|| pararel ||

98 14 11
                                    

"Kemungkinan besok Rio pindah ke markasnya, Van"

"Hah? Kenapa?"

"Itu kemungkinan yang terjadi, cuma feeling"

"Besok aku ke rumahnya, boleh?"

Archer berpikir sejenak. Entah kenapa dia mempunyai perasaan kesal ketika gadis itu ingin menemui Rio ataupun ingin menghabiskan banyak waktu bersama Rio. Namun, Archer tetap tersenyum, dan dia juga mengangguk. "Boleh"

Keesokan harinya, Vanya benar-benar mengunjungi kediaman rumah milik Jeffri. Vanya terus mengetuk pintu, tapi tidak juga dibukakan. "Jeffri" Teriak Vanya sekali lagi. Sedangkan Archer, dia terus melipat kedua tangannya. Entah kenapa dia merasa senang dan merasa ingin membuktikan sesuatu yang ada di dalam sana.

Vanya mencoba membuka pintu itu, dan ternyata pintu rumah itu tidak dikunci. Vanya dan si Archer yang memakai jubah penembus itupun masuk, dan yang paling mengejutkan mereka adalah, seisi rumah ini hancur dan berantakan.

Vanya buru-buru berlari menuju lantai atas, pintu kamar Jeffri juga tidak dikunci, dan didalam sana juga sama hancurnya. Yang ada hanya seorang wanita tanpa pakaian yang mati mengenaskan.

Archer yang baru sampai dan melihat seorang mayat perempuan pun langsung menarik Vanya pergi dari sana. "Pumi itu kejam, tapi disiplin. Disana gak ada aturan, malahan dijadikan kebiasaan. Kalau kamu lihat perempuan tanpa pakaian, berarti dia udah dipakai. Satu lagiㅡ" Archer berhenti melangkah ketika dia sedang menarik Vanya pergi bersama dengan dirinya menuju keluar rumah. "Kalau kamu takut, jangan di bayangin terus"

Vanya mengangguk. Gadis itu menatap sekitar. Daerah rumah ini lama-lama terasa mati. Banyak masyarakat disini meninggal, ada yang langsung pindah ke luar kota, dan ada juga yang langsung pindah dan tinggal diluar negeri, juga ada yang berhasil diselamatkan dan ditampung ke area pemukiman markas besar Bumi.

"Kita juga harus pergi, kalau kita disini terus, pasukan Pumi bakalan dateng ke sini. Kamu tau lah, mereka udah menganggap daerah ini berhasil mereka kosongkan. Berhasil di habisi beserta isinya"

Vanya diam sejenak, masih meratapi nasib tempat ini. "Aku mau ambil barang-barang ku dulu di rumah"

Archer mengangguk, dan dia tetap menemani gadis itu sampai mereka ada di dalam rumah. Barang yang Vanya ambil hanyalah foto keluarganya, baju-baju yang sering ia pakai, boneka pemberian Jefrri, dan tentu foto dirinya bersama dengan Jeffri dengan latar wahana kora-kora.

Setelah selesai dengan semua itu, Archer membantu Vanya membawakan tas berukuran sedang milik gadis itu. Sedangkan boneka tersebut dipegang oleh sang pemiliknya.

"Nanti, disana, ada ayah sama bunda kan, ya?" Tanya Vanya

"Ada" Balas Archer dengan senyuman. Pria itu akan terus tersenyum selagi ia mampu menjadi obat. Kepada siapapun, kepada mereka membutuhkan keyakinan. Membutuhkan pengalihan pikiran bahwa semuanya akan segera baik-baik saja. Baik itu bumi, manusia, sampai ke galaksi Bima sakti.

Vanya ingin menangis, tapi dia juga egois. Tangis nya tetap di bendungㅡ menahannya sampai kepalanya terasa sakit dan berat. Baginya, menangis tidak ada gunanya, kecuali setelah ia menangis, semuanya bisa kembali baik-baik saja seperti semula. Tidak ada makhluk galaksi lain, tidak ada rencana untuk melakukan peperangan, tetap bermain bersama teman-temannya, sering dimarahi ayah dan ibu karena pulang malam, dan sering dihukum guru bersama teman-temannya karena lupa mengerjakan pekerjaan rumah mereka.

Archer kebingungan, dia tidak ahli menghibur perasaan orang lain. Setelah mereka sampai di markas, Vanya langsung pergi menuju ruangan yang dimana di dalam sana terdapat kedua orangtua Jeffri.

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang