•••
"Kita pulang sekarang!"
Suara tegas Abah nyaris memekakkan telinga Winata yang terkejut mendengarnya, bahkan ia belum sempat memahami apa yang terjadi. Pria itu sudah menarik tangan istrinya dan Winata yang masih terdiam. Winata refleks menahan dirinya sambil berusaha melepas genggaman sang Abah.
Adhika juga ikut dibuat bingung dan panik melihat tingkah Abah yang seketika berubah meminta untuk pergi dari rumah orangtuanya. "Bah, Abah, tunggu sebentar. Memangnya ada apa, Bah?" Kata Adhika sambil menyentuh punggung Abah yang tampak emosi.
"Jangan sentuh saya dan keluarga saya!"
Suara lantang Abah nyaris membuat Adhika jantungan. Pria berumur itu tampak sangat marah, bahkan kini Adhika bisa melihat ekspresi syok dan kesedihan di wajah Bibi.
Abah kini tampak mengarahkan jari telunjuknya kearah wajah Adhika. "Kamu, berani-beraninya kamu mendekati keponakan saya! Kalian ini pembunuh!"
Seperti tertusuk belati berulang kali dirinya terkejut mendengar penuturan kejam Abah kepadanya. Pembunuh? Siapa yang pembunuh? Batinnya berpikir dengan wajahnya yang syok.
"Setiawan, kita bisa bicarakan ini-"
"Diam!"
Suara Abah memotong perkataan Ravindra yang hendak menenangkan Abah.
"Bisa-bisanya kalian kembali ke kehidupan saya dan keluarga saya. Menarik lagi Winata kepada kalian!"
Winata masih dibuat bingung dengan Abah yang tampak mengamuk tanpa arah. Bibinya terus berusaha menenangkan suaminya tersebut yang tampak berkobar.
"Setiawan, kita bisa bicarakan ini. Saya dan Myria sama sekali tidak tau kalau... Kalau Winata anak dari Endra, Wan." Tutur Ravindra dengan kerutan diwajahnya. Sedangkan Myria kini tampak menitihkan air mata.
Winata menatap tak mengerti, namun saat Ravindra menyebutkan nama almarhum Papa dan Abahnya, seakan ada sesuatu yang tak Winata ketahui. Kenapa mereka seperti saling mengenal? Apa maksud ini semua?
"Oh begitu? Apa begitu sulit melihat wajah Endra dan Ayu diwajah Winata? Begitu, iya?" Ujar Abah dengan emosi
"Bah, udah Abah." Kata Bibi terus menahan Abah.
"Ada apa ini, Bah? Kita dateng kesini baik-baik, Bah." Tanya Winata terlihat marah dan kecewa.
Tak lama Abah menyentuh kedua pundak Winata, menatap penuh kekecewaan dan kemarahan ke arah keponakannya tersebut.
"Win, Papa, Mama dan Kakak kamu meninggal karna ayah kandung dari laki-laki yang akan menikahkan kamu!" Ujarnya dengan lantang sambil menggoyangkan pundak Winata. "Mereka pembunuh!"
Tubuh Winata seketika lemas mendengarnya, apa yang baru ia dengar barusan? Perlahan Winata menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah syoknya.
"Ng-Nggak... Nggak mungkin. Gak, i-ini gak mungkin-"
"Bah, kenapa Abah bisa bilang begitu?" Tanya Adhika dengan tatapan sama terkejutnya, memotong perkataan Winata yang kini menitihkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta - #KutukanSeries1
Romansa#Kutukanseries : Kutukan Cinta #1 ❤️❤️❤️❤️❤️ Sial seribu sial bagi Winata, cewek 24 tahun yang lagi-lagi diputuskan sepihak dengan kekasih yang entah sudah keberapa. Mau menangis, ia bahkan tidak tau apa yang harus ditangiskan, mungkin tepatnya nasi...