|| meet a time traveller ||

91 12 2
                                    

"Gak, kau nggak boleh gunain mesin waktu itu. Kau tau kan, mesin ini cuma bisa digunain sebanyak satu kali aja?"

"Aku harus temuin Vanya!"

"Gak! Sekarang, kamu itu komandan kita! Jadilah pemimpin yang berguna, bukan beban!"

"Dia gak tau apa-apa, Bim!"

Dia Bimo, salah satu teman dekat Rio. "Semua orang juga gak bersalah, tapi kita gak boleh hianatin galaksi sendiri!"

Ketika Rio dan Bimo meributkan soal Vanya, disisi lain Archer menarik Vanya yang diam menatap keributan dua orang disana untuk pergi melanjutkan misi. "Jangan terbuai. Jangan dengar mereka. Kita juga gak boleh biarin galaksi kita kalah gitu aja" bisik Archer lalu menuntun Vanya menuju pusat teknologi di pesawat tempur ini.

Vanya, dia merasa bahwa Rio sangat amat tulus untuk melindunginya. Tapi, semuanya terhalang oleh galaksi.

Memang, beberapa hal nggak selamanya satu. Mau ada banyak kesamaan maupun banyak perbedaanㅡkalau takdirnya udah nggak bisa satu, ngapain dipaksa untuk saling memiliki? Lebih baik saling jaga, jadi teman, pun udah cukup.

"Archer, ini kabel apa ya?" Ujar Vanya ditengah-tengah penyelidikannya.

"Pokoknya semua yang ada disini kita hancurin" Balas Archer yang tanpa menoleh pada gadis itu.

Vanya mengangguk. Ketika gadis itu merusakkan kabel berwarna hitam, seluruh mesin pesawat mati, bahkan lampu pun redup. Gaduh suara terdengar keras oleh mereka, semua orang yang ada di dalam pesawat mulai beraliran menuju tempat dimana Vanya dan Archer berdiri sekarang.

"Van, ayok" Ucap Archer lalu dia mulai memimpin perjalanan menuju luar.

Vanya mengikuti Archer dari belakang. Tiba-tiba, Rio dan satu orang pria berlari melewati mereka. Vanya menoleh, ia seperti melihat Jeffri di masa lalu yang pernah memakai raut wajah itu ketika Vanya pernah dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan kala itu.

"Bau besi!"

Vanya reflek berpaling menatap Archer, ternyata memang pria itu pelakunya. Archer mengayunkan tangannya untuk memberitahu pada gadis itu bahwaㅡcepatlah datang! Segera masuk ke dalam portal! Dan Vanya pun masuk ke dalam sana bersama Archer sampai akhirnya mereka sampai di markas utama.

Archer mengatur napasnya yang mengebu, begitu juga dengan Vanya. Mereka hampir ketahuan, namun untunglah mereka selamat.

Agent mata-mata sudah lebih dulu berkumpul, lalu Archer mulai memberikan hasil laporan penyelesaian misinya bersama Vanya.

"Bagus! Pesawat musuh juga udah berhenti, mereka gak bisa menggunakan energi yang udah mereka kumpulkan di dalam pesawat yang difungsikan untuk disalurkan kedalam teknologi senjata tempur mereka. Beri selamat untuk agent Archer dan Vanya!"

Semua orang bertepuk tangan, dan akhirnya, giliran pasukan tempur yang menyelesaikan sisanya.

Ada banyak yang mati disana, ada banyak juga yang kabur dengan portal buatan Pumi, namun mereka harus merubah diri terlebih dahulu sekecil atom.

"Archer, aku boleh ketemu Rio?"

Archer menatap tajam pada Vanya. "Kalau kamu mau mati ya silahkan"

Vanya kesal karena balasan ucapan yang diucapkan Archer padanya. Yang biasanya pria itu selalu berucap lembut, kalau marah pun dia akan berusaha berucap baik-baik. Tapi kali ini, Archer terdengar egois dan menyebalkan. "Aku mau ke kamar, kalau ada apa-apa kirim sinyal saja" lalu gadis itupun pergi.

Archer mengabaikan Vanya, dan dia pergi menemui komandan. "Semua orang sudah di Cutana, Pak?" Tanya pria itu pada sang komandan.

"Udah, di bumi yang tersisa hanya pasukan kita dari segala pusat dan bidangnya"

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang