***
Pagi-pagi sekali Winata sudah berada di dapur kondo milik Adhika. Dirinya menginap untuk menemani Adhika yang sudah semakin membaik, walaupun Winata sudah memaksa Adhika untuk tidak bekerja dan tetap istirahat, pria itu terlalu keras kepala dirinya akan bekerja. Winata hanya bisa geleng-geleng kepala, tetap saja pria itu kaku dan egois.
Winata tidak masak banyak, hanya nasi goreng sosis dan telur ceplok yang digorengnya, serta jus jeruk segar. Kesibukan yang gila membuat pria itu jarang sekali untuk makan dirumah, Adhika akan lebih sering pesan secara online atau makan di luar dibandingkan masak sendirian di kondo. Setelah menyiapkan nasi goreng untuk sarapan, sisanya Winata masukkan ke dalam tempat bekal untuk makan siang Adhika di kantor.
Saat dirinya tengah sibuk menyuci piring tiba-tiba dirinya dibuat terkejut dengan seseorang yang memeluk tubuhnya dari belakang dengan erat. Adhika, pria itu memeluknya, dengan suhu tubuhnya yang masih hangat dan bertelanjang dada. Winata seketika kaku ditempat, tentu saja ini karna Adhika yang berani memeluknya dengan tubuh atletisnya tanpa mengenakan kaos.
"Good morning." Bisik Adhika menyapa Winata sambil menaruh kepalanya di pundak Winata.
Winata menyadari satu hal, apa pria ini tengah bermanja padanya? Jantungnya berdetak kencang, apa sakit membuat pria ini mudah tidur sambil berjalan?
"Pagi." Balas Winata ragu. Dirinya terlalu gugup, masalahnya dirinya benar-benar bisa merasakan hangatnya tubuh Adhika yang merengkuhnya.
"Aku nyium wangi enak banget di kamar, bikin aku laper. Ternyata ada yang lagi masak pagi-pagi." Kata Adhika kembali membuat Winata gugup.
Astagaa... Ini Pak Adhika kenapa sih? Kesambet atau gimana? Ayo Winata, lo jangan salting gini! Batin Winata.
"Bapak... Kayaknya abis sakit jadi kesambet ya?" Tanya Winata terdengar ragu.Mendengar hal tersebut awalnya Adhika terdiam dan berpikir, namun tak lama malah tertawa dan semakin merengkuh tubuh Winata.
"Aku gak kesambet, Winata." Kata Adhika masih terdengar tawa kecilnya. "Aku memang pengen meluk kamu. Makasih sudah mau merawat aku."
Winata mengulas senyuman, dirinya tentu dirinya sangat dibuat salah tingkah dengan pria dingin nan kaku satu ini. Saat Winata sudah menyelesaikan semua cucian piring, tiba-tiba Adhika menarik tangannya pelan namun cukup membuat tubuh Winata kini menatap kearahnya. Seketika Winata membulatkan matanya saat Adhika kini menatapnya begitu dalam.
Jantungnya berdetak sangat kencang, tangannya sudah lunglai sekarang. Perlahan tangan Adhika menyisir rambut Winata yang nyaris menghalangi wajah Winata hingga diselipkannya di belakang telinga Winata. Perlahan Adhika menarik sudut bibirnya.
"Makasih kamu sudah pilih aku dan memberikan kesempatan untuk membangun hubungan kita bersama." Tutur Adhika lembut. Entah ia harus bagaimana lagi, tapi rasanya tak cukup sekali atau dua kali dirinya berterimakasih karna Winata lebih memilihnya dibandingkan Kafin.
Winata mengangguk malu-malu sedikit tertunduk, tatapan Adhika benar-benar membuatnya takut untuk berlama-lama menatapnya. Namun tak lama tangan Adhika mengarahkan dagu Winata agar naik, menatap wajahnya kembali. Jantung Winata berdetak seperti roller coaster sekarang.
Perlahan Adhika mendekatkan wajahnya, sangat dekat. Winata refleks menutup matanya, ia bahkan bisa merasakan napas Adhika yang terasa dekat dengan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta - #KutukanSeries1
Romance#Kutukanseries : Kutukan Cinta #1 ❤️❤️❤️❤️❤️ Sial seribu sial bagi Winata, cewek 24 tahun yang lagi-lagi diputuskan sepihak dengan kekasih yang entah sudah keberapa. Mau menangis, ia bahkan tidak tau apa yang harus ditangiskan, mungkin tepatnya nasi...