Part 69

10 0 0
                                    

Yokkk jangan lupa vote + comment!
Happy reading ❤️

•••

"Gimana? Bagus ya, mba?"

"Iya, nih. Cocok sekali di tubuh mba."

Winata memandangi tubuhnya yang dbalut dengan kebaya modern sederhana berwarna putih. Hari ini adalah fitting baju yang sudah selesai dibuat untuk pertunangannya nanti. Winata tersenyum kearah cermin besar yang ada di depannya. Kebaya yang ia buat khusus nyaris menyerupai gaun pernikahan ibunya dulu.

Ia mengulum senyumnya, rasa bahagia yang bahkan mungkin akan bertambah seiring menghitung hari yang semakin dekat ia semakin tak sabar dengan pertunangannya. Winata jadi ingat saat kesepakatan yang dibuatnya bersama Adhika tanpa ada lamaran romantis seperti pasangan lainnya. Pertunangan adalah janji untuk mereka berdua agar tak saling berpisah, mengikat janji untuk saling percaya bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Tirai besar tersebut pun dibuka, Adhika yang tengah duduk di sofa berwarna coklat tersebut seketika terdiam melihat Winata keluar dengan hasil kebaya rancangannya sendiri. Mata Adhika terlihat berbinar, ia menatap kagum kearah Winata. Pria itu refleks bangun dari sofa dan berjalan pelan hingga kini berhadapan dengan Winata yang tengah menatapnya dengan senyuman manis.

"Cantik." Kata yang terucap begitu singkat namun bermakna dalam dengan tatapannya yang belum juga teralih dari Winata dengan balutan kebaya putih khas Sunda yang ia rancang dengan sederhana dan lebih modern.

"Makasih." Kata Winata malu-malu.

"Selain pintar di kamera, kamu pintar juga desain baju. Gak salah pilihanku." Gumam pria itu namun terdengar oleh Winata, membuat perempuan itu terkekeh.

Semakin menghitung hari semua persiapan telah mencapai sembilan puluh persen, Winata dan Adhika kini tinggal menunggu catering dan sisa baju untuk orangtua Adhika serta Bibi dan Abah Winata. Sejauh ini semua sudah berjalan sesuai dengan rencana.

Hari semakin gelap sore itu, pertanda hujan sebentar lagi akan datang. Keduanya memutuskan untuk kembali ke rumah Winata. Menempuh satu jam perjalanan akibat padatnya ibu kota akhirnya keduanya sampai di rumah sederhana milik Winata. Ditangan kanannya Winata menaruh paper bag berisikan kebaya yang akan ia kenakan untuk pertunangannya nanti diatas meja ruang tamu.

"Kamu mau kopi? Teh?" Tawar Winata sambil berjalan menuju dapur.

"Emm... Teh aja." Kata Adhika sambil mengikuti langkah Winata di belakang.

Adhika memandangi Winata yang tengah membuatkan teh hangat untuk Adhika. Sangat cocok disaat mendung dan suhu mulai menyejuk. Pria itu menangkap sebuah ekspresi yang berbeda dari Winata akhir-akhir ini. Mungkin ia memang bahagia, ia selalu berkata seperti itu, namun ekspresi khawatir akhir-akhir ini pula muncul diguratan wajahnya.

"Kamu gapapa?" Tanya Adhika. "Ada yang kamu khawatirkan?"

Winata pun melirik secara refleksi kearah Adhika sambil mengaduk teh hangat dengan satu sendok teh gula tersebut, Adhika tak terlalu suka manis, kecuali pie susu buatan Winata. Perempuan itu tersenyum tipis, guratan itu muncul lagi jauh lebih jelas.

"Aku cuma bingung kenapa Bibi sama Abah keliatan gak se- excited dulu waktu kamu ke rumahnya untuk datengin aku." Winata mengungkapkan perasaannya.

"Inget kan waktu kita bareng-bareng video call Bibi sama Abah atas niat kita? Ekspresi mereka itu loh yang buat aku bingung dan khawatir karna mereka cenderung datar. Beda banget dari pribadi Bibi sama Abah yang selalu hangat untuk siapa aja."

Kutukan Cinta - #KutukanSeries1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang