|| dua debaran kuat ||

77 10 12
                                    

"Kapan pernyataannya dimulai? Lama banget"

Kedua mata Rio menatap kosong ke bawah. "Jangan buru-buru"

"Kau takut karena Bumi punya Archer sama si Venmout? Ck"

"Bukan! Tapi aku bingungㅡbingung kenapa perasaan ku rasanya gak enak banget"

"Vanya?"

Rio mengangguk pelan. "Aku gak masalah sama manusia-manusia lainnya, tapi diaㅡ duh, gak tau deh! Aku kenapa ya? Bingung banget"

"Saran ku, kau cuek dulu aja. Sampai saatnya tiba, kau baru berpikir saat pertempuran itu tiba. Siapa yang harus di bunuh, dan siapa yang harus di lindungi. Aku yakin, otak pintar mu akan berfungsi saat hari udah tiba dibandingkan dengan sekarang" Ucap Bimo, lalu pria itu tertawa kecil.

"Diem lo!"

"Wes! Santai, pak! Gini deh, aku mau bantu untuk menyelamatkan Vanya, gimana?"

"Caranya?"

"Sampai pertempuran tiba, kita baru liat siapa yang kita lawan, bodoh!"

"Terserah lah"

Bimo menatap jengkel pada kepergian Rio, tapi setelah pria itu menutup pintu, Bimo terkekeh. Memang kebiasaan Rio yang menyukai gengsi itu sangat tinggi, sampai Bimo paham betul apa yang Rio inginkan atau apa maksud respon yang Rio berikan kepada lawan bicaranya.

×××

"Hah...boleh nyerah gak, sih? Aku gak ngerti apa-apa" Keluh Vanya, gadis itu pun menutup seluruh wajahnya menggunakan kedua tangan nya.

Archer menarik Vanya untuk mendekat. "Waktu tidak linier, tetapi ada hanya sebagai pergerakan materi melalui ruang. Oleh karena itu, persepsi kita tentang waktu relatif terhadap posisi material kita di ruang fisik dan kecepatan perjalanan kita. Kalau kamu melakukan perjalanan antargalaksi yang berjalan lebih cepat dari kecepatan cahaya, kamu akan secara efektif melakukan perjalanan ke masa depan. Kesadaran dapat bergerak secara instan, itulah sebabnya waktu dapat terlihat berfluktuasi meskipun besaran fisik kita relatif tidak bergerak, dari pelebaran waktu"

Vanya menatap Archer. "Sumpah, gak ngerti"

Archer menghela napasnya, sudah ke sepuluh kalinya mereka terus mengulang materi ini. "Gak ada pergerakan lurus dalam waktu, tetapi hanya sebuah ruang. Berantakan, kayak uap. Ada, tapi nggak beraturan"

Vanya mengangguk.

"Paham?" Tanya Archer.

Vanya menggeleng.

Archer tersenyum lalu menepuk kepala gadis itu pelan-pelan. "Bayangkan saat kita menggunakan portal ruang dan waktu. Saat kita masuk, apa yang kamu lihat?"

"Cahaya?"

Archer mengangguk. "Namun, disaat kita menggunakan portal menuju masa depan, apa yang kamu lihat?"

Vanya menarik napasnya karena saking takutnya salah menjawab. "Ca-ha-ya?"

Archer diam sejenak. "Iya, tapi, apa yang kamu ketahui dari cahaya itu?"

"Terang?"

Archer tertawa kecil sejenak, lalu lelaki itu pun menggelengkan kepalanya. "Coba tebak lagi"

"Jangan dong, aku gak sanggup kecuali kuis berhadiah"

"Mau hadiah?"

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang