Kedua tangan pria itu sibuk mengangkat sebuah teko juga cangkir kopi nya. Ia tuang air panas itu ke dalam cangkir lalu ia aduk serbuk kopi hitam itu menggunakan sendok tehㅡdi tiup, lalu di minum pelan-pelan. Setelah kopi hitam pahit itu habis, ia tersenyum simpul pada ibu juga ayah buminya. "Bu, yah. Aku berangkat" Katanya. Berucap pamit untuk pergi ke sekolah.
Rio keluar. Ia melangkah sampai di depan teras rumahnya. Kedua bokongnya itu ia turunkan lalu tangannya ia julurkan untuk meraih dua buah sepatu sekolah nya.
Setelah selesai memakai sepasang sepatunya, Rio pun beranjak bangun lalu pergi menyusuri jalanan di depan rumahnya. Sejenak, ia menatap rumah yang Vanya tinggali tepat berada di depannya itu. Setelahnya, Rio pun kembali beranjak lagi lalu pergi dari hadapan rumah itu.
Pukul lima pagi.
Untuk pertama kalinya Rio berangkat sepagi ini. Tujuannya? Misi baru telah diperintahkan. Cari tau seberapa banyak manusia yang melakukan aktifitas di pagi buta seperti sekarang ini. Ternyata ada banyak, bahkan sudah terjadi kemacetan di jalanan.
Tiap-tiap rumah, ruko, toko. Semua orang tengah sibuk melakukan persiapan untuk menyambut waktu produktif. Bahkan Rio terheran ketika melihat seorang kakek berjalan melewatinya sembari membawa banyak sayuran dan buah-buahan di dalam gerobak kayunya tersebut. "Sepagi ini mereka mempersiapkan diri?" Bahwasanya Pumi adalah planet yang memulai pekerjaan tepat pada pukul delapan pagi. Itu semua sudah diatur oleh hukum, dan setiap waktu sudah ditentukan untuk dijadikan kebiasaan disiplin disana.
Pukul enam tepat, Rio sadar kalau dia sudah berdiri di depan gerbang sekolah. Matanya mengerjap, memandang sejenak gedung sekolah itu. Rio pun masuk. Pria itu melewati tiap lorong kelas agar dapat sampai ke kelasnya yang berada di paling ujung itu. Belum banyak yang datang, hanya murid-murid pintar atau siswa yang sengaja datang pagi untuk sarapan di sekolah. Padahal, dua puluh menit lagi bel masuk akan berbunyiㅡbergema di tiap sudut sekolah ini.
Rio menatap sekitar kelasnya, hanya ada tiga murid disini. Lantas, Rio pun membunyikan sinyal sinusoid nya itu untuk mengirimkan pesan pada pusat penghiburan. Jadi, di setiap pusat tersedia banyak pembagian kerja. Fungsinya? Agar prajurit seperti Rio dan kawan-kawan ini punya semangat dan motivasi dalam menjalankan misi. Dan tentu untuk melengkapi kinerja pembangunan organisasi mereka.
"Aku mau Bruschetta" Sinyal terkirim. Portal pun terbuka dan hanya Rio yang dapat melihatnya. Kenapa bisa? Itu semua berkat Teknologi. Kecuali portal menuju satu galaksi dengan galaksi yang lain yang menggunakan muatan atom yang cukup besar. Kacamata khusus berupa lensa. Mereka semua menggunakannya selama berada di dalam misi.
Bruschetta tiba-tiba muncul di atas meja, tapi Rio menatap jengkel pada seorang gadis yang baru saja datang lalu langsung memakan sebagian Bruschetta miliknya.
"Enak banget! Kapan belinya? Dimana belinya? Kelihatan nya mahal banget. Kamu nggak mencuri uang milik ibu mu kan, Jef?"
"Kalau bertanya satu-satu" Geram nya, lalu pria itu memakan sisa sarapan paginya.
"Yasudah, nggak jadi. Dan....Jef... Tumben kamu sarapan di kelas? makanan asing pula" Tanya Vanya sembari membuka buku tulis nya.
"Ada pr lagi?" Tanya Rio. Pria itu mengabaikan kalimat Vanya sebelumnya.
"Ada pr geografi. Sudah kamu kerjakan belum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARALLEL UNIVERSES
Ficção Científica( TAMAT ) LAGI TAHAP REVISI (supaya tdk aneh² amat). Teori dunia paralel bisa dijelaskan sebagai kehidupan manusia beserta alam semesta secara bersamaan satu sama lain. Yang mencengangkan, masing-masing dunia tidak menyadari kehadiran dunia lainnya...