***
Jantung Winata berdegub dengan kencang, hari ini akhirnya tiba pula. Ia berdiri di ambang pintu menantikan supir suruhan Adhika yang menjemput Bibi dan Abahnya dari Tasikmalaya. Winata hanya tidak sabar dengan bagaimana ekspresi kedua orangtua keduanya tersebut. Besok sesuai dengan rencana Adhika mengundang dirinya, Bibi dan Abah Winata datang kerumah Adhika untuk mengenalkan kepada kedua orangtua Adhika, lalu merencanakan pertunangan keduanya yang sebentar lagi akan digelar.
Tak lama mata Winata menangkap sebuah mobil hitam yang mendekat kearah rumahnya, senyuman manis muncul dibibir Winata saat tau mobil yang menjemput Bibi dan Abahnya datang. Mobil tersebut berhenti tepat di depan rumahnya, Winata pun langsung melangkah ke depan pintu gerbang rumahnya. Pintu mobil bagian belakang buru-buru dibukaan oleh supir Adhika.
"Bibi, Abah." Panggil Winata sambil tersenyum senang.
Ia pun langsung membantu sang bibi agar dapat berdiri dengan benar setelah keluar dari mobil. Setelah Bibi dan Abahnya keluar dari mobil Winata pun langsung menyalami tangan keduanya.
"Neng, kumaha, damang?" Tanya sang bibi sambil mengelus pipi sang keponakan tersayang. (Neng, bagaimana kabarnya, baik?)
"Damang atuh, Bi. Bibi jeung Abah kumaha?" Tanya balik Winata tampak bersemangat melihat Bibi dan Abahnya. (Baik, Bi. Bibi sama Abah bagaimana?)
Keduanya tampak saling lirik, lirikan mata itu tak bisa Winata tebak apa yang mereka rasakan. Seperti melihat raut kegelisahan.
"Damang." Jawab Bibi hanya tersenyum tipis, membuat hati Winata ikut gelisah.
"Emm... Masuk dulu, Bi, Abah. Ngobrolnya lanjut di dalem aja." Kata Winata mengajak bibi dan pamannya tersebut untuk masuk kerumah.
Winata membereskan satu tas besar milik Bibi dan Abahnya yang dibawakan oleh sang supir pribadi Adhika, tak lupa menitipkan salamnya pada Adhika lalu tak lama sang supir meninggalkan rumah Winata. Sejenak Winata melirik kearah Bibi yang tampak beristirahat sejenak dengan duduk disofa ruang tengah, sedangkan Abah memilih melihat-lihat foto-foto keluarga Winata yang masih terpajang rapih di meja serta dinding rumah.
"Bi, Abah, mau minum apa? Teh, kopi?" Tawar Winata sambil berjalan menuju dapur.
"Teh aja, Win. Kopi buat Abah." Kata Bibi dengan sedikit lantang.
Winata mengangguk sambil tersenyum lalu membuatkan minuman untuk Bibi dan Abahnya. Tak begitu lama kedua minuman pun jadi dan Winata antarkan langsung ke ruang tengah dengan membawa nampan berisikan secangkir kopi hitam dan teh hangat. Dengan hati-hati Winata menaruh kedua cangkir tersebut dan menyadari Abahnya sudah ikut duduk di kursi kayu di ruang tengah.
"Diminum, Bi, Abah. Pasti capek tadi. Macet gak ya tadi?" Tanya Winata ikut duduk disebelah Bibinya.
"Eunteu, Win. Lancar kok." Jawab Abah lalu menyeruput kopinya.
"Tepikeun ka Adhika, hatur nuhun pisan sudah dijemput." Kata Bibi sambil menyentuh tangan Winata dan tersenyum tipis kearah Winata. (Sampaikan ke Adhika, terimakasih sekali sudah dijemput)
Winata mengangguk sambil ikut tersenyum. "Iya, nanti neng sampaikan ke Adhika. Nuhun pisan Bibi jeung Abah mau kemari. Winata seneng banget." Tutur Winata tak dapat menutupi rasa bahagianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta - #KutukanSeries1
Romance#Kutukanseries : Kutukan Cinta #1 ❤️❤️❤️❤️❤️ Sial seribu sial bagi Winata, cewek 24 tahun yang lagi-lagi diputuskan sepihak dengan kekasih yang entah sudah keberapa. Mau menangis, ia bahkan tidak tau apa yang harus ditangiskan, mungkin tepatnya nasi...