Winata menatap kearah kemeranya, sore ini ia baru saja menyelesaikan pemotretan terakhir untuk edisi tahun baru yang akan datang. Ia sangat senang akhirnya pekerjaanya selesai juga. Winata menatap kearah jam tangan yang ia kenakan, kini menunjukkan pukul lima sore. Adhika mengirimkannya pesan agar mereka bisa bertemu sore ini di sebuah restoran untuk makan malam, sayangnya pria itu tidak bisa menjemputnya, ia berharap Winata tak keberatan jika mereka bisa bertemu di restoran tersebut.
Ayolah, Winata bahkan sudah berusia dua puluh lima tahun, untuk apa dia bermanja-manja ria? Winata membereskan kameranya dan berpamitan kepada beberapa temannya yang akan kembali ke kantor untuk mengembalikan properti. Winata hanya berharap semoga Adhika tidak keberatan dirinya terlambat ke tempat mereka janjian untuk makan malam.
Sebuah taksi online sampai di sebuah kawasan elit yang cukup mewah di Jakarta. Winata turun sambil membawa tas kameranya di sebuah restoran Jepang. Langkahnya penuh semangat memasuki restoran tersebut.
"Maaf, mba. Saya mau ke meja atas nama Adhika Wirtama." Kata Winata terdengar sedikit berbisik. Sejak kejadian Laura Clauw dan Adhika yang secara blak-blakan menyatakan dirinya adalah kekasihnya ia memilih untuk memperketat lagi privasinya.
"Ohh, Mba Winata ya?" Tanya sang pelayan yang berdiri di ambang pintu restoran. Winata mengangguk mengiyakan. "Mari ikut saya."
Matanya Winata terus melihat kearah interior restoran yang terlihat sangat mahal ini. Winata jarang memijakkan kakinya ke tempat-tempat seperti ini selain memang pertemuan kerja dengan klient majalah. Pelayan tersebut pun mengantarkan Winata sampai disebuah pintu kayu khas Jepang yang disisi dindingnya bertuliskan VIP Room.
"Silahkan masuk, mba." Kata pelayan tersebut.
"Terimakasih." Ucap Winata tak lupa.
Winata pun membuka pintu tersebut tubuhnya seketika membeku melihat siapa yang ada didalam ruangan tersebut.
"Adhika." Panggil Winata refleks dengan ekspresi terkejutnya.
Adhika pun menengok, ekspresinya tampak biasa saja bahkan ia tersenyum dan beranjak dari kursinya lalu memberikan ciuman dipipi Winata. Berbeda dengan Winata yang melirik kearah pria yang duduk di seberang Adhika, pria yang sangat ingin Winata pelototi.
"Maaf aku belum bisa jemput. Ada tamu penting hari ini sayang." Kata Adhika sambil melirik kearah pria yang duduk dikursinya itu. "Ayo duduk." Kata Adhika lagi sambil menarik kursi yang ada disebelahnya yang kosong.
Winata masih tak bisa melepaskan matanya dari pria yang dipanggil tamu oleh Adhika, ini akan sangat canggung sekali.
"Kamu kenal dia?" Tanya Winata tak percaya. Bahkan Winata tak pernah memperlihatkan wajah pria ini sebelumnya kepada Adhika. Bagaimana Adhika bisa mengenal pria ini.
Adhika mengangguk sambil tertawa kecil. "Taulah sayang, dia ini-"
Tok... Tok... Tok...
"Sorry, gue telat."
Seorang pria muncul tiba-tiba dan semakin Winata terkejut bukan main. Ia semakin dibuat bingung ketika ia melihat Kafin datang dengan menggunakan kemeja putih yang digulung keatas sikut serta celana bahan hitamnya, mata Kafin melihat kearah Winata ia ikut tertegun saat tau ada keberadaan Winata disini.
"Oh, ada Winata juga. Hai Winata." Sapa pria itu dengan senyuman manisnya.
Winata hanya mengangguk sekali sambil tersenyum canggung. Ia semakin dibuat bingung. Apa mereka saling mengenal?
"Duduk, Fin. Lo pasti capek banget." Kata pria yang sedari tadi Winata tak berhenti menatapnya kepada Kafin.
Kafin tampak mengangguk sambil berjalan kearah pria itu. "Iyap, macet banget jalanan Jakarta." kata Kafin sambil duduk disebelah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta - #KutukanSeries1
Romance#Kutukanseries : Kutukan Cinta #1 ❤️❤️❤️❤️❤️ Sial seribu sial bagi Winata, cewek 24 tahun yang lagi-lagi diputuskan sepihak dengan kekasih yang entah sudah keberapa. Mau menangis, ia bahkan tidak tau apa yang harus ditangiskan, mungkin tepatnya nasi...