|| durasi lima menit ||

69 10 1
                                    

Pertarungan antara RioㅡBimo dengan ArcherㅡVenmout.

Mereka bertemu di masa depan ketika kedua nya sama-sama berjalan dipertengahan jalanan menuju pusat kota yang sudah hancur balau.

Mereka bagai petarung ahli yang siap mengeluarkan darah. Saling mendekat, saling menyerangㅡtanpa mau tau apa itu lelah. Yang penting, salah satu nya harus mati. Itu pikiran dari dua kelompok yang berbeda. "Mau apa lo ke masa depan?!" Pekik Rio ditengah pertarungan mereka.

Archer tetap diam dan tetap menyerang Rio.

Rio hanya tertawa lalu melemahkan serangan milik Archer. Pria itu tersungkur ke bawah, bahkan senjatanya hampir saja mengenai wajahnya. "Lemah" Ucap Rio lalu pergi meninggalkan Bimo yang sedang bertarung dengan Venmout.

"Archer?!" Teriak Venmout namun pria itu sudah tidak sadarkan diri.

Rio tertawa terbahak-bahak lalu membuka jubah hitam milik seseorang yang sangat misterius itu. Alasannya sederhana, Rio hanya ingin tau siapa agent Bumi ini yang berhasil masuk ke dalam pesawat tempur mereka. Padahal, pengaman sistem telah mereka buat sekuat baja.

"BIM!"

Bimo segera menghindar dari perlawanan milik Venmout, lalu pria itu segera menemui Rio. "Dia?!"

Rio menoleh menatap Archer yang mulai sadarkan diri itu. "Dia agent?! Berani banget lo jadiin dia agent!"

"Jadi cairan ituㅡ"

"Bangsat!"

Archer hanya terkekeh, sedangkan Rio terus berteriak frustasi.

"Sesuatu yang telah terjadi, semuanya juga harus menjadiㅡ"

Disisi lain Archer, Venmout dan Bimo menatap Rio dengan tatapan kewaspadaan.

"Abu! Hingga tidak ada makhluk hidup yang tersisa di Bumi" Tambah Rio lalu pria itu dan Bimo segera menghilang karena durasi portal yang mereka gunakan telah habis.

Venmout membantu Archer berdiri. "Sekarang, apa obat nya?" Ucap Archer dengan perasaan gelisah.

Venmout menghela napasnya. "Cairan biru yang telah membeku itu menetap bagai daging manusia pada normalnya, efeknya bisa memberi serangan pada imun manusia itu sendiri"

"Bisa dilakukan dengan operasi, kah?"

Venmout menggelengkan kepalanya. "Sama aja seperti memotong daging nya, yang ada Vanya terluka. Sederhananya, bayangkan apa yang terjadi pada paus mati yang masih menjadi incaran hiu yang kelaparan"

Lagi-lagi Archer menghela napasnya. "Kita kembali dulu ke markas"

×××


Vanya tersenyum jengkel. "Kamu pikir cairan biru ini aku sendiri yang mau? Kamu bilang cairan ini karena Rio, kan? Terus, kenapa kamu marahnya ke aku? Ck"

Archer menekan kedua pundak milik Vanya. Hah, rasanya kesal. Tapi dilain sisi juga bukan sepenuhnya salah Vanya. Hanya saja, kau tau? Rencana gagal, gadis itu terkena sesuatu yang tidak jelas, dan belum lagi Archer harus menggunakan otaknya untuk ke pekerjaan yang lainnya. Ada banyak, dan semua butuh proses untuk selesai. "Van, aku marah karena kamu menyembunyikan hal sebesar ini dari aku! Kalau kamu bilang dari awal, obatnya bisa aku pikirkan dari kemarin!"

"Ya aku harus sadar diri dong, kalau kamu lagi menjalankan misi yang sulit! Dalili ahli medis profesional aja masih kesusahan menemukan obatnya, apalagi kamu!"

"Setidaknya aku bisa menemukan jalan yang paling cepat!"

"Iya, iya! Emang lo doang yang paling hebat, paling pinter, paling diandalkan banyak orang, sang pemimpin tertinggi! Puas lo?!"

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang