|| Seharusnya tidak perlu kematian ||

147 18 12
                                    

ada penyerangan di bagian pusat informasi secara tiba-tiba. Baik Rio dan pasukan yang lainnya pun datang untuk mencari sumber masalahnya.

"Gimana?"

Rio menggeleng. "Nihil"

"Ini pasti pasukan Bumi. Ya...siapa lagi?"

"Pusat informasi itu posisinya ditengah. Mungkin saja mereka tau karena berhasil masuk? Kemarin aku juga lihat ada pekerja yang memang bertugas di wilayah itu"

"Jangan-jangan itu mata-mata Bumi!"

"Bukan. Kalaupun iya, pasti sudah terdeteksi oleh gelombang pendeteksi keamanan. Dia cuma pekerja biasa" Ujar orang itu sembari menunjukkan sebuah tatto yang memang sengaja di buat sebagai tanda kalau yang terdeksi benar berasal dari Pumi atau bukan.

"Kita harus cari orang itu yang membocorkan lokasi pusat informasi kita"

"Susah, nggak ada jejak sama sekali"

"Komandan gimana?"

"Marah..Dia mau semua orang cari pelakunya sampai dapat. Bahkan sampai sekarang 'pun nggak ada yang dapat informasi apapun"

"Lebih baik kita pulang ke tempat masing-masing dulu" Ujar Rio kepada kawan-kawannya.

"Tapi kan belum kita temukan pelakunya, Rio!"

"Nanti aku yang akan bicara kepada komandan. Kalian pulang saja ke rumah masing-masing"

Semuanya pun pergi dengan teleportasi milik mereka masing-masing. Kecuali Rio, dia akan pergi ke pusat utama untuk bertemu komandan perihal kaburnya sang pelaku tanpa jejak.

Sampai di sana, Rio pun melaporkan hasil kenihilan pencarian jejak penyusupan tersebut "Lapor komandan! Pelaku kabur tanpa jejak, kemungkinan semua orang tidak bisa melanjutkan pencarian!"

"Novemberio, anda itu pasukan terbaik saya. Kalau bisa, kamu bantu jaga pusat utama ini juga. Kalau tidak, pusat utama akan kekurangan pasukan terkuat"

Rio menunduk, menyembunyikan senyuman bahagianya itu. Inilah yang dia mau, menjadi pasukan yang paling diakui dan hebat adalah tujuan utama sebelum menginginkan kemenangan di galaksi terakhir ini. Tapi sayangnya, Rio bukanlah pemimpin pasukan nya. Tapi Rio tidak masalah, karena pemimpinnya itu sering dibanding-bandingkan oleh sang komando yang membuat Rio berpuas hati.

"Saya akan melakukan yang terbaik, pak!"

×××

Vanya, menangis ditengah malam sembari meminum susu kemasan di dalam kotak. Tidak bisa dijelaskan kenapa dia menangis, yang penting satu kue berukuran kecil yang dilapisi coklat dan krim itu membuat siapapun yang melihatnya pasti ingin segera memakannya. Tangisannya akan terabaikan, karena kue coklat itu lebih menggiurkan.

TamanㅡVanya duduk di dalam ayunan yang memiliki dua kursi saling berhadapan tersebut. Kue ulangtahun dan botol bekas susu itu pun dia taruh di bangku satunya lagi. Bangku ayunan yang persis di depan nya. Satu pesan kepada seseorang sudah ia kirimkan, sisanya tinggal menunggu sosok laki-laki konyol yang berubah jadi lebih serius itu untuk datang menemui dia.

Sudah satu jam, bahkan hampir kena copet. Tapi Vanya langsung lari dan bersembunyi di dalam ruangan kecil sebelum meluncur untuk turun dari perosotan. Merasa aman dan terlalu lama menunggu kepastian dengan menebak-nebak seberapa jauh para pecopet itu lari, Vanya pun keluar dan duduk di bangku ayunan.

Harusnya dia sadar, ketika orang-orang jahat itu memintanya untuk mengeluarkan handphone dan uang, salah satu orang jahat itu menancapkan pisau kecil tepat di bawah kanan perut nya. Mungkin karena saking banyaknya campuran emosional, Vanya hanya merasakan ngilu diperutnya itu.

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang