|| Danica ||

60 8 10
                                    

Adakah teknologi yang memungkinkan aku memiliki sepuluh kaki besi? Terlihat kuat dan kokoh digunakan saat berlari, membuat kedua kaki lebih cepat dari dua kaki ku yang saat ini. Tapi, aku ingin semua besi itu terasa ringan bagai kapas yang bersahabat dengan anginㅡkaki ku dan jalanan berlubang.

Langit berwarna jingga memberikan aku petunjuk kemana aku harus berlari. Hari mulai gelap, aku hanya mengikuti kemana cahaya jingga itu menyinari daratan. Menyinari tanah yang warnanya coklat gelap. Seperti keringat ku yang aku yakini lebih panas rasanya ketimbang angin-angin yang kini berhembus menebus kulit-kulit ku. Angin panas karena gumpalan asap panas.

Aku tidak percaya sama sekali ketika melihat kelenturan kulit yang dimiliki manusia buatan itu. Dia berlari bak monster yang haus dan kelaparan ketika melihat ku. Air mata ku pun ikut bergabung bersama hujan yang menjadikan wajah ku sebagai wadah penampungan air panas.

Aliran napas ku tak selega sebelumnya, yang pada kenyataannya memasuki area musuh itu ternyata tidak semenyeramkan itu ketimbang sesosok manusia yang mirip dengan ku datang dengan senjata ditangannya.

Kalau dia berlari, maka aku pun harus begitu. Dari awal aku sudah menduga kalau dia sangat tidak menyukai ku.

Orang itu terus melempar batu, kepala ku sakit karena dentuman kasar sebuah benda dengan sifat keras kepala ke abu-abuan. Tak hanya itu, badan ku pun harus ikut disakiti dalam pukulan, tapi aku terus memerintahkan kedua kaki ku untuk terus berlari secepat mungkin. Kalau tidak, sudah pasti mati jawabannya.

Entah bagaimana caranya, entah apa yang ia lempar, benda itu berhasil melumpuhkan kaki ku. Cairan merah mengalir hingga ikut membasahi sepatu ku, kaki ku merasakan perih tak karuan, suara ku hanya bisa mengatakan awalan huruf abjad dengan nada yang keras.

Dia tertawa, mengatakan hal yang tidak-tidak. Aku kesal, tapi aku menangis karena sakit. Pikiran ku buruk, aku takut kalau aku akan mati.

Sehabis bercakap-cakap sendirian, sembari menunjuk dan melebarkan matanya menghadap aku. Sekali tusukan lancip nan panjang berkilau, aku merasakan aliran deras mengalir keluar melalui mulut ku. Benda itu tak lagi berkilau karena aku sudah memberikan cat berwarna merah pekat kental.

Yang ku dengar hanya suara tawa karena hati yang terasa puas, bahwa aku telah berhasil dibuang dari planet ku sendiriㅡbersama nyawa kuㅡlalu gelap mendatangi aku.

Sebelum aku terdiam kehilangan kesadaran, aku mengatakan banyak kata melalui hati ku. Kepada dia, mereka, ayah dan ibu, Jeffri, sahabatku, Bumi, galaksi Bima Sakti, dan seseorang yang berasal dari Cutana.

"Maaf atas segala sifat kekanak-kanakan ku, bahwasannya sifat itu adalah sifat alami ku yang menganggap kalian berhasil dekat dengan ku. Tidak peduli seberapa naas kematian ku, yang penting ayah dan ibu ku sudah menjemput aku dengan senyumanㅡkedua tangan menjulur seakan menyuruhku segera datang memeluk mereka"

Bukan hanya mereka, tapi seseorang ikut berdiri dibarisan paling kanan. Jeffriㅡdi tidak ikut merentangkan kedua tangannya, dia hanya berdiri memasukkan kedua tangan nya ke dalam saku celana. Sosok itu, dia yang paling sok keren, tetapi tetap saja, perilaku seperti itu yang sering aku komentari hingga tawa bersama terciptaㅡdulu.

"Selamat datang" Seakan ia mengatakan hal begitu, aku menyunggingkan senyum yang lebih lebar dari miliknya.

×××

Dua pria dan dua wanita, mereka datang dengan bunga yang unik dan berbeda. Sesuai darimana mereka berasal, bunga yang mereka bawa terlihat cantik untuk orang yang cantik dibalik batu.

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang