Part 68

14 0 0
                                    

Happy reading guys ❤️
Vote comment jangan lupaa😘

•••

WINATA POV

Setiap kali melihat matanya gue selalu berpikir apakah dia memang orangnya. Kadang kala ini masih jadi mimpi buat gue, kenapa bisa Tuhan menunjukkan bahwa dia orang? Kenapa bukan Kafin atau Reno yang baru kembali ke hidup gue? Atau bahkan bukan Bimo Si Pengutuk hidup gue.

Entah gue harus senang atau nggak, sampai sekarang gue merasa kutukan yang Bimo kasih ke gue udah lama gak berefek lagi ke hidup gue setelah hadirnya Adhika dihidup gue. Sosok Adhika Wirtama yang menyebalkan saat pertama kali gue melangkahkan kaki ke ruangannya, tatapan tajamnya, terkadang kaku dan dingin, tapi lambat laun gue merasakan sosoknya yang hangat, menyayangi keluarganya, dan berjuang untuk datang ke hadapan gue atas kesalahannya yang dia perbuat.

Gue kadang berpikir kenapa bukan Kafin yang hati gue inginkan? Kafin sosok pria manis dan baik hati, perhatian dan melindungi, siapa yang gak mau sama dia? Dia bahkan bersedia menempatkan diri gue berada disisinya selalu disaat gue disakiti sama orang yang gue sayang. Tapi hati gue gak bisa bohong, karna memang bukan Kafin orangnya.

Atau kenapa bukan Reno? Mantan gue yang berhasil sekali membuat hati gue remuk dan membuat gue mempermainkan banyak laki-laki dan salah satunya berakhir pada Bimo, cowok yang mengutuk gue. Kepergian Reno yang tiba-tiba dan tanpa kabar buat gue bingung kemana dia. Setelah dia kembali rasanya jadi beda, getarannya udah gak sama seperti setiap kali gue melihat foto kami berdua. Seakan dia bukan lagi jawaban dari segala pencaharian gue.

Dan kenapa harus Adhika? Sejak dia peluk gue di kencan pertama kami gue ragu akan sebuah perasaan yang gue rasakan sama dia, sebuah perasaan saling mengikat, saling terhubung, seperti sinyal WiFi yang masuk ke handphone. Gue merasa seperti ada koneksi dengan dia, perasaan gue semakin lama semakin dalam dengan pria kaku satu itu. Sialnya walaupun dia nyakitin gue, gue gak bisa ngelupain dia.

Dia datang disaat gue butuh dia. Dengan wajah kusutnya saat itu dia berdiri didepan rumah Bibi dan Abah, meminta maaf dengan nada menyesalnya. Yang gue tau dia sudah berkorban dengan sangat besar, melindungi orang-orang yang dia sayangi, mengungkap masalah yang selama ini mengganggunya dan melibatkan diri gue, bertanggungjawab atas apa yang dia buat, sampai mengorbankan nyawanya demi gue.

Kini yang jadi pertanyaan gue selanjutnya adalah apakah kutukan itu masih ada?

"Mungkin udah gak berefek lagi sama lo." Tanggap Erlina dihadapan gue setelah gue menceritakan keresahan gue menjelang pertunangan gue ditengah makan siang kami di kantin kantor. Ya, ini soal kutukan gue yang hanya dia, Adhika dan Kafin tau.

"Soalnya kalian itu udah bareng, udah mau tunangan lagi. Apalagi coba yang jadi penghalang?" Tutur Erlina dengan senyuman senangnya.

Gue ikut tersenyum, jika iya, berarti gue udah bisa bernapas lega, selega-leganya. Karna mungkin gak akan ada yang mengganggu gue dihari menjelang pertunangan gue.

"Oh ya, katanya minggu depan lo mau bawa Bibi sama Abah ke orangtuanya Pak Adhika yaa? Soalnya Pak Adhika minta kosongin jadwal buat minggu depan." Tanya Erlina dengan tatapan menelisiknya.

Gue mengangguk antusias. "Iya, rencananya hari sabtu minggu depan gue sama dia mau ke Tasikmalaya buat jemput Bibi sama Abah. Dia nolak mentah-mentah banget pas gue saranin buat minta tolong supirnya dia aja buat jemput Bibi sama Abah kalau emang dia sibuk."

Kutukan Cinta - #KutukanSeries1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang