan klienya mulai kesal. Mereka akan melaksanakan meeting, bukan?! Kenapa harus ada pertujukkan menilai penampilan seseorang?
"Mianhe. Bisakah kita fokus dengan tujuan awal? Jika, Soma~ssi ingin menilai penampilan seseorang, silahkan besok datangi kontes busana. Mendaftarlah sebagai juri. Dari caramu menilai, kau sudah pantas menjadi juri kontes busana daur ulang," sarkas Arin yang sudah muak dengan tingkah sombong dari Jeon Soma. Meski suaranya terdengar lembut, tapi berhasil membuat Jeon Soma emosi yang untungnya dicegah oleh Mi-Cha.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect [COMPLETED]
Fanfiction"Tidak-tidak. Jangan coba-coba melakukan itu, Nuna. Aku lebih senang jika kau seperti ini." "Tapi mereka bilang aku gendut dan jelek." Sering dikatakan gendut dan jelek membuat Hwang Mi-Cha insecure. Dan saat ia berada di posisi itu, hanya kasih say...