Keputusan

14 5 0
                                    


Tidak ada hal yang special bagi Mi-Cha sepulang dari kerja. Kalau bukan berselimut di ranjang, ia memilih menonton televisi yang tayangannya terkadang tidak begitu menarik di matanya. Seperti malam ini, usai bersih-bersih dan makan malam, Mi-Cha memilih duduk santai di kursi malas milik eomma-nya. Ia menekan tombol-tombol remode karena belum menjatuhkan pilihan pada tontonannya.

Biasanya ruang keluarga hanya terisi oleh Rara saja. Melihat putri sematawayang buka lapak di tempatnya, ia pun ikut bergabung. Bukan hanya sebatas menghabiskan malam berdua saja. Melainkan karena ia ingin banyak tanya. Ia tidak bisa menyia-nyiakan waktu karena akan sangat jarang Mi-Cha berleha-leha di depan televisi ataupun di rumah. Jika sudah masuk kamar, Mi-Cha pasti langsung tertidur.

"Mi-Cha~ya!" panggil Rara sebagai pemulaan untuk mengajak Mi-Cha mengobrol.

Pandangan wanita tersebut tidak berubah. Ia menatap fokus ke arah televisi. Namun ia merespons, "Ne, Eomma!"

"Eomma mau bertanya," ujar Rara yang langsung menembak apa maksudnya memanggil tadi. Sayangnya, fokus Mi-Cha tetap di televisi. Ia hanya mengangguk pertanda bahwa ia sedang menunggu. "Kau yakin akan melakukan operasi bedah plastik?" tanya Rara tanpa basa-basi.

Mendengar pertanyaan tersebut, Mi-Cha melirik dengan wajah yang ditekuk. Ia yakin eomma-nya pasti akan melarang keras. "Ne! Apa Eomma masih tidak mau mengizinkannya?" tanya Mi-Cha dengan wajah sedihnya.

Terdengar helaan napas dari Rara. "Kenapa kau melakukan itu, Mi-Cha~ya? Jika hanya demi kesehatan, Eomma tidak percaya. Aku mengenalimu, Mi-Cha~ya," tanya Rara dengan menunjukkan kekecewaannya.

Mi-Cha menunduk. Ia tidak tahu harus beralasan apa. Tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya. Jika ia bercerita, Rara pasti akan semakin kecewa dengannya bahkan bisa jadi marah dengannya. Namun jika ia tidak bercerita, dengan alasan demikian pasti Rara menolak kuat. Ia pasti disuruh menjalankan diet saja dengan arti ia harus menerima kekalahannya di hadapan Soma.

Lag-lagi bimbang menghampirinya ....

"Kenapa kau diam, Mi-Cha~ya? Ayo jelaskan padaku kenapa kau ingin melakukan itu?" tanya Rara tak sabaran karena melihat anaknya yang tak kunjung menyahut. "Kau ingin cantik? Kau ingin langsing?" Lagi Rara bertanya yang kali ini melayangkan pertanyaan yang bertubi.

Mi-Cha hanya bisa mengangguk. Mungkin ini adalah jawaban terbaik dari pada harus menjelaskan yang sebenarnya. Melihat reaksi Mi-Cha, Rara pun mendengus kesal.

"Setiap wanita memiliki standar kecantikannya tersendiri, Mi-Cha~ya! Dan kau cantik dengan tubuh gempalmu serta pipimu yang terlihat menggemaskan. Kurus bukan berarti kamu sehat, Mi-Cha!ya!" seru Rara yang tak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya.

"Dan gemuk pun belum tentu sehat, Eomma!" pekik Mi-Cha yang frustrasi karena disudutkan. "Kau tahu aku bisa jadi terkena diabetes yang Appa turunkan? Kau tahu orang gendut sepertiku rentan terkena penyakit jantung? Kau tahu Eomma, berat badanku sekarang bukan lagi nomal melainkan obesitas. Apa kau tahu itu?" tanya Mi-Cha dengan napas yang terengah-engah. "Kau pikir mudah untukku menghadapi tubuh yang seperti ini, Eomma?" tanya Mi-Cha lagi di akhir unek-uneknya dengan air mata yang menetes begitu saja. Ia tak tega menyahut eomma-nya dengan kasar. Namun ia tak tahu harus berkata apa lagi.

Rara terpaku melihat anaknya yang tampak emosional dengan wajahnya yang memerah. Pun dengan air mata yang menelusuri pipi menggemaskan itu. Rara tak menyangka Mi-Cha menjabarkan dengan kekecewaan juga serta air mata. Ia bisa melihat dari mata anaknya, ada luka mendalam yang tidak diketahuinya.

(Not) Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang