Part 20

81 4 1
                                    

Happy reading guyss 💕

***

"Oh... Come on, Adhika. Not again." Renald menggelengkan kepalanya saat mendengar cerita kakaknya tersebut.

Adhika menghela napas. "Gue tau akal busuk, Kafin." Katanya lalu meneguk wine nya.

"Akal busuk mana sih?" Tanya Renald bingung.

"Ngedeketin Winata." Jawab Adhika sontak mengundang tawa Renald. "Kok lo malah ketawa?"

Renald pun menghentikan tawanya. "Sorry, bro. Lagian lo aneh deh. Kenapa juga lo mesti ribetkan ngurusin Kafin? Lagian hubungan lo sama Winata kan cuma sebagai pelarian plus tameng lo aja. " Tutur Renald dengan santai.

Rahang Adhika menegang. "Can you just stop saying like that?" Tutur Adhika.

"But, that's true right? Lagian Kafin juga udah sama Laura." Balas Renald. "Apa jangan-jangan lo suka lagi sama Winata." Kata Renald sambil tersenyum jahil.

"No." Tegas Adhika.

"Yaudah gak usah dibawa ribet. Lagian ya, Kafin cuma ngajak makan dia aja. Erlina cerita kok ke gue." Kata Renald lagi.

Adhika hanya diam mencoba menenangkan diri. Ia emosi, dirinya sadar akan hal itu. Ia hanya teringat akan apa yang terjadi antara dirinya, Kafin dan Laura dulu. Dirinya tak ingin terulang kembali.

"Kafin bisa aja dapetin yang dia mau. Iya kan?" Tanya Adhika seakan meminta pembenaran dari adiknya.

Renald seakan berpikir sejenak. "Emm... Bisa jadi. Tapi sebetulnya kalimat itu lebih tepat buat lo." Jawab Renald membuat Adhika mengerutkan dahinya.

"Kenapa?"

"Ya... Buktinya aja sekarang. Lo bisa jadiin Winata pelarian dan mengatur segalanya." Jawab Renald dengan santai. "Sama kayak Laura dulu. Right?"

Adhika hanya diam tak mau menanggapi.

"That's why she leaves you." Kata Renald membuat Adhika menatap tajam kearah adiknya. "Maybe... I'm just guessing."

"Tetep aja, Nald. Niat Kafin pasti sama aja." Kata Adhika lagi.

Renald berdecak. "Inget, dia udah ngerebut Laura. Walaupun gak ada satu pun yang tau. Lo repeat aja, nanti lo bakal lupa sama rasa kesel lo."

***

Winata tampak geram mengingat perlakuan Adhika tadi siang. Ia berteriak kesal diatas tempat tidurnya, namun sejenak ia terdiam.

"Apa emang gue yang salah ya?" Kata Winata bertanya-tanya.

"Tapi kan emang gue gak bisa nolak. Tetep aja Pak Kafin itu direktur perusahaan parfum terbesar di Indonesia. Masa gue tolak? Belom lagi soal acara waktu itu..." Tambah Winata.

Ia berdecak, tak seharusnya ia hanya diam menuruti keinginan Adhika untuk menjadi kekasihnya. Mungkin memang seharusnya Kafin-lah yang ia pilih.

Tak lama terdengar suara klakson mobil di depan rumahnya.

"Kok ada suara mobil? Siapa yang dateng jam segini ke rumah gue?" Gumam Winata.

Winata pun berjalan menuju pintu rumahnya dan membuka pintu rumahnya. Ia terdiam saat melihat Adhika kini sudah berdiri di depan rumahnya dengan sebuket bunga mawar merah dan sekantung plastik berisikan kotak persegi segi panjang yang belum Winata tau apa itu.

Kutukan Cinta - #KutukanSeries1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang