Happy reading guys ❤️
•••
Adhika tampak membereskan barang-barangnya setelah kunjungannya ke kediaman orangtuanya. Entah kenapa Adhika merasa sangat rindu dengan kekasihnya dimana tiga hari setelah kencan di kondominiumnya yang berencana untuk nonton Netflix namun malah berakhir dengan ngobrol sampai larut malam membuat dirinya cukup merasa bersalah. Seharusnya hari libur seperti ini mereka bisa bertemu.
"Adhika."
Adhika pun menengok, ia melihat Ravindra berada tak jauh di belakangnya. Pria yang bagi Adhika begitu tampan walaupun usianya akan menyentuh enam puluh tahun namun ia masih terlihat bugar, rambut-rambut halus di dagu dan kumis, serta mata tajamnya, hidung yang mewarisi hidung mancung milik Gwen. Adhika memang tidak salah mengiyakan keinginan ibunya untuk bersama dengan ayah tirinya ini.
"Papa mau bicara dengan kamu. Boleh?" Tanya pria itu terdengar serius.
Adhika mengangguk mengiyakan. Obrolan serius biasanya akan membahas mengenai pekerjaan atau bisa juga hal-hal pribadi diantara keduanya. Kali ini tentu Adhika menjadi sangat penasaran karna Ravindra jarang mengajaknya berbicara sangat serius.
Keduanya pun duduk santai di halaman belakang. Udara sore dengan angin segar yang menyentuh kulit serta cahaya keorenan yang menyejukkan pemandangan.
Ravinda tampak relaks dikursi kayu itu, sedangkan Adhika masih dengan pikirannya tentang apa yang akan dibahas oleh Papanya.
"Bagaimana hubungan kamu dengan Winata?" Tanya Ravindra nyaris membuat Adhika jantungan, bahasan yang tidak ringan untuk Adhika, ini soal sesama laki-laki jantan.
"Baik, Pa." Jawab Adhika dengan senyuman.
"Bukan, bukan itu. Maksudnya, sudah ketemu mau kearah mana?" Tanya Ravindra lagi.
Adhika mengangguk. "Sudah. Malah rencananya malam ini juga saya mau bilang ke Papa sama Mama soal rencana Adhika." Tutur Adhika dengan semangat dan kepercayaan dirinya.
Ravindra menaikkan kedua alisnya. "Kamu ingin bicarakan apa?" Tanya Ravindra tertarik.
"Adhika mau melamar Winata dan bertunangan dengan dia." Tutur Adhika tak menghilangkan senyumannya.
Ravindra ikut senang. "Wah! Bagus itu, berarti kamu contoh yang baik buat Renald dan Gwen, sebetulnya terutama Renald karna kamu tau dia gimana." Tutur Ravindra keduanya pun tertawa. "Baguslah, bagus itu jadi niat baik kamu untuk serius dengan Winata."
Adhika mengangguk. "Iya, Adhika sebenarnya maunya menikah. Tapi Winata baru aja test beasiswa ke German. Adhika cuman gak mau egois aja, Adhika ingin membebaskan dia. Adhika... Hanya gak mau bikin Winata gak nyaman sama saya." Tutur Adhika dengan tatapan teduhnya membayangkan wajah Winata yang begitu bahagia setelah dirinya sukses mengerjakan test beasiswanya.
Ravindra tak lama menepuk bahu Adhika dan mengelusnya. "Hei, jangan mulai, Adhika." Ravindra sangat tau sifat anak tirinya yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Ia tau kekhawatiran serta trauma Adhika sejak kecil. "Kamu adalah kamu. Apapun keputusan kamu itu adalah pilihan kamu tanpa mengatasnamakan orang lain. Kalau memang itu pilihan terbaiknya, maka ambillah jalan tersebut. Kamu sudah dewasa, nak." Tutur Ravindra menyemangati anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta - #KutukanSeries1
Romance#Kutukanseries : Kutukan Cinta #1 ❤️❤️❤️❤️❤️ Sial seribu sial bagi Winata, cewek 24 tahun yang lagi-lagi diputuskan sepihak dengan kekasih yang entah sudah keberapa. Mau menangis, ia bahkan tidak tau apa yang harus ditangiskan, mungkin tepatnya nasi...