Perlahan kedua mata Adhika terbuka, sebuah aroma sedap tercium hingga berhasil membuatnya terbangun. Entah siapa yang memasak di dapur kondonya yang sudah setahun ini ia tak ia gunakan. Ia pun terduduk sambil merenggangkan tubuhnya. Wangi itu pula berhasil menggugah perutnya yang keroncongan.
Ia pun berjalan keluar dari kamarnya dan menemukan seseorang tengah memasak di dapurnya, seketika ia menyipitkan matanya mencoba menerawang siapa tengah memasak disana. Ia pun berjalan perlahan dan kini semakin tergambar siapa disana.
Perempuan itu seperti menyadari dirinya diawasi oleh seseorang, refleks ia menengok dan mendapati Adhika berdiri disebelah kulkas.
"Pagi, pak." Sapa perempuan itu sambil tersenyum, Winata.
Lagi-lagi jantung Adhika berdetak kencang saat melihat Winata yang tampak mempesona sambil memasak sesuatu di wajan. Kini baju Winata berganti menjadi baju yang Adhika kenal betul baju milik siapa.
"Sarapan sudah siap." Kata Winata sambil menyajikan dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya.
Winata pula menyajikan semangkuk salad sayur diatas meja, serta jus jeruk yang ia buat sendiri.
"Maaf ya pak, saya cuma bisa masakin ini soalnya bahan masakan bapak terbatas banget." Tutur Winata.
Adhika pun menyadarkan dirinya dan tak lama mengangguk. "Gapapa, saya memang jarang masak dirumah karna terlalu sibuk. Terimakasih ya."
Adhika melihat kearah Winata dari atas hingga bawah. Kenapa dirinya bisa sebodoh itu tidak mengembalikan baju-baju tersebut. Jadilah Winata mengenakannya.
"Emm... Maaf ya pak saya pake baju ini. Soalnya saya bingung pake baju apa." Tutur Winata sambil menggaruk tengkuknya.
Adhika hanya mengangguk sekali. "Gapapa." Jawab lagi dengan singkat.
"Ayo, pak. Makan."
Adhika pun duduk di kursi yang diikuti oleh Winata setelahnya. Semalam Adhika sampai tengah malam, memang puncak tak ada habisnya. Saking macetnya dirinya sampai telat turun karena akses akhirnya ditutup dan berganti untuk arah naik. Jadilah dirinya dan Winata sampai jam satu dini hari. Adhika tak ingin Winata pulang terlalu larut malam dengan keadaan Winata yang kurang layak dengan hanya kemeja saja, tentu tetangga rumah Winata akan berpikir aneh-aneh. Jadilah Adhika membawa Winata ke kondominiumnya.
Adhika pun menyuap masakan Winata dan mengejutkan nasi goreng ini sangatlah, hingga membuat Adhika terus menyendokkan nasi goreng tersebut ke mulutnya. Winata yang melihatnya langsung tertawa kecil.
"Bapak tuh kalau makan pelan-pelan dong." Kata Winata sambil mengusap bibir pria itu dengan ibu jarinya.
Adhika terdiam saat melihat Winata dengan seluruh perhatiannya kini tersenyum kearahnya bahkan mengusap bibirnya, tak lama ia kembali memakan nasi gorengnya. Jantung Adhika kembali dipermainkan perempuan ini.
"Lain kali setok aja bahan masakan, pak. Lumayan kalau bapak lagi males keluar rumah. Bisa masak deh dirumah." Kata Winata lalu menyantap nasi gorengnya.
"Kan saya udah bilang, saya itu sibuk. Ditambah kalau lagi kelelahan sehabis bekerja, semakin malas pula saya buka kulkas. Makanya saya lebih sering food delivery." Jelas Adhika.
"Tapi kan makan diluar terus tuh gak baik, pak." Kata Winata lagi.
Adhika pun refleks menggenggam tangan Winata membuat perempuan itu pun menatap kearahnya.
"Kalau gitu kita ganti rules kita. Makan siang diganti dengan kamu tinggal di kondo saya." Kata Adhika sambil tersenyum.
Sedangkan Winata tampak terkejut dengan perkataan Adhika. Tak lama Adhika tertawa melihat ekspresi wajah Winata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta - #KutukanSeries1
Romance#Kutukanseries : Kutukan Cinta #1 ❤️❤️❤️❤️❤️ Sial seribu sial bagi Winata, cewek 24 tahun yang lagi-lagi diputuskan sepihak dengan kekasih yang entah sudah keberapa. Mau menangis, ia bahkan tidak tau apa yang harus ditangiskan, mungkin tepatnya nasi...