|| Tolong dia. Dia terjebak! ||

91 15 2
                                    

Rio duduk di kursi kerjanya, dia sibuk memikirkan rancangan ke depan. Setelah merasakan sesuatu yang janggal, Rio mencoba untuk mencari tau apa kejanggalan tersebut.

"Temannya Vanyaㅡaku mimpi dia itu ternyata agent mata-mata"

Satu teman Rio menimpali. "Bukannya udah terbukti kalau dia udah mati karena senapan mu, ya?"

"Iya sih, tapi aku yakin banget kalau dia masih hidup"

"Memang, apa yang membuat mu yakin, Yo? Tidak ada buktinya juga"

"Aku merasa orang itu ada di dalam sebuah pertarungan kecil yang dimana saat itu kita sedang diskusi soal rencana pemberontakan tahap akhir nanti"

"Ya. Aku pun juga merasakan hal yang serupa dengan Rio. Rasa-rasanya kita kayak habis tarung, bahkan seluruh badan ku rasanya sakit" Timpal seorang yang lain.

Rio semakin berpikir keras. "Apa jangan-jangan karena portal ruang dan waktu?!"

"Bisa jadi!"

"Berarti mereka penemu pertama, dong?"

"Enggak bisa gitu dong, kita duluan yang menciptakan portal!"

"Ya tapikan sekecil atom, itupun susah untuk digunakan"

Rio melempar gelas berisi minuman nya. "Diam kalian! Lebih baik kita diskusi soal rencana kita, bukan membandingkan siapa penemu pertamanya!"

Semua nya menunduk. Pasalnya, Rio sudah dinobatkan menjadi komandan tertinggi setelah presiden agent Pumi mereka mencetus Rio langsung di depan semua orang. Komando pasukan tertinggi. Itu yang lelaki itu dapatkan.

×××

"Hati-hati"

Archer tertawa kecil. Entahlah, rasanya gemas saja. Vanya dari tadi fokus membantunya berjalan ketika luka itu masih terbilang basah.

"Kamu sih, maksa buat pergi ke taman, tambah sakit kan?"

"Enggak"

"Tunggu sini ya, itu kursi roda nya di depan"

"Aku ikut lah"

"Jangan, tunggu sini aja" Vanya berlari untuk mengambil sebuah kursi roda yang kebetulan tersedia di depan pusat medis.

Vanya pun dengan hati-hati membantu Archer duduk diatas kursi roda, lalu mulai mendorongnya sampai menuju taman.

"Van, nanti sampai di taman kamu makan ya"

"Kok aku doang? Kamu juga"

"Aku belum boleh makan"

"Yaudah, nanti aku makan"

Archer tersenyum. Senang bisa bersama gadis itu lagi, meski dengan lukanya. Rasa nyaman bersama Vanya semakin kuat sampai-sampai pria itu sangat menikmatinya.

"Van, kalau kamu capek, bilang ya. Nanti kita berhenti dulu"

Vanya hanya berdeham dan masih mendorong kursi roda yang Archer duduki. Gadis itu pun tidak keberatan, dia juga asik menikmati segala pemandangan yang ada disini.

Sampai di taman, Vanya duduk di kursi taman, lalu Archer tetap duduk di kursi rodanya. Mereka saling berhadapan, dan mereka sama-sama saling salah tingkah. Duh, rasanya aneh saja. Seakan-akan, kalau kedua mata mereka saling temuㅡada yang tersirat dari dalam sana. Berbicara sesuatu yang membuat hati tak karuan kecepatan dentumannya.

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang