Part 41

65 3 0
                                    

Maaf yaa menghilang lama, aku lagi sibuk-sibuknya nugas lagi huhu.

Udah siap dengan Chapter baru?
Hihii

Happy reading 💕

***

Winata langsung menutup telfonnya begitu saja dan buru-buru mematikan ponselnya. Ia menghela napas lega ketika ponselnya akhirnya mati saat ia berbalik badan tubuhnya tanpa sengaja menabrak dada bidang Kafin, pria itu berdiri tepat di belakangnya.

"E-eh... Bapak." Winata refleks terkejut.

Kafin mengulas senyuman tipis. "Kamu... Bisa antar saya jalan-jalan ke kebun teh?"

Winata sejenak diam untuk berpikir sampai akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Bisa kok, Pak. Ayo."

Keduanya pun berjalan menuju kebun teh milik sahabat sang almarhum ayah Winata. Namun keduanya tampak diam tak ada yang memulai percakapan. Sampai akhirnya Winata memulai percakapan diantara keheningan keduanya.

"Emm... Bapak itu pasti blasteran ya?" Tebak Winata.

Mendengarnya sontak membuat Kafin tertawa kecil. "Kamu kok tiba-tiba ngomong gitu?"

Winata menundukkan kepalanya sambil tersipu malu. "Ya... Kepo aja sih, Pak. Soalnya pertama kali pertemuan saya sama bapak itu saya langsung bisa tau bapak pasti blasteran."

Ya... Walaupun obrolan ini terkesan aneh dan cenderung random tapi baginya ini bisa menghilangkan kesunyian diantara mereka.

"Ya, kamu benar kok. Saya itu blasteran." Kata Kafin membuat Winata terkekeh. "Kamu bisa tebak saya blasteran apa?"

Keduanya pun refleks menghentikan langkahnya. Kini Winata memandangi wajah Kafin lekat, sedangkan Kafin ia tampak balik memandang lekat Winata. Winata mungkin tak menatap mata Kafin karena terlalu sibuk melihat wajah rupawan Kafin, namun pria itu menatap dalam mata perempuan yang dikaguminya.

"Emm... Yang jelas Indonesia, sama... Belanda?" Tebak Winata meraba-raba.

Kafin tersenyum. "Tepatnya German dan Jawa, Winata." Ralat Kafin.

Winata seketika dibuat tercengang. "Hah?? Beneran, pak??"

Kafin mengangguk. "Iya, Winata. Ayah saya berasal dari German dan ibu saya asli Jawa Tengah, Semarang. Keduanya bertemu karna ada acara dari UNICEF, dimana saat itu Ayah saya yang kebetulan pewaris tunggal perusahaan Clarke De Parfum menjadi salah satu pendana di UNICEF dan memiliki beberapa program sosial disana."

"Sedangkan ibu saya yang bekerja ya... Hanya sebagai marketing bertemu dengan Ayah saya saat mempromosikan sebuah proyek baru dari UNICEF. Ingat sekali, kata ayah saya, senyuman ibu sayalah yang berhasil menarik perhatiannya. Ibu saya memang bukanlah perempuan yang bergelimang harta, bahkan ibu saya hanya lulusan SMA. Tetapi hal itu berhasil menarik perhatian ayah saya."

Winata terkagum mendengarnya ia pun tersenyum.

"Sampai akhirnya ayah dan ibu saya menikah dan dikarunai dua orang anak. Saya dan adik laki-laki saya, tetapi kehidupan memang tak selamanya berjalan sempurna. Ayah divonis kanker paru-paru dan meninggal setelah empat tahun berjuang demi hidupnya."

Kutukan Cinta - #KutukanSeries1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang