Part 38

92 2 1
                                    

I'm back!!

Udah kepo sama next chapter Kutukan Cinta?

Hehe....

Happy reading!❤️❤️

"Tapi... saya cuma bisa berharap, kamu bisa membuka hati kamu untuk memberikan kesempatan kepada saya mendekati kamu lebih jauh, Winata."

Ditengah semilir angin tatapan Kafin yang dalam membuat Winata seakan ditarik untuk terus menatap dua bola mata coklat milik pria itu. Tatapan yang mengingatkannya pada seseorang.

"Winata!"

Bi Eneng yang memanggil nama Winata sontak menyadarkan diri perempuan itu dan refleks melepas tangan Kafin dari tangannya, suasana seketika canggung dan Winata hanya bisa menunduk, sedangkan Kafin hanya bisa menatap dengan tatapan kecewa.

"Emm... saya permisi dulu." Kata Winata langsung meninggalkan Kafin dan masuk ke dalam rumah.

Kafin menatap sendu kearah Winata yang meninggalkannya dan kini ia hanya bisa lepaskan perempuan sejenak, ia pun kembali memandangi pemandangan indah tersebut.

Disisi lain, jujur saja Winata tak enak dengan Kafin. Tetapi hanya saja hatinya terasa masih ragu dengan pria itu. Kafin sangatlah sempurna untuk hitungan seorang pria, bahkan lebih dari itu, tak ada seorang perempuan pun tak ingin dengan pria itu. Hanya saja, Winata ragu. Winata melangkah menuju ke sumber suara sang bibi yang terdengar dari kamar bibinya tersebut.

"Iya, bi. Kenapa?" Tanya Winata kepada bibinya.

Winata mengerutkan dahinya saat melihat lantai kamar Bi Eneng yang agak berantakan dengan beberapa kotak kardus di lantai. Entah apa yang dicari bibinya tersebut, namun kini Winata melihat bibinya tengah mengelus sebuah baju kebaya putih dipangkuannya. Tak lama bibinya pun menengok kearahnya dan menepuk bagian yang kosong disisi tempat tidurnya.

"Sini duduk."

Winata pun berjalan masuk ke dalam kamar sang bibi dan duduk di sebelah bibinya. Winata terdiam sejenak sambil memandangi baju kebaya yang tengah ada dipangkuan sang bibi, tampak begitu indah saat dirinya melihat lebih dekat.

"Kebaya siapa tuh, bi?"

"Ini teh... kebaya ibu kamu waktu menikah dulu."

Winata terkesiap saat mendengar perkataan sang bibi, matanya mulai terasa perih.

"Dulu, ibu kamu memang sengaja titip baju pengantinnya disini. Dulu, ibu kamu teh pesen sama bibi untuk jaga ieu kabaya. Katanya teh supaya nanti bisa dipake lagi sama kamu atau kakak kamu."

Takjub, itu yang dipikiran Winata sekarang. Tak ia sangka ibunya begitu menyayangi dirinya dan kakaknya sampai menyimpan baju kebaya secantik ini.

"Ibu kamu teh sudah bibi anggap seperti adik bibi sendiri. Ibu kamu teh sae pisan orangnya. Menurut bibi, ibu kamu teh sudah terbaik pisan pokoknya mah buat bapak kamu." (baik sekali)

Winata mengulas senyuman sambil mengusap air matanya yang jatuh ke pipinya. Tentu mendengarnya membuat Winata sangat senang.

"Salah satu cita-cita dari ibu dan bapak kamu sendiri adalah pingin lihat anak-anaknya menikah."

Deg...

"Itu kenapa kebaya ini disimpan karena mereka pingin suatu saat ini bisa tetep beumur panjang dan lihat anak-anak mereka menikah."

Winata tertunduk lesu, sayangnya kecelakaan itu bahkan terjadi saat kakaknya akan dijodohkan dengan anak dari sahabat ibu dan ayahnya sendiri. Dimana bahkan kedua orangtuanya belum sempat melihat dirinya atau kakanya berada dipelaminan, termasuk kakaknya yang juga belum sempat bertemu dengan pria idamannya dan mengenaikan kebaya tersebut. Mengapa hidupnya begitu ironis sekali.

Kutukan Cinta - #KutukanSeries1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang