Part 37

77 4 3
                                    

I'm back!

Makasih lohh yang udah setia nungguin Kutukan Cinta

By the way... thank youuu soo much untuk para pembaca Kutukan Cinta karena sekarang Kutukan Cinta udah sampe 1k viewers yeayyy!!!❤❤❤❤❤❤

Makasih yaa buat semuanya, aku bersyukur banget banyak yang suka sama cerita fiksi ala-ala aku ini hehehe

Happy reading!💕

***

Setelah menempuh waktu kurang lebih enam jam perjalanan dari Jakarta menuju Tasikmalaya dan beberapa kali berhenti untuk beristirahat akhirnya Winata dan Kafin pun sampai di sebuah rumah sederhana ditengah hamparan kebun the yang luas. Tak banyak rumah disini, namun masih terhitung cukup ramai dengan beberapa kendaraan motor dan mobil tua yang lewat untuk mengangkut sayuran serta buah.

"Winata!"

Bibi dari Winata, Bi Eneng langsung tersenyum sumringah mendapati sang keponakan akhirnya sampai, begitu pula Abah Acep yang ikut keluar dari rumah.

"Bi, Abah." Winata langsung mencium tangan kedua orang yang sangat berarti dihidupnya tersebut.

Bi Eneng pun langsung melirik penuh selidik kearah Kafin yang tengah menuruni barang-barang miliknya dan Winata, tak lama Abah pun membantu Kafin untuk membawakan barang-barang tersebut.

"Eh, saha eta teh, Winata?" Tanya Bi Eneng sambil menggoda sang keponakan. (Siapa itu, Winata?)

Winata seketika langsung tersipu malu, namun mencoba untuk bersikap normal sambil melirik kearah Kafin yang tengah bercengkrama dengan Abah.

"Atasannya Winata, Bi. Tapi beda kantor." Jelas Winata sekenanya.

Bi Eneng pun langsung menatap bingung. "Kumaha atuh, kan beda kantor, kenapa bisa jadi atasan kamu?" Tanya sang bibi bingung.

Winata menghela napas. "Bapaknya itu tuh pernah kerja sama sama perusahaan dimana Winata kerja, Winata pernah jadi fotografer produknya dia. Direkturnya Clarke De Parfum itu." Tutur Winata menjelaskan.

"Hah? Kamu teh serius?" Tanya sang bibi yang terkejut. Winata mengangguk.

"Ihh! Kamu teh kenapa bisa sama dia? Pacar kamu?" cecar Bi Eneng berhasil membuat Winata pusing.

"Bi, mending sekarang kita masuk dulu. Masa keponakannya dateng gak disuruh masuk dulu." Tutur Winata kesal dengan tatapan datarnya.

Seketika Bi Eneng tertawa. "Maap, map. Sok hayu atuh."

Keduanya pun masuk kedalam rumah dengan nuansa khas jaman penjajahan Jepang tersebut yang tampak begitu antik. Walaupun bangunan lama, rumah ini seperti masuk sangat kokoh walaupun sudah dimakan usia. Diruang tamu rumah tersebut terlihat Kafin dan Winata duduk santai untuk melepas lelah mereka setelah perjalanan yang memakan waktu cukup lama ditemani Abah Acep yang bercengkrama dengan Kafin. Tak lama Bi Eneng pun membawakan empat cangkir teh hangat dan beberapa cemilan kue basah dan kering dalam satu nampan.

"Haduh... jadi merepotkan nih." Kata Kafin sambil menggaruk tengkuknya.

Seketika Bi Eneng dan Abah Acep tertawa kecil menanggapi Kafin. "Jangan sungkan, Kang Kafin. Harusnya tuh Bibi sama Abah yang tidak enak baru bisa sungguhin ini aja." Tutur Bi Eneng kepada Kafin.

"Terimakasih, Bi." Kata Kafin sambil tersenyum yang dianggukan oleh Bi Eneng smabil tersenyum.

"Tadi bagaimana perjalanannya? Macet gak? Seperti sudah lama sekali Abah sama Bibi mu ini belum kembali kesana, Winata." tutur Abah lalu menyeruput teh hangat yang tersaji di meja tamu.

Kutukan Cinta - #KutukanSeries1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang